Jujur dan Tidak Sombong

0
268 views
Ilustrasi: Jujur. (Ist)

Selasa 2 Januari 2024

  • 1 Yoh. 2:22-28.
  • Mzm 98:1.2-3b.3c-4.
  • Yoh 1:19-28.
  • KEDALAMAN hati akan membawa orang pada sikap dan tidankan yang jujur dan sederhana. Jauh dari kesombongan dan conggak yang merendahkan orang lain.

Dalam beberapa dua kali debat yang ditayangkan oleh televisi terlihat para kandidat yang dalam ilmunya maupun yang hanya tahu pinggiran, namun menganggap tahu segalanya.

Setiap orang yang ingin mendalam dan mengimani Tuhan lebih dalam, ia perlu jujur akan dirinya sendiri dan rendah hati. Kita tidak perlu malu, mengakui diri sebagai orang berdosa, bahkan pendosa.

Kita perlu mengosongkan diri kita dari berbagai bentuk ketamakan dan kesombongan.

Biar diri dan hidup kita diisi dan dipenuhi oleh Yesus sendiri. Bagai sebuah gelas, kalau penuh tentu tidak bisa diisi lagi. Kalau diisi, pasti tumpah. Sebaliknya, gelas harus dikosongkan dulu supaya bisa diisi dengan yang baru.

“Saya sungguh terkesan dengan teladan dari almarhum pastor yang dulu berkarya di paroki kita ini,” kata seorang bapak.

“Dia punya waktu mengunjungi umat, dan mau mendengarkan keluh kesah umat,” lanjutnya.

“Hal paling berkesan adalah dia datang tanpa disangka-sangka dan jika umat mengalami kesulitan, dia melakukan tindakan konkret dan berusaha ikut membantunya,” ujarnya.

“Dia tidak pernah membeda-bedakan umat, dia merangkul seluruh kalangan umat, dari suku, ras, usia dan keadaan ekonomi,” sambungnya.

“Namun sayang, ia cepat dipindah dari paroki kita. Namun begitu, meski sebentar, dia menunjukkan bahwa dia adalah pelayan yang baik, jujur, dan rendah hati,” tegasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”

Yohanes Pembaptis memberi kesaksian tentang siapa dia sebenarnya, tetapi lebih dari itu ia memberi kesaksian tentang Yesus Sang Mesias.

Pokok pewartaan tentang Yesus Sang Mesias yang baru saja kita rayakan kelahiran-Nya. Yohanes menuntun kita untuk mengenal lebih dalam dan mengimani lebih kuat Yesus sebagai Mesias Penyelamat umat manusia.

Yohanes bersaksi, “Aku bukan Mesias.” Bukan juga Elia atau nabi yang akan datang. Meski Yohanes adalah tokoh spiritual, tokoh besar, tapi ia tidak sombong dan mengaku-ngaku sebagai yang besar agung. Tanpa menyebut nama identitas, ia justru menyatakan diri sebagai “suara orang yang berseru-seru di padang gurun: luruskanlah jalan Tuhan.”

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku jujur, rendah hati dalam menjalani dan menghidupi iman sebagai pengikut Kristus?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here