In Memoriam Romo Suryo Nugroho Pr, Teman Kuliah di UIN Sunan Kalijaga (2)

0
4,412 views
RIP Romo Agustinus Suryo Nugroho Pr, imam diosesan KAS. (Ist)

IA menjadi teman seperjalanan di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beginilah kisahnya.

Romo Suryo, begitulah sapaan akrabnya. Saya jumpa dan kenal pertama kali medio tahun 2017, saat mengikuti wawancara tes masuk UIN Sunan Kalijaga.

Rambutnya yang putih dan bicaranya yang santun, sungguh menunjukkan kewibawaannya.

“Romo ambil program apa?” tanyaku saat itu.

“Saya masih bingung je. Kalau Romo?” timpalnya.

“Studi Islam,” jawabku.

“Ya sudah, kalau begitu saya temani,” ungkapnya dalam bahasa Jawa.

Saat itu ada lima orang Katolik (empat imam dan 1 awam) yang mendaftar di UIN Sunan Kalijaga. Tiga di antara kami mengambil Program Studi Antar Iman, sementara saya yang mulanya sendirian, akhirnya mendapatkan teman, yang tak lain adalah Romo Suryo.

Padahal seingat saya, saat itu namanya sudah terdaftar di program Studi Antar Iman.

Itulah awal perjumpaan dan kebersamaan kami.

Entah apa yang terjadi, kalau waktu itu Romo Suryo tidak jadi memilih program Studi Islam. Pasti saya akan sangat kesulitan menyesuaikan diri di kelas.

Bagi saya, Romo Suryo adalah sosok yang lembut, berpikir tenang, bisa menyesuaikan diri dan penuh kebapaan.

25 Februari 2022, saat sedang menjalani pengobatan di RS Dharmais Jakarta, Romo Suryo masih sempat membalas pesan WA saya demikian:

“Terimakasih ya. Doamu membuatku tidak merasa sendirian”.

Romo, engkau sudah tidak sendirian. Banyak doa yang dilambungkan bagimu. Bahkan di sore hari menjelang kepergianmu, WAG kelas yang mulai sepi, tiba-tiba dipenuhi untaian doa bagi kesembuhanmu. Terimakasih telah menjadi teman dan sahabat seperjalanan.

Romo Suryo di mata para sahabat di UIN Sunan Kalijaga

Berikut beberapa kesan dari teman-teman di UIN yang pernah mengenal almarhum Romo Suryo.

Fauzan Anwar Sandiah (tulisan di beranda Facebook):

Kabar duka lagi. Sahabat kami, Romo Agustinus Suryonugroho telah berpulang.

Saya tak mungkin melupakan almarhum. Ketika saya dan Eva Nurlaila menikah, kami minta almarhum Romo Suryo jadi salah satu pemberi wejangan.

Saya tak akan lupa momen, kala itu ketika Romo Suryo berdiri menembangkan sebuah kidung dan bercerita beberapa kisah. Ia juga tak lupa berbagi testimoni untuk saya dan isteri.

Almarhum memang adalah teman saya dan istri di program octoral studi Islam UIN Sunan Kalijaga. Dan di kelas kami ada dua romo. Romo Suryo dan Romo Sigit.

Rasa-rasanya kami tak pernah menganggap ada sekat agama. Saya kira semua orang di kelas merasakan hal yang sama.

Romo Suryo yang tahu saya, orang Muhammadiyah pernah menitip ucapan terimakasih. Ia bilang, sebagai seorang Katolik ia mengucapkan terima kasih kepada Muhammadiyah yang telah melayani seorang jamaahnya yang berpulang karena Covid-19.

“Terimakasih, memberi saya dan teman2 Katolik inspirasi untuk bertindak di tengah masa gawat ini,” cuplikan pesan Romo Suryo ke saya melalui Whatsapp tanggal 25 Juli 2021.

Kepergian Romo Suryo rasanya wajar meninggalkan rasa sedih. Karena tahun lalu, kami juga kehilangan Pak Paryadi, seorang pengusaha Boyolali yang juga teman seangkatan di program yang sama.

Kini kami juga harus kehilangan Romo Suryo. Sosok sahabat sekaligus guru yang jelas mengajari kami hidup bertoleransi dan bersikap welas asih. Tak sungkan pula berbagi wawasan.

Suara lembut Romo Suryo kalau menyapa atau berbicara dengan kami seperti lamat-lamat terdengar di pikiran saya. Orang yang ramah, pandai membuat kami merenung atau tertawa, dan seorang yang sangat menjaga ucapannya.

Di rak buku kami masih tersimpan hadiah buku-buku dari Romo Suryo. Ada kenangan-kenangan baik di buku-buku itu.

Selamat jalan, Romo. Kami juga suatu saat akan menyusul ke sana.

Eva Nurlaila (tulisan di beranda Facebook):

Kami Kehilangan lagi.

Saya bersyukur pernah merasakan ada dalam satu ruangan kelas, bersama beliau (alm) Agustinus Suryonugroho saat mengikuti program doktoral di kampus UIN Sunan Kalijaga.

Saat itu hanya ada dua perempuan di kelas kami. Saya dan Mbak Milda Amalia El Syamil . Jujur saja, saya merasa menjadi anak bawang di antara mereka. Namun, tentu saja saya juga sangat amat octora menjadi bagian dari mereka.

Tahun lalu, kami kehilangan orang yang sangat baik, teman sekelas, bahkan saya sendiri dan suami menganggap beliau bukan sekedar teman, tetapi sudah seperti orang tua sendiri. Beliau adalah seorang pengusaha asal Boyolali, yang memiliki semangat luar biasa terhadap pentingnya pendidikan di tengah kesibukan, keterbatasan waktu yang beliau miliki, dan usia.

Beliau mengajarkan banyak hal luar biasa terhadap kami. (Alm) Abah Haji Paryadi Solebah (Alfatihah).

Ingat sekali pas pertama kali bertemu, beliau bilang “Kamu ini, seusia dengan anak saya yang kedua. Jadi, saya seperti sekelas sama anak”.

Terimakasih, Bah. Segala kebaikan abah tidak bisa disebutkan satu persatu. Saya bersaksi bahwa Abah adalah orang yang sangat baik. Kami sangat merindukan petuah-petuah Abah.

RIP Romo Agustinus Suryo Nugroho Pr.

Di kelas, saya berteman juga dengan dua Romo yang hebat, beliau adalah Romo Sigit Pranoto dan Romo Agustinus Suryonugroho.

Kali ini, kembali saya dan suami tersentak. Tiba-tiba saja, masuk pesan yang memberitahukan bahwa Romo Suryo telah berpulang. Airmata saya menetes.

Saya langsung teringat, ketika masa aktif perkuliahan beliau yang selalu mengatakan “Gak apa-apa. Kamu juga bisa. Kita semua sama kok di kelas ini,” beliau selalu menyemangati saya, kala saya ada dalam perasaan kurang percaya diri.

Suatu kali beliau, bela-belain membawa buah (saya lupa lagi octora apa), dibawa dari Magelang, ke kelas hanya untuk menghilangkan rasa penasaran saya “Eva, ini loh, buahnya. Cobain sini,” ucap beliau ramah.

Saya sering tertawa lepas karena candaan beliau.

Pun di hari bersejarah dalam hidup saya. Beliau memberikan buku Aku Bersaksi Bahwa Tiada Perempuan Selain Engkau untuk kado pernikahan kami. Dan dengan penuh semangat, beliau memberikan sambutan mewakili teman-teman kelas (octoral).

Saya sangat terharu.

Romo, terimakasih atas segala kebaikan yang telah diberikan. Sebuah kehormatan dapat berada dalam satu kelas bersama Romo.

Saya menjadi saksi bahwa Romo adalah orang yang sangat baik. Romo bahagia di sisi-Nya.

Beberapa kesan disampaikan melalui WAG Kelas

“RIP Romo Suryo… Saya mengenalnya sebagai pribadi yg baik dan sangat menyenangkan berteman dg beliau…. Tempat terbaik untuk Romo Suryo.” (Noviandi).

“Saya sering syering pikiran dengan beliau waktu kuliah. Semoga Romo Suryo mendapat tempat terbaik, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran.” (Eva Dewi).

“Selamat jalan Romo Suryo, sebuah kehormatan pernah belajar bersama beliau.” (Achmad).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here