Kasih kepada Sesama Menuntut Bukti dan Pengurbanan

2
472 views
Orang Samaria mengulurkan tangan pada yang dirampok by Rossano Gospels - 6th Cent. - Folio 007

Senin, 3 Oktober 2022

  • Gal. 1:6-12.
  • Mzm. 111:1-2,7-8,9,10c
  • Luk. 10:25-37

TIDAK bisa dipingkiri bahwa tindakan nyata itu lebih mengesankan daripada banyaknya kata.

Sebuah tindakan kasih yang mungkin begitu kecil lebih menyentuh hati daripada kata-kata penghiburan yang meluncur dari mulut kita berjam-jam lamanya.

Kasih perlu bukti dalam tindakan, bukan hanya kata-kata indah yang tanpa makna.

Kadang kita tidak melakukan tindakan kasih karena berbagai alasan yang sungguh masuk akal. Misalnya ksrena kesibukan, kebutuhan yang menanti, enggan memikul tanggungjawab, takut dimanfaatkan dan sebagainya menjadi alasan pembenaran kita untuk tidak membuktikan kasih.

Kasih tidak bergantung kepada keadaan di luar kita, tapi kepada keputusan dalam diri kita. Pilihan ada di tangan kita, Roh Kudus pun tidak dapat memaksakan kita.

Biarlah kita belajar membuktikan kasih kepada pasangan kita, orang terdekat dan komunitas kita tanpa memedulikan keadaan dan respons mereka.

“Saya iklas, jika memang motor saya tidak kembali,” kata seorang ibu.

“Niat hati saya ingin menolong orang itu yang sungguh kelihatan membutuhkan pertolongan,” lanjutnya.

“Memang ada suara hati yang melarangku, untuk memberikan pertolongan pada orang itu, namun di lain sisi ada suara hati yang mengatakan jika engkau iklas lakukan saja,” kisahnya.

“Dalam pergulatan itu, akhirnya saya memberi pinjam motor dan memberi uang bensin,”ujarnya.

“Saya tahu ini tindakan yang bodoh, terlalu percaya pada orang yang asing,” lanjutnya.

“Namun dari sorot matanya saya yakin bahwa dia orang yang sedang susah, dan saya ingin menolongnya,” sambungnya.

“Memang benar setelah dia saya pinjaman motor, orang itu tidak kembali tepat waktu, dia bilang dua hari, namun sampai satu minggu, dia tidak kembali,” paparnya.

“Semua orang mengatakan bahwa dibohongi, suruh lapor polisi. Ada yang merasa geram. Ada pula yang menyalahkan aku lantaran mudah percaya pada orang,” urainya.

“Saya sendiri, tidak mau lapor polisi, karena saya dari awal saya tahu risiko ini, jika motor tidak kembali saya iklas,” lanjutnya.

“Selamg beberapa waktu kemudian ada sebuah keluarga datang mengatakan bahwa mereka adalah keluarga dari orang yang saya bantu, dan mereka mengantar motor saya, sambil minta maaf dan menjelaskan mengapa baru bisa mengatur motor saya,” sambungnya.

“Orang yang saya tolong mengalami demensia hingga keluarga harus minta tolong polisi untuk menemukan alamat saya sebagai pemilik motor,” jelasnya.

“Tindakan kasih yang tulus itu ada resiko dan pengorbanan, namun jika kita tidak pernah mengambil resiko kita tidak pernah bisa melakukan sesuatu yang baik bagi Tuhan dan sesama,” tegasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.

“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”

Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian.”

Dalam hidup bersama, sesama, sering dibatasi hanya pada mereka yang senang dengan kita, yang setuju dengan pemikiran kita, atau yang selalu memuji dan mendukung kita.

Kisah Orang Samaria yang Baik Hati ini, membuka wawasan kita, bahwa sesama adalah mereka yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan kita di mana saja dan kapan saja.

Entah mereka yang miskin, yang menderita, yang kesepian, yang membutuhkan simpati dan empati kita, mereka-mereka itulah sesama kita.

Kita dipanggil untuk berada bersama mereka. Kita dipanggil untuk membantu mereka yang memerlukan pertolongan.

Kita dipanggil mengasihi sesama manusia bukan karena mereka sama dengan kita, atau berbuat baik kepada kita, tetapi karena Tuhan menghendaki kita menyatakan kasih-Nya kepada sesama kita. Dan, itu berarti termasuk orang-orang yang pernah menyakiti kita.

Bagaimana dengan diriku?

Siapakah sesamaku sampai saat ini?

2 COMMENTS

  1. Sesama ku ialah orang yang saya jumpai, sebenarnya bukan masalah peduli atau tidak peduli, coba kalau sudah di pedulikan tetapi tidak merespon… Apakah kita tetap akan menanti dia memperdulikan kita yang perduli pada nya.?
    Saya lebih memilih orang yang mau di perdulikan dari pada mengulur waktu yang tidak pernah berhenti.
    Tuhan juga suka kepada orang yang perduli. Dia sering kali memberikan petunjuk lewat hal-hal yang kecil dan simpel… Dia menunjukkan dengan kode-kode alam raya ini, memang tidak mudah untuk mempercayainya tetapi faktanya itu terjadi maka saya sangat yakin akan petunjuk yang Ia berikan walaupun waktu yang menentukan hal itu tidak cepat. Seperti bacaan hari Minggu 2 Oktober 2022. Saya berusaha untuk berubah tetapi apa yang saya tanggungjawab i mau berubah untuk lebih baik saya mengikuti arah jalan yang tuhan tunjukkan kepada saya ???

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here