Kamis, 22 Mei 2025
Kis. 15:7-21.
Mzm. 96:1-2a,2b-3,10.
Yoh. 15:9-11
MANUSIA diciptakan bukan dari kebetulan, melainkan dari kasih yang kekal dan sempurna. Allah menciptakan manusia seturut gambar dan rupa-Nya, dan karena itu, kodrat terdalam manusia adalah kasih.
Dari kasih Allah kita berasal, dan kepada kasih-Nya pula kita dipanggil untuk kembali. Namun, perjalanan mewujudkan kasih Allah dalam hidup sehari-hari bukanlah jalan yang mulus tanpa hambatan.
Mengasihi dengan sungguh-sungguh menuntut lebih dari sekadar niat baik. Dibutuhkan kesediaan untuk berjuang, melawan egoisme, mengampuni ketika disakiti, mengerti ketika disalahpahami, dan memberi ketika kita sendiri kekurangan.
Kasih sejati tidak lahir dari kenyamanan, melainkan dari keberanian untuk setia, sekalipun terluka.
Kesulitan dan tantangan yang datang dalam hidup bukanlah halangan, melainkan kesempatan untuk memurnikan kasih kita.
Ketika kasih diuji, di situlah ia bertumbuh menjadi lebih kuat dan murni. Seperti emas yang dimurnikan dalam api, kasih pun menjadi lebih cemerlang ketika melewati penderitaan.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.”
Yesus mengundang kita untuk tinggal dalam kasih-Nya, sebuah kasih yang tidak bersifat sementara, melainkan kasih yang kekal, setia, dan memberi hidup.
Namun Yesus juga menunjukkan bahwa kasih ini bukanlah sekadar perasaan6g hangat atau kenyamanan spiritual. Kasih ini adalah buah dari ketaatan.
Sering kali kita ingin tinggal dalam kasih Tuhan, tetapi enggan untuk menuruti perintah-Nya secara total. Kita memilih-milih mana yang nyaman untuk dilakukan. Namun Yesus menegaskan: tinggal dalam kasih-Nya tidak bisa dipisahkan dari ketaatan kepada perintah-Nya.
Menuruti perintah Kristus berarti membiarkan hidup kita diarahkan oleh kehendak-Nya. Itu berarti mengampuni meski disakiti, melayani tanpa pamrih, mencintai tanpa syarat.
Inilah jalan yang Yesus sendiri jalani: Ia menuruti kehendak Bapa, bahkan sampai wafat di kayu salib. Dengan demikian, Yesus menunjukkan kepada kita bahwa kasih sejati itu ditandai oleh ketaatan dan pengorbanan.Ketaatan bukanlah beban, melainkan jalan menuju sukacita sejati.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mewujudkan kasih dalam perbuatan nyata?