Jumat. Hari Biasa Masa Natal (P)
- 1Yoh. 3:11-21
- Mzm. 100:2.3.4.5
- Yoh. 1:43-51
Lectio
43 Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” 44 Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus. 45 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.”
46 Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” 47 Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya.”
48 Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” 49 Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel.”
50 Yesus menjawab, kata-Nya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.”
51 Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”
Meditatio-Exegese
Ikutlah Aku
Panggilan Yesus untuk semua manusia selalu sama: mengikuti-Nya. Ketika Ia kembali ke Galilea, di pesisir Danau Galilea, di Betsaida, Ia bertemu Filipus, dan memanggilnya (Yoh. 1:43), “Ikutlah Aku.”, Sequere me.
Menanggapi ajakan Yesus, Filipus tinggal bersama-Nya. Ia mulai mengenal pribadi Yesus dan mengimani-Nya. Baginya, Yesus adalah “Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” (Yoh. 1:45).
Gereja Perdana mencatat asal muasal para murid pertama. Filipus, Andreas dan Simon Petrus berasal dari Betsaida (Yoh. 1: 44). Nathanael atau Bartolomeus dalam Mat. 10:3 dan Luk. 6:14 berasal dari Kana.
Sedangkan Yesus sebut dari Nazaret. Daerah asal masing-masing selalu bermakna dalam upaya pengenalan akan identitas seseorang.
Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?
Filipus bersuka cita atas pengenalannya akan Yesus. Suka cita itu lalu diberitakan pada sahabatnya, Natanael (Yoh. 1:45). Filipus mungkin mengharapkan jawaban yang penuh semangat.
Ternyata, jawaban sahabatnya bernada penuh keraguan. “Mungkinkah suatu yang baik berasal dari Nazaret?” (Yoh. 1:46) selalu bermakna bahwa Mesias yang diharapkan bangsa Yahudi tidak mungkin berasal dari desa kecil di Galilea.
Di samping itu, ajaran para rabbi yang ia terima menyatakan bahwa Mesias akan datang dari Betlehem di Yudea (Mi. 5:1; Yoh. 7:42). Tidak mungkin Ia dilahirkan dan berasal dari Nazaret di Galilea (Yoh. 7:41).
Filipus menanggapi dengan mengulang sabda Yesus pada dua orang murid yang telah dipanggil lebih dahulu, Andreas dan Simon, yang disebut Petrus. Kata Filipus, “Mari dan lihatlah.” (Yoh. 1: 47). Sekali lagi, Filipus mengajak sahabatnya untuk berjumpa, mengalami, berbagi rasa dan pikir, bersaksi dan, akhirnya, menuntun pada pengenalan pribadi dengan Yesus.
Engkau Raja orang Israel
Ketika Yesus melihat Natanael dan menjumpainya, Ia bersabda (Yoh. 1:47), “Inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!”, Ecce vere Israelita, in quo dolus non est.
Yesus menyebutnya sebagai Israel sejati Yakub, yang diberi nama Israel (Kej. 37:10), karena ia haus akan Allah dan percaya pada janji-Nya. Dalam Perjanjian Lama, Yakub selalu percaya pada Allah, tidak ada kepalsuan kakaknya, Esau (Kej. 25:27).
Yesus telah mengenal Natanael, yang penuh keraguan, telebih dahulu. Sapaan ini membuka percakapan yang lebih panjang di bandingkan dengan percakapan Yesus dengan tiga murid yang dipanggil lebih dulu.
Natanael bertanya bagaimana Yesus mengenalnya. Ia merasa belum pernah berjumpa dengan Yesus. Ternyata, Yesus pernah melihatnya duduk di bawah pohon ara (Yoh. 1: 48). Bagi bangsa Israel, pohon ara merupakan lambang damai sejahtera berkat yang melimpah dari Allah (1Raj. 4:24b-25; Mi. 4:4; Za 3:10).
Pohon yang menjulang tinggi dengan daun lebat selalu menjadi tempat berteduh di bawah terik matahari siang. Di bawah naungannya, orang dapat beristirahat, berdoa dan merenungkan sabda Allah. Para rabbi sering mengumpulkan anak-anak dan mengajar di bawah naungan pohon yang berbuah manis ini.
Orang Israel sejati adalah dia yang selalu bersedia untuk meninggalkan pertimbangan dan pikirannya sendiri dan menjadikan pertimbangan dan pikiran Allah menjadi miliknya. Ia mengharapkan Mesias seperti yang diajarkan oleh para rabbi yang mengajarnya saat itu (bdk. Yoh. 7: 41-42.52).
Tetapi, ketika ia berjumpa dengan Yesus, ia mengakui bahwa apa yang dipercayainya lebih dahulu adalah palsu atau salah. Ia mengganti dengan pertimbangan dan pikiran Allah. Maka, Natanael percaya (Yoh. 1:49), “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel.”, Rabbi, tu es Filius Dei, tu rex es Israel.
Pengakuan iman bahwa Yesus adalah Raja orang Israel menjadi kunci pengenalan akan Yesus. Kelak Ia wafat di kayu salib dengan penegasan yang tertulis di papan kayu (Yoh. 19:19), “Yesus, Orang Nazaret, Raja orang Yahudi”, Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum.
Natanael, seperti Yakub, akhirnya juga mengalami penglihatan bahwa langit terbuka dan para malaikan naik dan turun di hadapan Anak Manusia. Ia mengalami bahwa Yesus menyatukan Allah dengan manusia di kayu salib dan kebangkitan-Nya. Apa yang dimimpikan Yakub menjadi nyata dalam Yesus (Kej. 28:10-22).
Katekese
Perjumpaan pribadi dengan kasih Yesus yang menyelamatkan. Paus Fransiskus, 1936:
“Alasan utama untuk evangelisasi adalah kasih Yesus yang telah kita terima, pengalaman keselamatan yang mendorong kita untuk selalu lebih mencintai-Nya. Kasih macam apa yang tidak merasa perlu berbicara tentang orang yang dikasihinya, memperkenalkannya, membuatnya dikenal?
Jika kita tidak merasakan keinginan kuat untuk membagikan kasih ini, kita perlu berdoa lebih tekun sehingga Dia akan sekali lagi menyentuh hati kita. Kita perlu memohon rahmat-Nya setiap hari, seraya memintaNya membuka hati kita yang dingin dan menggoncang-goncangkan hidup kita yang suam-suam kuku dan dangkal.
Dengan hati terbuka berdiri di hadapan Yesus dan membiarkan-Nya memandang kita, kita melihat pandangan kasih yang dilihat sekilas oleh Natanael ketika Yesus berkata padanya: “Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara” (Yoh. 1:48).
Betapa baiknya berdiri di hadapan salib, atau berlutut di hadapan Sakramen Mahakudus, dan hanya berada di hadirat-Nya! Betapa baik bagi kita bila membiarkan Yesus sekali lagi menyentuh hidup kita dan mendorong kita membagikan hidupNya yang baru. Apa yang kemudian terjadi adalah bahwa “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar, itu kami beritakan.” (1Yoh. 1:3).
Motivasi terbaik untuk enyampaikan Injil adalah merenungkannya dengan kasih, berlama-lama pada halamanhalamannya dan membacanya dengan hati. Jika kita mendekati Injil dengan cara ini, keindahannya akan membuat kita terpukau dan terus-menerus menggairahkan kita.
Maka, sangat penting memulihkan semangat kontemplatif yang memampukan kita setiap hari menyadari kembali bahwa kita adalah para penjaga harta warisan yang membuat kita menjadi lebih manusiawi dan membantu kita untuk menjalani kehidupan baru. Tidak ada yang lebih berharga yang dapat kita berikan kepada orang-orang lain.” (Seruan Apostolik Sukacita Injil – Evangelii Gaudium, 264).
Oratio-Missio
Tuhan, melalui Yesus Kristus, Putera-Mu, Engkau telah membuka jalan ke sorga bagiku. Sebagaimana Engkau menyingkapkan diri-Mu kepada para bapa kaum beriman dan para Rasul, berkenanlah menyingkapkan diri-Mu padaku, agar aku mengenali kehadiran-Mu dan mengenal Kerajaan-Mu dalam hidupku. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk semakin mengenal dan mengasihi Yesus?
Respondit ei Nathanael: “Rabbi, tu es Filius Dei, tu rex es Israel. – Ioannem 1:49