Lectio Divina 26.4.2024 – Percaya pada Allah dan Anak-Nya

0
43 views
Jalan, by pilgrim info.

Jumat. Minggu Paskah IV, Hari Biasa (P)

  • Kis. 13:26-33
  • Mzm. 2:6-7.8-9.10-11
  • Yoh. 14:1-6

1 “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. 2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.

3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. 4 Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.”

5 Kata Tomas kepada-Nya: “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” 6 Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. 

Meditatio-Exegese

Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku

Yesus berseru (Yoh. 14:1), “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” Santo Yohanes menggunakan kata  μη ταρασσεσθω, me tarassestho, dari kata kerja, tarassein, tergoncang, gelisah, cemas.

Dilukiskan betapa hati para murid terguncang dan gelisah juga, seperti yang dialami-Nya ketika Ia mengetahui kematian Lazarus (Yoh. 11:33), pengkhianatan dan penyangkalan terhadap diri-Nya  (Yoh. 13:21-30; 36-38).

Maka, sabda-Nya selalu bermakna ajakan untuk menghapus kecemasan, kegelisahan, dan kekhawatiran. Situasi hati yang penuh kegelisahan menyebabkan orang kurang waspada dan, bahkan, kehilangan iman atau kepercayaan pada-Nya.

Percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Akar kata iman dalam bahasa Ibrani adalah mn. Kata ini mengandung makna keteguhan hati. Maka, beriman, percaya, selalu bermakna ambil bagian dalam keperkasaan Allah. 

Pada-Nya, pemazmur selalu berlindung (Mzm. 94:22), “Tetapi TUHAN adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku.”, Et factus est mihi Dominus in praesidium, et Deus meus in rupem refugii mei.  

Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal

Penginjil menggunakan kata μοναι, monai, yang berakar dari kata mone dengan makna: tempat untuk hidup menetap, tempat tinggal, kediaman. Juga dapat bermakna: rumah singgah untuk bermalam bagi para peziarah atau orang yang dalam perjalanan.

Santo Hieronimus dalam terjemahan Bahasa Latin menggunakan kata mansio. Kata ini berarti tempat perhentian.

Maka, Yesus mengundang setiap murid-Nya untuk menjadikan rumah Bapa-Nya, οικια του πατρος, oikia tou patros, domo Patris, surga,  sebagai tujuan akhir peziarahan iman masing-masing. Di sana tersedia banyak tempat tinggal. Dan ke tempat itulah Yesus juga akan pergi (bdk. Luk. 24:51).

Tetapi, karena masih dalam perjalanan ziarah ke rumah Bapa-Nya dan tinggal di dunia, Yesus tidak membiarkan umat sendirian. Ia mengutus Roh Kudus, Roh Penghibur untuk menyertai para murid-Nya (Yoh. 14:16-17.26; 16:13-14).

Kami tidak tahu ke mana Engkau pergi

Kalau asal dan tujuan hidup adalah surga, peta jalan, road map, macam apa yang diyakini Gereja? Yesus menjawab (Yoh. 14:6), “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”, Ego sum via et veritas et vita; nemo venit ad Patrem nisi per me

Saat Ia menyingkapkan jati diri-Nya, εγω ειμι, Ego eimi (bdk. ketika Yahwe, Allah, Aku Adalah Aku (Kel. 3:14) memperkenal diri-Nya kepada Musa), Yesus melanjutkan dengan tiga kata kunci: jalan, kebenaran, hidup.

Ia adalah Jalan yang harus dilalui agar sampai kepada Bapa. “Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri. Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu.” (Ul. 5:32-33).

“Di situ akan ada jalan raya, yang akan disebutkan Jalan Kudus.” (Yes. 35:8). “Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan.” (Mzm. 27:11).

Ia adalah Pintu yang dilalui domba keluar dan masuk kandang (Yoh. 10:9). Maka, Ia sendirilah yang tahu jalan kepada Bapa, karena Ia telah bersama dengan Bapa sejak semula (Yoh. 1:1-2). Kita tidak boleh kehilangan jejak kaki-Nya jika ia ingin mengikuti-Nya.

Ia selalu menyertai perjalanan kita dan membimbing jalan kita menuju ke surga. Ia bertindak seperti gembala yang berjalan di depan kawanan domba-Nya. 

Yesus adalah Kebenaran. Banyak orang berkata, “Aku telah mengajarkan kebenaran pada kalian.” Tetapi Yesus bersabda, “Aku adalah kebenaran”. Dialah kepenuhan kebenaran.

Maka, “Barang siapa melihat Aku, ia melihat Bapa”. Yesus berpesan pada tiap muridNya untu terus setia pada-Nya, belajar dari-Nya, Sang Kebenaran, maka Ia, Kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yoh. 8:31).

Kebenaran yang diwartakan Yesus memberi daya untuk membebaskan dari kebodohan, tipu daya dan dosa. Sabda-Nya selalu benar dan tidak ada kepalsuan pada-Nya.

Kebenaran moral menuntut lebih dari sekedar kata-kata dan pemikiran, karena  yang mengucapkan harus juga benar – benar dalam tutur kata, pikiran, perilaku, teladan dan tidandakan. Kesemua itu menyatu dalam diri Orang Nazaret.

Ia adalah Hidup. Yesus  tidak hanya ”memberitahukan kepadaku jalan kehidupan.” (Mzm. 16:11); tetapi juga memberi hidup yang hanya dapat diberikan Allah, sabda-Nya, ”Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yoh. 10:10).   

Katekese

Berjalan dalam kebenaran iman. Santo Augustinus, Uskup dari  Hippo, 354-430: “Bertekunlah dalam berjalan dalam kebenaran iman, agar kalian berhasil menyongsong kebenaran iman yang sama pada saat yang telah ditentukan.

Karena Rasul Paulus berkata, “Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, – sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.” (2Kor. 5:6-7).

Kita diarahkan untuk melihat dan memandang Bapa secara langsung melalui iman Kristiani. Karena Tuhan bersabda, “Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6).” (Sermon 12.5)

Oratio-Missio

Allah, Bapa kami, kami mengalami kesulitan datang kepada-Mu, karena pengenalan kami akan Engkau tidak sempurna. Dalam kebodohan kami membayangkan bahwa Engkau adalah musuh kami; kami keliru mengenal Engkau dan mengira Engkau suka menghukum dosa kami. 

Kami salah, karena mengira Engkau bertindak sangat kejam atas hidup kami. Namun, karena Yesus tinggal di antara kami, Ia telah menyingkapkan bahwa Engkau pengasih, dan kebencian kami terhadap-Mu tidak beralasan sama sekali. Amin. (Doa Santo Augustinus dari Hippo, 354-430, terjemahan bebas).

  • Apa yang perlu aku lakukan ketika tahu bahwa jalan yang kutempuh adalah jalan yang serong?

Dicit ei Iesus, “Ego sum via et veritas et vita. Nemo venit ad Patrem nisi per me – Ioannem 14:6

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here