Home BERITA Lectio Divina 14.07.2023 – Seperti Domba ke Tengah Serigala

Lectio Divina 14.07.2023 – Seperti Domba ke Tengah Serigala

0
Serigala memangsa domba, by Jean-Baptiste Oudry.

Jumat. Pekan Biasa XIV (H)

  • Kej. 46:1-7.28-30
  • Mzm. 37:3-4.18-19.27-18.39-40
  • Mat. 10:16-23

Lectio

16 “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. 17 Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya.

18 Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. 19 Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.

20 Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. 21 Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.

22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. 23 Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang. 

Meditatio-Exegese

Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir

Yakub pergi ke Mesir karena kelaparan melanda tanah Kanaan (Kej. 47:4). Allah telah mempersiapkan jalan baginya melalui serangkaian peristiwa yang menyakitkan hati dan serangkaian ujian. Semuanya menjadi terang pada saat ini.

Ujian dalam hidup tidak dihindari, walau berat, bahkan sangat berat. Segala yang terjadi mengarah pada kebaikan, omnia ini bonum.

Pengungsian ke Mesir seolah menyudahi janji Allah akan tanah. Ia pernah melarang Ishak pergi ke Mesir (Kej. 26:2), karena Ia hendak menunjukkan bahwa Kanaan adalah tanahnya.

Perintah untuk pergi ke Mesir disingkapkan pada malam hari dalam penglihatan berupa mimpi, sama seperti dialami para bapa bangsa yang lain. Perintah ini tidak menunda janji Allah akan Kanaan.

Allah sendiri akan pergi dan menyertai Yakub ke Mesir. Di negeri asing itu, Ia menjadikan bangsa kecil itu menjadi bangsa yang besar.

Allah juga akan membawanya keluar dari negeri itu. Kelak tak hanya jasad Yakub akan dibawa keluar dari Mesir dan dimakamkan di Kanaan (Kej. 50:1-14), tetapi juga seluruh bangsa dibebaskan dari penjajahan, Keluaran.

Maka, Allah bersabda, “Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir.”, Ego sum Deus, Deus patris tui. Noli timere descendere in Aegyptum.

Tentang kisah ini, Santo Ambrosius menulis, “Demi apa yang dibutuhkannya jika Allah pergi bersama dia? […] Siapa yang perkasa seperti Yakub di tanah airnya di negeri asing?

Siapa yang memiliki kekayaan berlimpah seperti yang dipunyainya saat bencana kelaparan? Siapa yang kuat sepertinya di masa muda dan seperti orang ini di masa tua? […] siapa yang sekaya dia di kerajaannya, seperti orang ini dalam pengembaraannya?

Ia bahkan memberkati para raja […], dan siapa yang memanggilya miskin karena dunia tidak pantas mengetahuinya? Karena ia mempunyai sahabat di surga.” (De Iacob Et Vita Beata, 2, 9. 38).

Yusuf tidak menunggu Yakub mengunjunginya seperti seharusnya bagi pejabat tinggi. Memang, ia memiliki jabatan sosial sangat tinggi, sedang ayahnya hanya seorang pengembara yang datang ke negeri asing.

Yusuf mencampakkan seluruh kedudukan yang menempel padanya. Ia pergi menyongsong, memeluk dan menangis di bahu ayahnya.

Yakub melihat semua anaknya mengelilinginya. Sekarang ia memahami tugas pengutusannya sebagai Israel, bapa bangsa, terpenuhi. Ia dapat meninggal dengan tenang.

Karena bangsa Israel memiliki mata pencaharian sebagai penggembala kambing-domba, mereka menja jarak sosial tertentu dari bangsa Mesir. Sikap ini diambil agar mereka tidak kehilangan identitas sebagai bangsa yang setia pada Yahwe, Allah mereka. 

Aku mengutus kamu

Yesus mempercayakan kepada para murid tugas perutusan yang akan mereka emban. Mereka harus hadir dan melayani mereka yang dipanggil dan mengimani Yesus sebagai pusat hidup mereka. Tentang tugas perutusan itu, Yesus menggambarkan dalam dua perumpamaan.

Pertama, domba di tengah serigala, yang melambangkan situasi sulit dan berbahaya yang akan dihadapi para murid. Situasi yang sulit dan berbahaya tercermin dalam penjelasan-Nya: “waspadalah terhadap semua orang.” (Mat 10:17).

Kewaspadaan perlu, karena pewartaan Injil, Kabar Sukacita selalu berhadapan dengan kuasa setani, yang berwujud pada persekusi, permusuhan, dan penuntutan di muka pengadilan yang tidak adil. Menghadapi kesulitan dan bahaya, Yesus memberikan jaminan perlindungan, saat bersabda (Mat 10: 16), “Aku mengutus kamu.”, Ecce ego mitto vos.

Sedangkan ungkapan “mereka menyerahkan kamu” (Mat 10:17) tidak mengacu pada makna bahwa para murid harus menghadapi pengadilan yang dikelola orang-orang yang tak mengenal Allah, tetapi mengacu pada makna bahwa para murid akan mengalami pengalaman seperti yang dialami Yesus, Sang Guru, yang “diserahkan ke dalam tangan manusia.” (Mat 17:22).

Benar mereka akan akan diserahkan pada pengadilan yang selalu palsu. Tetapi kesempatan itu menjadi kesempatan untuk bersaksi tentang kebenaran Injil.

Selanjutnya, cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Kecerdikan seperti ular dan ketulusan seperti merpati selalu bermakna bahwa para murid harus percaya pada Allah. Di samping itu, mereka harus mampu terus-menerus waspada melalui refleksi mendalam tentang semua hal yang terjadi di sekeliling karya kerasulan.

Refleksi, rencana kerja, pelaksanaan, evaluasi selalu menyatu, agar karya kerasulan berhasil guna. Di samping itu, ketulusan selalu menjadi landasan untuk menjalin relasi dengan semua pihak, termasuk mereka yang memiliki kehendak baik (bdk. Luk. 2:14).

Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu

Dalam menghadapi segala situasi dalam tugas pelayanan dan kesaksian, para murid harus percaya pada bantuan Allah. Masing-masing tidak boleh mengandalkan kemampuan  dan sumber daya milik diri sendiri. Yesus telah menjanjikan Roh Kudus untuk mendukung tugas perutusan para murid. 

Dialah yang akan bekerja ketika para murid melaksanakan tugas pewartaan Injil dan kesaksian iman yang mereka emban. Roh Kudus akan bersabda melalui mereka. 

Ia bersabda (Mat 10:20), ”Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu”, Non enim vos estis, qui loquimini, sed Spiritus Patris vestri, qui loquitur in vobis.

Akan menyerahkan

Ungkapan ini diulangi untuk kedua kali. Santo Matius menggambarkan perpecahan dalam keluarga. Masing-masing anggota keluarga saling membenci. Kebencian disebabkan bukan karena Kabar Sukacita, tetapi reaksi masing-masing anggota keluarga terhadap salah satu yang mengimani Yesus dan menerima Warta Sukacita.

Penentangan terhadap Warta Sukacita diungkapkan melalui “kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku.” (Mat 10:22). Ungkapan ini bermakna adanya penolakan oleh para tetangga, anggota keluarga, bahkan sahabat dari mereka yang percaya pada Yesus. Tetapi juga, penolakan pada mereka yang diutus.

Setiap penolakan selalu memberi peluang untuk bersaksi. Ia bersabda, “Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.” (Luk. 6:22). Apabila bertahan sampai akhir, para murid-Nya pasti selamat.

Katekese

Roh Bapamu yang di sorga bersabda melaluimu sepanjang masa. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Pasti kita telah mendengar sabda, “Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan … Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.”

Di tempat lain, Ia bersabda, ”Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:20).

Bukankah ini bermakna bahwa umat yang mendengarkan sabda Tuhan itu akan tetap tinggal di sini hingga akhir dunia? Tuhan lebih menekankan tidak hanya pada mereka yang akan pergi meninggalkan hidup ini, tetapi pada orang lain, termasuk kita dan mereka yang akan ada setelah kita dalam hidup.

Ia memandang setiap orang dalam perlindungan tubuh-Nya sendiri; dan sabda-Nya, ”Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” didengarkan oleh para rasul dan kita juga.

Dan jika kita tidak mendengar  sabda itu melalui akal budi kita, kita pasti mendengarkannya melalui hati nurani kita. Maka, agar kita selalu aman sebagai domba di tengah serigala, kita harus melaksanakan perintah-Nya yang selalu menuntun kita pada kebenaran Injil.

Dan biarlah kita menjadi ”tulus seperti merpati, tetapi cerdik seperti ular.” (Mat 10:16). Tulus seperti merpati agar kita tidak merugikan seorang pun; dan cerdik seperti ular agar kita wapada agar tidak membiarkan seorang pun membahayakan kita.” (Sermon 44a.2).

Oratio-Missio

Tuhan, bantulah aku untuk menhadapi kesulitan, penentangan dan penganiayaan yang mungkin datang saat melayani-Mu dan Kerajaan Kasih-Mu. Kuatkanlah imanku dan kuatkanlah aku agar aku tidak mundur untuk melakukan kehendak-Mu. Amin.

  • Apa yang harus aku lakukan pada mereka yang menolak Warta Sukacita?

Ecce ego mitto vos sicut oves in medio luporum; estote ergo prudentes sicut serpentes et simplices sicut columbae – Matthaeum 10:16

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version