Home BERITA Lectio Divina 04.12.2021 – Yesus Berkeliling dan Menebarkan Kebaikan

Lectio Divina 04.12.2021 – Yesus Berkeliling dan Menebarkan Kebaikan

0
597 views
Hati-Nya tergerak oleh belas kasih, by Vatican News.

Sabtu. Pekan Adven I (U)

  • Yes. 30:19-21.23-26.
  • Mzm. 147:1-6.
  • Mat. 9:35-10:1.6-8.

Lectio

35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. 36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. 38  Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

1  Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. 6 melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.

7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. 8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

Meditatio-Exegese

Berkeliling, mengajar, melenyapkan

Yesus selalu bergerak mendatangi siapa pun yang harus dilayani. Ia berkeliling, pergi dari desa satu ke desa lain, kota yang satu ke kota yang lain. Ia tidak menunggu orang datang pada-Nya.

Ia mengajar tentang Kerajaan Allah dan mengajak setiap pribadi untuk bertobat (bdk. Mat. 4:17). Ia mendatangi sinagoga, tempat orang berkumpul untuk berdoa dan merenungkan sabda Allah. Di sana Ia tidak mengajarkan doktrin baru.

Ia mengajarkan tentang Kerajaan telah datang. Allah sudah ada di tengah umat-Nya. Allah tidak jauh. Ia mendatangi manusia dan mengundang manusia untuk menjadikan-Nya pusat hidup.

Yesus melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Yang paling dekat berdampingan dengan kaum miskin adalah penyakit dan derita. Ketika penyakit dan derita dipandang sebagai kutukan dari Allah, Yesus justru memberi penghiburan. Inilah yang menjadi pembeda.

Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan

Yesus merentangkan tangan dan menerima mereka yang sakit, lelah dan telantar. Mereka seperti domba tanpa gembala dan hidup dalam bahaya. Seperti Hamba Yahwe yang dinubuatkan Nabi Yesaya, Yesus bertindak, “menghibur umat-Nya” (bdk. Yes. 40:1). 

Sebagai Hamba Yahwe, tugas perutusan-Nya sangat jelas, “Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya.” (Yes. 42:2-3). 

Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian

Yesus melibatkan para murid dalam melaksanakan tugas pelayanan-Nya. Yang dilakukan-Nya pertama-tama dan paling utama adalah Ia meminta mereka berdoa kepada Bapa, sang pemilik tuaian, umat.

“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Mat 9: 37-38).

Doa mengungkapkan tekad untuk setia melaksanakan tugas perutusan dan menjadikan diri sendiri sebagai alatNya. Bila tugas dilaksanakan sesuai dengan kehendak Yang empunyai tuaian, tugas itu tidak akan lenyap ketika pekerja mati; tetapi akan terus berkembang dan diteruskan pekerja lainnya.

Selanjutnya, Yesus memberi kuasa kepada para murid untuk menyembuhkan penyakit dan mengusir setan. “Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.” (Mat. 10: 1).

Ia tidak memberi mereka dogma untuk diajarkan. Tetapi Ia meminta mereka untuk membantu sesama berjuang melawan segala hambatan yang menghalangi manusia hidup sesuai citra Allah (Kej. 1:27) – perbudakan, kebodohan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, keserakahan dan paham-paham yang menjauhkan manusia dari Allah.

Tugas perutusan itu, dalam tradisi jemaat Matius, dimulai “kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Mat. 10: 6; bdk. Yer. 50:6). Domba yang hilang dari umat Israel adalah mereka yang tidak diurus oleh para pemimpin dan pemuka agama.

Mereka diinjak-injak dengan kekerasan dan kekejaman (Yeh. 34:4b). Terlebih, mereka dipaksa untuk bekerja di peternakan babi milik orang bukan Yahudi (bdk. Mat. 8:28-34; Mrk. 5:1-20; Luk. 26-39).

Nubuat Nabi Yehezkiel menginspirasi tugas perutusan para murid:  menguatkan yang lemah, mengobati yang sakit, membalut yang luka, membawa pulang yang sesat, dan mencari yang hilang (bdk. Yeh. 34:4a).

Kelak sesudah Paskah warta Kabar Gembira disampaikan secara penuh kepada seluruh umat manusia. Sabda-Nya (Mat. 28:19), “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku.”,  Euntes ergo docete omnes gentes.

Namun demikian, di beberapa bagian Matius menyingkapkan sikap Yesus yang terbuka pada bangsa kafir (mis. Mat. 3:9; 8:11; 10:18).

Katekese

Jadilah kudus. Paus Fransiskus, 17 Desember 1936-sekarang:

“Menjadi kudus tidak menuntut seseorang menjadi uskup, imam atau biarawan/biarawati. Kita sering tergoda karena mengira bahwa kekudusan hanya diperuntukkan bagi yang dapat meninggalkan urusan-urusan biasa sehari-hari agar dapat memanfaatkan lebih banyak waktu untuk berdoa. Menjadi kudus tidak seperti ini.

Kita dipanggil menjadi kudus dengan cara hidup menghayati hidup dengan penuh kasih dan menjadi saksi-Nya dalam seluruh perbuatan kita, di manapun kita berada. Apakah kamu dipanggil untuk menghayati hidup bakti? Jadilah kudus dengan menghayati kaul-kaummu dengan suka cita.

Apakah kamu menikah? Jadilah kudus dengan mengasihi dan memperhatikan suami atau istrimu, seperti Kristus mengasihi Gereja. Apakah kamu menjadi pencari nafkah? Jadilah kudus dengan integritas dan keterampilan tinggi dalam melayani saudara dan saudarimu.

Apakah engkau seorang orang tua tunggal atau kakek-nenek?

Jadilah kudus dengan segenap kesabaran mengajarkan pada anak-anak kecil cara mengikuti Yesus. Apakah kamu memegang kekuasaan atau jabatan?

Jadilah kudus dengan bekerja demi kesejahteraan bersama dan mengabaikan kepentingan diri sendiri.” (Seruan Apostolik, Gaudete et Exsultate, 14)

Oratio-Missio

Tuhan, bangkitkanlah semangatku dan kuatkanlah imanku. Anugerahkanlah kepadaku keberanian untuk menghayati Injil-Mu dan mewartakan Kerajaan-Mu. Amin.

  • Apa yang aku lakukan untuk menjadi pekerja-Nya yang kudus?

Rogate ergo Dominum messis, ut mittat operarios in messem suam – Matthaeum 9:38 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here