Bacaan 1: Kis 4:32 – 37
Injil: Yoh 3:7 – 15
BERPIKIRAN terbuka atau “open minded” tentu saja tidak mudah. Menerima sebuah ide baru kadang sering membuat bingung.
Bisa mengalami “disonansi kognitif”, yaitu perasaan tidak nyaman, saat menghadapi dua nilai yang berbeda. Atau ketika melakukan hal yang tidak sesuai dengan kepercayaan yang dianut.
Dengan keterbukaan serta kerendahan hati akan memampukan bersikap kritis serta rasional.
Keterbukaan hati serta kerendahan hati, perlu hikmah Allah supaya mudah menerima sesuatu yang baru.
Inilah yang dialami Nikodemus saat berkunjung malam-malam kepada Yesus, belajar pemahaman teologi yang baru dan memahami Kitab Suci dengan benar.
Nikodemus adalah guru agama Yahudi,namun pemahaman Kitab Sucinya terhadap keilahian Yesus masih belum sampai. Sehingga disindir oleh Yesus.
“Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?”
Untuk memahami dan masuk ke dalam Kerajaan Allah, seseorang harus ”dilahirkan kembali”.
Sebuah konsep pertobatan, meninggalkan kehidupan lama dan berubah menjadi manusia baru dalam pembaptisan.
Itulah yang ditawarkan Yesus kepada Nikodemus.
Dengan gamblang Tuhan Yesus menyatakan siapa Diri-Nya,
“Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain dari pada Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia.”
Terkadang sebagian orang masih menutup hati atas Sabda Allah yang diwartakan, karena lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang tidak penting.
Persekutuan adalah pola hidup Gereja Perdana dari para murid pasca kematian Yesus, yaitu bersekutu, sehati dan sejiwa.
Tidak seorang pun berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.
Salah seorang pengikut Yesus, yaitu Yusuf (Barnabas, berarti anak penghiburan) seorang Lewi dari Siprus.
Ia rela menjual ladang miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Hartanya dibagikan untuk kepentingan para rasul dan jemaat yang berkumpul disitu.
Pesan hari ini
Untuk memahami keilahian Yesus perlu keterbukaan dan kerendahan hati serta hikmat Allah.
Ini tidak mudah, Nikodemus mampu melewati kendala tersebut. Kiranya kita diberikan kekuatan untuk bisa bersikap seperti Nikodemus, menerima Yesus sebagai Tuhan.
Tetap dalam persekutuan, sehati dan sejiwa bersama saudara seiman.
“Jadilah pendengar yang baik, ajukan pertanyaan dan menerima kritik secara terbuka. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”