Jelang Paskah 2018, Rekoleksi “PISANG” di Paroki MRPD Pontianak

0
766 views
Rekoleksi bersama Pastor Mayong OFMCap dan dr. Hasibuan di Paroki MRPD Pontianak. (Francesco Agnes Ranubaya)

JUDUL kerennya adalah Rekoleksi PISANG dan itu terjadi ketika Masa Prapaskah. Demikian kata Pastor Mayong OFMCap –Minister Provinsial Fransiskan Kapusin Provinsi Pontianak- saat mengantar sesi rekoleksi di basement Gereja St. Maria Ratu Pencinta Damai (MRPD) – Paroki Pancasila, Pontianak, Minggu (25/3) lalu.

Rekoleksi  ini diampu bersama dr. Hasibuan .

Sikap riang dan selalu tersenyum Pastor Mayong menjadikan suasana rileks namun tetap serius. “Masa puasa harus dibarengi dengan makan ‘PISANG’ (Pantang Iri, Sombong dan Angkuh) sebelum mendapat tomat (tobat sebelum kiamat),” demikian pesan P. Herman Mayong, OFMCap dalam rekoleksi.

Dalam materi yang disampaikan, Pastor Mayong mengajak umat untuk pertama-tama melihat lebih dahulu bagaimana menjadi seorang yang bertobat. Syarat utama untuk bertobat tentu harus didasarkan pada iman yang kuat.

Paparan rekoleksi dari narasumber utama Pastor Mayong OFMCap

Orang yang beriman Kristiani hendaknya memiliki kualifikasi dan beberapa kemampuan yang berkaitan dengan imannya. Seorang beriman hendaknya memiliki relasi erat dengan Allah dan mampu menafsirkan kehendak-Nya bagi Gereja dan dunia. Orang yang beriman memiliki relasi dengan sesama umat beriman, umat beriman lain dan sesamanya.

Menurut Pastor Mayong, iman dan penderitaan adalah suatu kesatuan untuk mencari relasi dengan Tuhan. Penasehat Keluarga Fransiskan Pontianak ini mengatakan bahwa payung tidak bisa menghentikan hujan. Demikian pula dengan iman yang tidak bisa menghentikan penderitaan.

Seekor ikan sekali pun saat terjadi tsunami tidak akan mengalami kematian, sebab ia sendiri hidup di  habitatnya yaitu air. Demikian pula manusia hendaknya hidup dalam Allah, sekalipun menderita ia tetap hidup. Contoh yang paling kontras adalah relasi antara Yesus dengan Bapa-Nya begitu hangat, ia memulai pelayanan-Nya dengan doa serta mengakhirinya pula dengan doa.

“Pepatah Italia mengatakan, ‘Dai tempo al tempio, dal tempio al tempo’ (Pepatah tersebut berarti dari altar ke latar, dari latar ke altar)”, ungkapnya.

Maka dari itu hendaknya sebagai orang beriman kita membawa sikap iman itu dari tempat ibadah kepada hidup sehari-hari. Apalagi dalam hal berdoa khususnya, tidak hanya meminta sesuatu melainkan doa syukur.  Sehingga dalam hidupnya, ia mampu melihat dirinya dan orang lain menggunakan kacamata Tuhan sendiri.

Namun berbeda dari orang yang kurang bersyukur, maka ia kurang pula menyadari untuk menggunakan hatinya. Sehingga muncul pepatah di kalangan masyarakat, susah melihat orang senang, senang melihat orang susah. Akhirnya, orang yang kurang bersyukur cenderung sulit menemukan sukacita dalam hidupnya.

Setiap orang hendaknya memahami perumpamaan tentang lebah dan lalat. Lalat mengejar kotoran dan menghasilkan sakit serta penyait. Sementara lebah mencari keharuman dan menghasilkan madu. Maka dari itu, umat beriman hendaknya mewujudkan iman itu dengan mencari Tuhan agar menghasilkan kebaikan untuk sesamanya.

“Orang yang tidak bersyukur akan merasakan hidupnya sebagai beban,” ungkap Pastor Mayong di hadapan para umat.

Daya pikat

Seorang yang beriman hendaknya mencintai tugas atau pelayanan sebagia panggilan khusus, memiliki kegembiraan dalam menjalankan pelayanan. Selanjutnya seorang beriman memiliki daya pikat, keteladanan dan daya juang. Bahkan lebih lagi, seorang beriman harus mau belajar terus menerus dan terbuka terhadap perkembangan zaman yang cepat berubah.

Lebih jauh lagi, seorang beriman memiliki kualitas kerohanian yang mendalam dan liturgis. Seorang beriman senang berdoa bukan berbicara tentang doa, serta menyerahkan dirinya kepada Allah. Ia harus senantiasa rajin membangun hidup dari sakramen-sakramen khususnya Ekaristi dan Tobat.

Ia harus membaca Kitab Suci sebagai kekuatan dasar, merenungkan secara mendalam agar mampu menyampaikan kepada umat beriman. Selain itu, ia harus mampu mengembangkan sikap devosi.

Tujuh keutamaan

Tujuh keutamaan yang harus dimiliki oleh seorang yang beriman: (1) rendah hati, (2) sederhana, (3) mengampuni, (4) suci, (5) belas kasih (6) adil dan (7) jujur.

Selain itu hendaknya seorang yang beriman hendaknya harus mampu menahan diri, bijaksana, suka menolong, tidak materialistis, ramah, sopan dan pendamai. Ia tidak perlu takut menghadapi ujian dan kegagalan, karena melalui itu semua orang beriman mau belajar.

“Kesulitan yang membuat kita takut, tetapi ketakutan yang membuat kita sulit. Jangan pernah menyerah untuk mencoba dan jangan mencoba untuk menyerah. Jangan katakan pada Tuhan, aku punya masalah. Katakan pada masalah, aku punya Tuhan yang luar biasa,” demikian Pastor Mayong menutup sesi pertama.

Sesi kedua

Selanjutnya Dr. Hasibuan memberikan materi pada sesi kedua setelah makan siang. Pertama-tama ia mengajak umat untuk membuka Kitab Suci dengan mengenal lebih jauh makna bertobat dan mengampuni.

Dr. Hasibuan sendiri mengutip Injil Yohanes tentang perumpamaan pokok anggur yang benar untuk menegaskan relasi manusia dengan Tuhan yang sangat amat erat kaitannya. Cara selanjutnya yang diharapkan untuk meneruskan relasi akrab dengan Tuhan adalah dengan membaca Kitab Suci. Santo Hieronimus mengatakan bahwa orang yang tidak membaca Kitab Suci, tidak akan mengenal Tuhan. Maka dari itu, hendaknya kita harus semakin mengenal Yesus dengan membaca dan meresapkan Alkitab yang telah diwariskan kepada umat-Nya.

Pada akhir sesi, Dr. Hasibuan mengajak umat untuk merenungkan sikap tegas untuk menolak berbagai godaan duniawi seperti miras, narkoba, seks bebas, kepentingan pribadi dan kelompok, kesombongan, keangkuhan dan lain sebagianya.

Dr. Hasibuan mengajak umat untuk membaharui iman sebelum mempersiapkan diri untuk mengakui dosa di hadapan imam, sehingga umat betul-betul menyadari bahwa sakramen tobat benar-benar menjadi tanda penyembuhan dari Allah untuk umat manusia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here