Lectio Divina 21.05.2023 – Diutus Mewartakan dan Menemukan Kebenaran

0
113 views
Yesus ditinggikan di salib, lukisan Etiopia circa 2000

Minggu. Hari Minggu Paskah VII. Hari Minggu Komunikasi Sedunia (P)

  • Kis. 1:12-14
  • Mzm. 27:1,4,7-8a
  • 1Ptr. 4:13-16
  • Yoh. 17:1-11a

Lectio

1 Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. 2 Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.

3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. 4 Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.

5 Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada. 6 Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.

7 Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. 8 Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

9 Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu 10 dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. 11 Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu.

Meditatio-Exegese

Bapa, telah tiba saatnya

Menengadah ke langit dengan tangan merentang merupakan sikap doa tradisional orang Yahudi (Mzm. 123:1; Mat. 14:19; Luk. 9:16; Yoh. 17:1, dll.). Sikap ini menunjukkan sikap doa Yesus sebagai Imam Agung dan mengingatkan akan doa yang diajarkan-Nya, Bapa Kami (Mat. 6:9-13).

Sekali lagi Yesus berbicara tentang η ωρα, he hora, ‘saat’-Nya. Santo Yohanes menggunakan kata he hora, saat-Nya, sebanyak tujuh belas kali. Pada bagian pertama Kitab Injil Yohanes, disebut Kitab Tanda, kata ini digunakan untuk mengantisipasi puncak karya pelayanan Yesus (bdk. Yoh. 2:4; 4:21; 5:25; 7:30; 8:20).

Pada bagian kedua Injil Yohanes, yang disebut sebagai “Kitab Kemuliaan”, setelah Yesus masuk Yerusalem untuk terakhir kali, ‘saat’-Nya sudah tiba, dan hanya bermakna tunggal, yaitu puncak hidup-Nya di dunia (bdk. Yoh. 12:23.27; 13:1; 17:1).  

Injil Lukas juga mencatat tentang ‘saat’ yang mengacu pada ‘saat kegelapan’, σκοτους, skotous, dari kata dasar, skotos, tenebra (Latin) (Luk. 22:53).

Santo Yohanes juga berulang kali menggunakan ungkapan kegelapan simbol sebagai simbol dosa, kejahatan dan maut, bahkan sejak di pengantar Injilnya, “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” (Yoh. 1:5).

Permuliakanlah Anak-Mu

Santo Yohanes menggunakan kata δοξασον, doxason, dari kata doxazo, permuliakanlah. Yesus berbicara tentang satu-satunya cara Ia dipermuliakan: disalibkan.

Di samping kata ini, Santo Yohanes juga menggunakan kata ‘ditinggikan’ (Yoh. 12:32; bdk. Yoh. 3:14), “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” et ego, si exaltatus fuero a terra, omnes traham ad meipsum.

Salib menyingkapkan betapa Allah memiliki kerahiman dan belas kasih tak terbatas bagi pendosa. Kuasa pengorbanan dan belas kasih-Nya tak bertepi. Maka salib menjadi simbol tiadanya penghukuman, bagi mereka yang mengimani Yesus Kristus (Rm. 8:1).

Sedangkan Yesus memberikan penghormatan dan pemuliaan pada Bapa-Nya melalui ketaatan dan kerelaan hati-Nya untuk untuk wafat di salib demi manusia.

Yesus berbicara tentang Bapa yang menyerakan pemuliaan Kristus Yesus melalui misteri inkarnasi.  Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (Yoh. 1:14).

Dari atas salib mengalirlah pengampunan, kemerdekaan dan hidup haru dalam Roh Kudus. Maka, Allah Bapa menganugerahkan pada manusia Anak-Nya yang tunggal untuk membebaskan manusia dari  perbudakan dosa, salah dan penghukuman.

Kematian-Nya menumbuhkan hidup baru hidup berkelimpahan damai sejahtera dan suka cita, seperti dikehendaki Allah untuk dibagikan di antara manusia. Tiada bukti kasih yang lebih besar dari pada bukti kasih Allah pada kira masing-masing di muka bumi dari pada Salib Yesus Kristus.

Di salib kita menyaksikan cara baru untuk mengasihi – kasih yang penuh kerahiman, pengorbanan, murah hati mengatasi segala ukuran.

Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua

Yesus   menawarkan hidup kekal. Hidup itu bukan sekedar hidup tanpa dibatasi waktu atau keadaan seperti sekarang dan berlangsung abadi. Allah menawarkan sesuatu yang jauh lebih luhur dan mulia mengatasi segala batasan hidup badaniah.

Hidup kekal lebih bersifat mutu dari pada sederet jumlah angka waktu dan tahun hidup. Supaya pantas menerima anugerah hidup kekal, tiap manusia dituntut untuk menghayati hidup seperti Allah yang hidup dalam diri manusia.

Ketika manusia memiliki hidup abadi, kini ia mengalami keagungan, kemuliaan, dan kesucian Allah. Dan kita wajib membagikan kepada semua orang.

Melalui anugerah dan karya Roh Kudus Allah memenuhi hidup kita dengan damai sejahtera, suka cita dan kasih.

Sekarang mereka tahu

Yesus juga berbicara bahwa para murid dapat mengenal satu-satunya Allah yang benar. Mengenal selalu bermakna mengasihi. Maka manusia dimampukan untuk mengasihi Allah dan dipersatukan dengan-Nya dalam relasi kasih dan persahabatan, seperti antar pribadi yang dekat.

Inti ajaran Yesus, yang membedakan dengan keyakinan agama lain termasuk Yahudi, adalah pengalaman pribadi akan Allah yang dikasihi sebagai Bapa yang abadi (Rm. 8:15; Gal. 4:6). Ia mengenal kita masing-masing sebelum penciptaan (Ef. 1:4; Rm. 8:29).

Ia telah menenun kita masing-masing sejak dalam kandungan ibu (Mzm. 139:13; Yer. 1:15). Yesus memungkinkan kita mengenal secara pribadi Allah sebagai Bapa kita. Melihat Yesus sama dengan melihat Bapa.

Dan sekarang Ia berdoa bagi milik-Nya sendiri yang masih di dunia. Setiap milik-Nya diundang-Nya terus berpaut pada-Nya tanpa kunjung putus.

Terlebih Ia juga mengundang setiap murid-Nya untuk merajut cerita, mewartakan kisah kebenaran bahwa Ia mengasihi manusia dan alam semesta.

Katekese

Manusia harus mengisahkan kebaikan. Paus Fransiskus, 17 Desember, 1937 – sekarang :

“Manusia bukan hanya satu-satunya makhluk hidup yang membutuhkan pakaian untuk menutupi kerapuhannya (bdk. Kej 3:21). Ia juga merupakan satu-satunya makhluk yang perlu mengisahkan dirinya, “mengenakan” cerita-cerita untuk menjaga hidupnya.

Kita tidak hanya menenun pakaian, tetapi juga menenun cerita: sesungguhnya, kemampuan manusiawi untuk “menenun” (Latin: texere) tidak hanya mengacu pada kata “tekstil”, tetapi juga “teks”.

Berbagai cerita dari setiap masa memiliki sebuah “mesin tenun”umum: struktur yang meliputi sosok “para pahlawan”, bahkan pahlawan dalam kehidupan sehari-hari, yang dalam mewujudkan mimpinya menghadapi situasi-situasi yang sulit, melawan kejahatan yang didorong oleh sebuah kekuatan yang membuat mereka berani, yaitu kekuatan cinta kasih.

Dengan membenamkan diri kita dalam cerita-cerita tersebut, kita dapat menemukan kembali motivasi-motivasi heroik untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.

Namun, sementara cerita-cerita yang digunakan untuk tujuan-tujuan instrumental/pemanfaatan dan kekuasaan berumur pendek, sebuah cerita yang baik mampu melampaui batas-batas ruang dan waktu.

Cerita-cerita itu tetap aktual berabad-abad lamanya karena memberikan asupan dalam kehidupan.

Pada era sekarang ini pemalsuan menjadi semakin canggih, bahkan mencapai tingkat eksponensial (seperti rekayasa materi digital).

Maka, kita membutuhkan kebijaksanaan untuk menerima dan menciptakan cerita-cerita yang indah, benar dan baik. Kita membutuhkan keberanian untuk menolak cerita yang palsu dan jahat.

Kita membutuhkan kesabaran dan penegasan rohani untuk menemukan kembali cerita-cerita yang membantu kita untuk tidak kehilangan benang di antara banyaknya permasalahan sekarang ini.

Cerita yang mengungkapkan kebenaran tentang siapa diri kita sesungguhnya, juga dalam kepahlawanan yang diabaikan dalam kehidupan sehari-hari.” (Pesan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke 54 Tahun 2020 Supaya Engkau Dapat Menceritakan Kepada Anak Cucumu (Kel 10:2), Hidup Menjadi Cerita, 1-2)

Oratio-Missio

“Yesus yang baik, aku memohon Engkau melimpahiku dengan anugerah untuk bersatu denganMu. Di antara pelbagai benda duniawi yang mengelilingiku, Tuhanku, satu-satunya hal yang kurindukan adalah bersatu dengan-Mu.

Engkaulah dambaan jiwaku. Sahabat hatiku, persatukan jiwa kecilku yang unik dengan kebaikan-Mu yang sempurna. Engkaulah yang memilikiku; kapan aku menjadi milik-Mu?

Tuhan Yesus, kekasih jiwaku, dekatkanlah aku dengan hatimu.  Ikatlah, peraslah dan satukan aku selamanya dengan Hati-Mu yang mahakudus. Engkau telah menciptakan aku demi diri-Mu.

Jadikanlah aku selalu bersama-Mu. Seraplah setetes hidup yang kecil ini ke dalam samudera kebaikan-Mu saat Ia datang” (doa Santo Fransiskus de Sales, 1567-1622, terjemahan bebas).

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menjadi pencerita kebenaran?

Haec est autem vita aeterna, ut cognoscant te solum verum Deum et, quem misisti, Iesum Christum – Ioannem 17:3

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here