Lectio Divina 26.05.2021 – Melayani dan Memberikan Nyawa

0
317 views
Melayani dan menyerahkan nyawa, by Vatican News.

Rabu. Pekan Biasa VIII (H)

  • Sir.36: 1.4-5a.10-17.
  • Mzm.79: 8.9.11.13.
  • Mrk. 10:32-45

Lectio

32 Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya,

33 kata-Nya: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, 34 dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.”

35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” 36  Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?” 37 Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.”

38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” 39 Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. 40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.”

41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. 42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 43 Tidaklah demikian di antara kamu.

Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 44  dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. 45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat

Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus memberitahukan kepada murid-Nya apa yang akan dialami-Nya di Yerusalem dalam waktu dekat. Ia akan diserahkan ke tangan manusia, Ia dikhianati. Akhirnya, dibunuh.

Nabi Yesaya telah menubuatkan apa yang akan dialami Mesias, Hamba Yahwe (Yes. 50:4-6; 53:1-10). Kematian-Nya tidak disebabkan karena nasib buta atau rencana dan rancangan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kematian-Nya adalah konsekuensi kesetiaan-Nya untuk melaksanakan tugas perutusan dari Bapa.

Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk mengikuti jalan-Nya, bahkan jika mereka harus mengambil jalan derita seperti kelak dialami-Nya. Para murid menanggapi dengan hati yang tawar, takut. Rupanya mereka kurang jeli mendengarkan sabda-Nya. Di akhir percakapan Ia mengungkapkan, “Sesudah hari ketiga Ia akan bangkit.” (Mrk. 10:34).

Mereka hanya terpaku pada pemahaman bahwa Mesias harus datang sebagai pahlawan atau hakim atau imam agung yang  memimpin bangsanya mengalahkan penjajah. Mereka lupa akan nubuat Nabi Yesaya dan kebangkitan-Nya mengalahkan sumber dari segala sumber penjajahan, dosa dan maut.

Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak

Para murid tidak mau tahu akan apa yang dinubuatkan Yesus tentang diri-Nya di Yerusalem. Mereka tenggelam dalam pikiran dan keinginan masing-masing. Kakak-beradik Yakobus dan Yohanes menghendaki kedudukan ketika Yesus mulia kelak.

Apa yang diungkapkan Yakobus dan Yohanes mencerminkan apa yang hidup dalam hati jemaat yang dibina Santo Markus. Hingga jaman ini dan di sini, masih berkobar keingian untuk memenuhi hasrat pribadi. Apa yang dapat kuperoleh dari jemaat selalu menjadi obsesi.

Santo Matius merumuskan keinginan yang berpusat pada diri sendiri itu dengan cara sedikit berbeda. Yang memohon adalah ibu kedua rasul itu (bdk. Mat. 20:20).

Mungkin permohonan itu didorong oleh kecemasan yang melanda dalam situasi sulit, karena merebaknya kemiskinan dan lapangan kerja yang makin sulit.

Bila terkait dengan dengan kesulitan karena kemiskinan material, Yesus selalu menekankan bahwa jemaat perlu berpikir kreatif untuk mengatasi.

“Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya.” (Mrk 14:7)

Kamu tidak tahu apa yang kamu minta

Yesus menanggapi permintaan mereka dengan nada tegas. “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta.” Dan Ia melanjutkan dengan bertanya apakah mereka mampu minum dari piala yang hendak Ia minum dan baptisan yang hendak Ia terima.

Kedua orang murid itu hanya memikirkan hal yang sederhana seperti terlintas dalam benak mereka. Yesus hanya akan minum anggur seperti adat kebiasaan dan dibaptis seperti yang mereka alami di Sungai Yordan dengan Yohanes Pembaptis.

Mereka tidak menelisik makna kata Yesus secara lebih mendalam. Anggur yang akan Ia minum bermakna sengsara dan derita yang akan segera Ia tanggung dan baptisan adalah baptisan darah di kayu salib. Spontan, kedua orang itu menjawab, “Kami dapat.”

Namun, tak berapa lama setelah jawaban itu, para murid, termasuk kedua murid itu, lari meninggalkan Yesus sendirian di pelataran pengadilan Sanhedrin dan Pilatus (bdk. Mrk. 14:50).

Tentang tempat yang sangat mulia di sisi kanan dan kiri, Yesus menyerahkan kepada kehendak Bapa.

Kepada kedua murid itu dan yang lain, Yesus hanya menawarkan: piala dan pembaptisan. Sengsara dan salib.   

Tidaklah demikian di antara kamu

Di akhir pengajaran-Nya tentang salibm Yesus sekali lagi membahas tentang bagaimana kekuasaan dihalankan (Mrk. 9:33-35).

Pada saat itu para penguasa di Kekaisaran Romawi tidak menaruh hati untuk rakyat jelata. Mereka hanya tertarik pada kepentingannya sendiri (bdk, Mrk. 6:17-29).

Kekaisaran Romawi mengendalikan, mengatur dan memaksa seluruh bangsa takluk padanya. Penguasa itu membangun militer yang siap tempur dan memadamkan tiap pemberontakan.

Sistem administrasi pemerintahan memastikan pasokan upeti, pajak, dan eksploitasi sumber daya di tangan segelintir penguasa di Roma.

Maka, segala cara digunakan untuk menaklukkan dan menguasai.

Sebaliknya, Yesus menawarkan cara yang sama sekali berbeda. “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” (Mrk. 10:43-44).

Ia menentang hak istimewa di tangan segelintir kaum terpilih dan melawan persaingan. Ia menjungkir balikkan sistem kekuasaan yang menindas. Ia menganjurkan pelanan sebagai obat atas ambisi pribadi.

Maka komunitas iman yang didirikan-Nya dibagun untuk membuktikan kebenaran atas pilihan jalan lain itu. Hidup manusia semakin manusiawi atas dasar pelayanan dan saling melayani.

Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani

Yesus menyingkapkan tugas perutusan dan makna hidup-Nya (Mrk. 10:45), “Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” et Filius hominis non venit, ut ministraretur ei, sed ut ministraret et daret animam suam redemptionem pro multis.

Yesus menghayati hidup-Nya sebagai Mesias-Hamba seperti dinubatkan Nabi Yesaya (bdk. Yes. 42:1-9; 49:1-6; 50:4-9; 52:13-53:12). Ia pasti belajar dari Ibu Maria, ibu-Nya, yang berkata pada Malaikat Gabriel, “Lihatlah, aku ini hamba Tuhan.” (Luk. 1:38).

Melalui cara ini, Ia membalikkan pandangan semua orang sepanjang jaman.

Dalam sabda-Nya, terkandung apa yang dihayati jemaat Gereja Perdana. Yesus sungguh-sungguh Anak Manusia. Dialah Hamba Yahwe. Dialah Penebus kaum yang disingkirkan.

Maka, para murid-Nya dipanggil untuk membagun hidup bermartabat, melayani tiap saudara-saudari dan menyambut yang disingkirkan.

Katekese

Yesus datang untuk melayani. Santo Paus Yohanes Paulus II, 18 Mei 1920 – 2April 2005:

Martabat itu  diungkapkan dalam kesediaan melayani, seturut teladan Kristus, yang ”datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.” (Mat. 20:28).

Kalau dalam terang sikap Kristus itu ’menjadi raja’ sesungguhnya hanya mungkin dengan ’menjadi hamba’.

’Menjadi hamba’ itu pun meminta kematangan rohani yang sungguh harus dilukiskan sebagai ’menjadi raja’.

Supaya mampu mengabdi sesama secara pantas dan tepat-guna, kita harus mampu menguasai diri, dan memiliki keutamaan-keutamaan yang memungkinkan penguasaan diri itu.” (dikutip dari Ensiklik Penebus Umat Manusia, Redemptor Hominis, 21).

Oratio-Missio

  • Tuhan, kematian-Mu membawa hidup dan kebebasan. Buatlah aku menjadi pelayan kasih-Mu, agar aku lebih suka melayani dari pada dilayani dan ambil bagian dalam karya-mu mengalahkan derita, dosa dan maut. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan untuk melayani mereka yang disingkirkan dan dilupakan?

et Filius hominis non venit, ut ministraretur ei, sed ut ministraret et daret animam suam redemptionem pro multis – Marcum 10:45

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here