Jubah sebagai Penanda Katolisitas

0
2,437 views

“Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.” (Luk 11, 30)

HARI  Jumat malam, ada acara FKUB di wilayah Pekalongan, yakni doa bersama di Taman akam Pahlawan. Romo Paroki hadir bersama frater toper. Keduanya memakai jubah putih. Mereka hadir di tengah para pemuka agama lain dan di tengah-tengah masyarakat yang begitu majemuk dalam banyak hal. Jubah putih merupakan pakaian khas para imam atau pemimpin Gereja Katolik, yang berbeda dengan jubah putih lainnya.

Pemuka agama lain dan juga masyarakat sudah memahami bahwa orang yang berjubah putih itu dari Gereja Katolik. Mereka berdua hadir bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk kepentingan Gereja Katolik Pekalongan. Mereka berdua adalah tanda bahwa Gereja Katolik Pekalongan terlibat dalam kegiatan doa bersama; tanda bahwa Gereja Katolik Pekalongan mendukung gerakan kerukunan umat beragama.

Pastor yang berjubah putih adalah tanda untuk Gereja Katolik. Tanda tidak hanya terbatas pada barang atau hal tertentu. Manusiapun bisa menjadi tanda untuk hal-hal tertentu. Kehadiran seseorang bisa menjadi tanda untuk suatu hal, seperti halnya Yunus menjadi tanda untuk orang Niniwe.

Tanda bahwa orang Niniwe bersedia melakukan pertobatan, yakni berbalik dari kejahatan yang mereka lakukan. Anak Manusia pun menjadi tanda untuk orang sejaman-Nya. Tanda bahwa Allah hadir dan menyelamatkan orang yang percaya; tanda yang menimbulkan perbantahan; tanda bahwa Allah sungguh mengasihi manusia.

Dalam hal apa diriku juga menjadi tanda: kehadiran dan keberadaan diriku itu menjadi tanda untuk siapa atau apa? Sesungguhnya, apa yang mau diwartakan melalui panggilan hidup dan perutusanku selama ini?

Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here