Lectio Divina 27.09.2020

0
382 views
Ilustrasi - Yang menolak, yang melakukan by pericope

Hari Minggu Biasa XXVI (H)

  • Yeh. 18:25-28
  • Mzm. 25:4bc-5,6-7,8-9
  • Flp. 2:1-11
  • Mat. 21:28-32

Lectio

28 “Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. 29 Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.

30 Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. 31 Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?”

Jawab mereka: “Yang terakhir.” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.

32 Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.”

Meditatio-Exegese

Kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat

Abad keenam sebelum Masehi, Nabi Yehezkiel merefleksikan kesombongan para pemimpin dan umat Israel dan Yehuda. Para pemimpin dan umat yang sombong mengira mereka adalah bangsa yang terpilih. Mereka mengira perbuatan baik yang mereka lakukan mampu menghapus kejahatan yang mereka buat di hadapan Allah.

Bangsa terpilih itu terjerat dalam pencobaan dengan tiga cara. Pertama, dengan pelbagai macam aturan yang menuntun perilaku, yang terdiri dari 366 perintah dan larangan serta turunannya,  mereka mengira bisa mengadili perilaku bangsa lain, termasuk yang kafir.

Selanjutnya, mereka mengabaikan dosa yang mereka lakukan, karena merasa jumlah perbuatan baik lebih banyak dari dosa yang mereka lakukan. Akhirnya, mereka melupakan  bahwa Sang Pengadil sejati adalah Allah.

Nabi Yehezkiel menjungkibalikkan cara pikir dan cara tindak bangsa yang dihukum buang ke Babel. Orang benar yang berbalik dari kebenaran dan berlaku curang, pasti, menjadi lebih buruk, bahkan, mati. Sabda sang nabi, “Ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya.”  

Sebaliknya, orang fasik atau jahat yang bertobat, pasti, melakukan keadilan dan kebenaran. “Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup.” Dengan kata lain: “lebih baik menjadi bekas penjahat dari pada menjadi bekas orang benar”. Maka, peradilan Allah selalu berlaku adil. Ia memberi hidup pada orang yang melakukan kebenaran dan keadilan.

Tetapi apakah pendapatmu tentang ini

Setelah khotbah panjang tentang Jemaat yang didirikan-Nya (Mat. 18:1-35), Yesus meninggalkan Galilea, menyeberangi Sungai Yordan dan memulai perjalanan ke Yerusalem (Mat. 19:1).

Jauh sebelumnya Ia bersabda bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan diserahkan kepada tangan manusia dan dibunuh; namun pada hari ketiga Ia bangkit dari kematian (Mat. 16:21; 17:22-23). Dan sekarang Ia sudah ada di ibu kota Israel, Yerusalem.

Saat masuk kota Yerusalem, orang banyak menyambut Yesus dengan suka cita (Mat. 21:1-11). Bahkan anak-anak  bergirang memuji-Nya, ketika Ia mengusir para pedagang dan penukar uang di Bait Allah dan menyembuhkan orang buta dan orang timpang (Mat. 21:12-15). Sebaliknya, para imam dan ahli Kitab mengecam Dia. Mereka membungkam mulut anak-anak (Mat. 21:15-16).

Tindakan para pemuka agama membuat situasi mencekam dan menakutkan. Maka, Yesus terpaksa menyingkir dan bermalam di luar kota (Mat. 21:17; bdk. Yoh. 11:53-54). Esok hari, saat menuju Bait Suci, Yesus mengutuk pohon ara, lambang Yerusalem, sehingga tidak berbuah (Mat. 21:18-22). Kemudian Ia memasuki Bait Allah dan mengajar di sana. 

Saat mengajar, Yesus terlibat dalam perdebatan dengan para pemimpin agama. Ia menghadapi mereka satu demi satu (Mat. 21:33-22:45), para imam kepala dan tua-tua (Mat. 21:23), kaum Farisi (Mat. 21:45; 22:41), murid-murid kaum Farisi dan pengikut Herodes Antipas (Mat. 22:16), kaum Saduki (Mat. 22:23) dan ahli Taurat (Mat. 22:35). Setelah perdebatan panjang, Yesus mengeluh karena Yerusalem tidak mau bertobat; bahkan kaum Farisi berusaha menangkap Dia (Mat. 21:46).

Siapakah yang melakukan kehendak ayahnya?

Setelah menolak menjawab tentang kuasa yang digunakan-Nya untuk menguduskan Bait Allah, Yesus mengundang para pemimpin agama untuk mempertajam refleksi iman mereka akan Yahwe. Seperti biasa, Ia mengambil kisah sehari-hari untuk menyingkapkan kehendak Bapa-Nya dan meminta para pendengar menanggapi ajakan keselamatan itu.

Yesus mengawali perumpamaan tentang dua orang kakak beradik dengan pertanyaan, “Apa pendapatmu?” Ia mengajak para pemimpin agama Yahudi dan pendengar-Nya untuk memperhatikan dan berlajar dari kisah yang biasa dijumpai dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari.

Ia bertutur, “Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.

Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga” (Mat. 21:28-30).

Setiap orang tahu persis kisah seperti ini. Tetapi, sama seperti pemimpin agama Yahudi, tidak seorang pun memahami dan memperhatikan dengan hati terbuka apa yang ingin disingkapkan Yesus.

Pada awal perumpamaan, Yesus mengawali dengan bertanya, “Apa pendapatmu?”. Pada akhir Ia bertanya,  “Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” (Mat. 21:31). Biasanya, anak yang menjawab, “Ya” pada orang tuanya, pasti melakukan. Maka, seharusnya Yesus mendapatkan jawaban, “Si sulung, yang melakukan perintah bapaknya.” Tetapi, ternyata tidak ada jawaban.

Pemungut cukai dan perempuan sundal akan mendahului kamu

Yesus menyingkapkan kelaziman melalui perumpamaan dua orang kakak beradik ini. Cukup banyak kisah berpihak pada anak bungsu yang dibenarkan. Kain ditolak persembahannya; sedang Habil diterima (Kej. 4:1-4). Esau kehilangan hak dan berkat kesulungan karena kecerdikan adiknya, Yakub (Kej. 25:1-34; 27:1-29); Daud, anak bungsu Isai, dipilih menjadi raja Israel, menggantikan Saul; sedangkan kakak-kakak yang lebih perkasa ditolak (1Sam. 16:1-13).  

Yesus ternyata menggunakan perumpamaan itu untuk menyingkapkan bahwa undangan untuk masuk dalam Kerajaan Allah disebarkan kepada siapa saja. Yesus menggunakan jawaban imam-mam kepala dan tua-tua Yahudi, ”Yang terakhir” untuk mengajak mereka merenungkan undangan Yohanes Pembaptis. Maka jawaban itu juga sekaligus menjadi penghukuman bagi mereka.

Pada saat diminta untuk bekerja di kebun anggur, si bungsu menjawab tidak mau. Tetapi, kemudian, ternyata ia menimbang kembali dan berbalik. Matius menggunakan ungkapan μεταμεληθεις, metameletheis dari kata  μεταμελομαι, metamelomai, berubah pikiran, bertobat.   

Para pemungut cukai dan para pelacur, pada awalnya, memang menolak undangan untuk ambil bagian dalam bekerja di kebun anggur, masuk dalam kebahagiaan abadi. Namun, setelah mereka mendengarkan dan menerima warta Yohanes Pemandi, mereka berubah pikiran dan bertobat. Mereka berbalik kepada Bapa.

Sebaliknya, para imam kepala dan tua-tua Yahudi, semula bersedia melakukan perintah bapa. “Baik, bapa,” jawabnya. Tetapi, tidak pergi ke kebun anggur untuk melaksanakan kesanggupannya.

Mereka merasa diri benar dan tidak mau menerima warta Yohanes Pemandi, bahkan mereka menolaknya di muka mereka yang mempercayai bahwa Yohanes adalah utusan Allah. Dan sekarang yang ada di hadapan mata mereka adalah Anak Allah sendiri!

Dan pada akhirnya, Yesus menyimpulkan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya.

Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya” (Mat. 21:31-32).

Santo Lukas mencatat bahwa pemungut cukai, yang mewakili semua orang yang disingkirkan dan ditindas, bertanya kepada Yohanes Pembaptis apa yang mereka lakukan untuk bertobat (Luk. 3:12-13). Sedangkan para pemimpin yang tahu tentang Tuhan, justru, tidak percaya dan memunggungi Allah. Mereka berpura-pura bertobat (bdk. Mat. 3:7-10; Zef. 3:2).

Belas kasih Allah merengkuh semua orang yang yang mau berpaut pada-Nya. Mereka adalah “suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama TUHAN, yakni sisa Israel itu” (Zef 3:12-13)

Katekese

Bapa dan dua orang anaknya. Bapa Gereja tak dikenal dari abad ke 5:

“Siapakah Dia ini jika bukan Allah yang menciptakan semua umat manusia dan mengasihi mereka dengan kasih kebapakan, Allah yang memilih mengasihi sebagai Bapa dari pada tuan yang ditakuti, walau dia dalah Penguasa alam semesta?

Dalam kisah ini, pada awal mula Hukum Taurat, Ia tidak bersabda, “Takutilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu.”, tetapi “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu.” (Ul. 6: 5).

Seorang bapak tidak memiliki sikap hati untuk mendapatkan kasih. Dari dua orang anak laki-laki dalam perumpamaan ini, yang lebih tua mewakili orang bukan Yahudi, karena mereka berasal dari ayah mereka Nuh. Anak yang lebih muda mewakili orang-orang Yahudi, yang berasal dari Abraham.

“Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini.” ‘Hari ini’ mengacu pada zaman sekarang ini. Bagaimana dia berbicara dengan anak-anaknya? Dia tidak berbicara kepada mereka secara langsung seperti manusia, tetapi Ia berbicara ke dalam hati, seperti Allah.

Manusia hanya mengucapkan kata-kata di telinga, tetapi Allah memberikan pemahaman dalam jiwa.” (dikutip dari  An Incomplete Commentary On The Gospel Of Matthew, Homily 40)

Oratio-Missio

  • Tuhan, Engkau mengubah hatiku agar aku hanya menghendaki apa yang menyenangkan hati-Mu. Bantulah aku untuk menghormati kehendak-Mu dan selalu mempersembahkan pada-Mu kekuatan, suka cita dan ketekunanku untuk melakukan kehendak-Mu sepenuh hati dan jiwaku. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan untuk tidak memberontak pada kehendak-Nya?

Dicit illis Iesus, “Amen dico vobis, quia publicani, et meretrices praecedent vos in regnum Dei”Matthaeum 21:31 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here