Kisah Hidup Mgr. Vinsensius “Avin” Setiawan Triatmojo, Disayang Bunda Maria (2)

0
387 views
Sosok Mgr. Vinsensius Avin Setiawan Triatmojo saat masih remaja. (Dok Keluarga)

SUATU hari Magdalena Sutarti mengantar makan siang ke pastoran. Ia ditanya oleh  Romo Markus Fortner SCJ, mengapa wajahnya pucat. Ketika mendapat jawaban bahwa dirinya mengandung tiga bulan, Romo Fortner SCJ memberkati perutnya, “Nanti anakmu menjadi pastor.”  

Berbekal berkat

“Tiga kali Romo Forner mengatakan hal yang sama kepada Sutarti, anakmu nanti menjadi pastor,” cerita Yustina, anak pertama Sutarti ini.

Setelah lahir bayi itu lalu dinamakan Vinsensius Setiawan Triatmojo. 

Berbekal dari berkat dan doa Romo Fortner SCJ itulah, Sukidi rajin berdoa. Khususnya Doa Rosario. Satu untaian Rosario untuk satu anaknya. Sukidi yakin, Vinsensius Setiawan Triatmojo itu kelak akan menjadi pastor.

Impian dan harapan Sukidi tertancap kuat dalam benak dan hatinya yang terdalam. Ia tak pernah melewatkan satu hari tanpa Doa Rosario demi keluarganya. Sukidi dan Sutarti pun membiasakan berdoa dan menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anak-anaknya.

”Kami terbiasa berkomunikasi. Segala sesuatu harus dikomunikasikan. Kalau ayah gajian, ia selalu menaruh uang di bawah kasur. Kalau di bawah kasur tidak ada uang, berarti kami tidak punya uang,” tutur Yustina, kelahiran Curup, 31 Juli 1967 ini.

Mencari kebenaran

Yustina bercerita saat ayahnya ingin masuk Katolik. Ayahnya berdoa, mencari kebenaran. Dalam doa-doanya, ia mendapat titah untuk mencari bapak yang masih perjaka dan seorang ibu yang masih perawan.

Sukidi menemukan bahwa yang dimaksud adalah: Yesus dan Bunda Maria, keduanya selalu perjaka dan perawan.

Sukidi dan Sutarti menikah secara Katolik, 16 Agustus 1966. Mereka mengarungi bahtera kehidupan dengan taat mematuhi ajaran iman Katolik. Bagi mereka, Bunda Maria adalah ibu di keluarga mereka, yang akan meneruskan permohonan doa-doanya kepada Yesus, puteranya.

Mukjizat

Yustina mengatakan, kalau kedua orangtua itu merasa sangat disayang Bunda Maria. Mereka menyebutnya, sebagai mukjizat dari Bunda Maria. Banyak pertolongan Bunda Maria yang mereka dapatkan, dari yang sederhana sampai yang tidak pernah mereka duga. Entah berapa kali Sukidi berdoa Rosario dalam satu hari.

Ketika ibu atau kami ada yang sakit, ayah mencuci Rosarionya. Lalu dimasukkan ke air panas. “Airnya itu diminumkan ke ibu atau untuk kami yang sakit. Perlahan kami kembali sehat. Sampai-sampai Rosario ayah ada yang putus karena sering direndam air panas,” tutur Yustina.

Pernah juga tentang beras. Ibunya selalu mencatat setiap kali membeli beras. Suatu hari ayah bertanya, sudah beberapa bulan kita tidak membeli beras.

Ibu kaget. Lalu ia membuka catatannya. Sudah tiga bulan. Padahal setiap bulan pasti kami membeli beras. Beras itu di simpan di kaleng kapur sirih. “Ini berkat pertolongan Bunda Maria,” kata Yustina menirukan kata-kata ayahnya.

Berbagai peristiwa iman telah Sukidi alami. Sukidi yakin, bayi kandungan isterinya, yang diberkati oleh Romo Markus Fortner SCJ kelak akan menjadi seorang pastor. (Berlanjut)

Baca juga: Kisah Hidup Mgr. Vinsensius “Avin” Setiawan Triatmojo, Tiga Perhomonan Sukidi (1)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here