Home BERITA Lectio Divina 4.11.2024 – Tanpa Pilih Bulu

Lectio Divina 4.11.2024 – Tanpa Pilih Bulu

0
Pada hari kebangkitan orang benar, by Vatican News

Senin. Minggu Biasa XXXI. Perayaan Wajib Santo Karolus Borromeus (P)

  • Flp 2:1-4
  • Mzm 131:1.2.3
  • Luk 14:12-14

Lectio

12 Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: “Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.

13 Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. 

14 Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”

Meditatio-Exegese

Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan

Pesan Paulus kepada umat (Flp 2:2), “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.”, ut idem sapiatis, eandem caritatem habentes, unanimes, id ipsum sapientes.

Paulus secara umum bangga akan umat Filipi. Tetapi kebanggaannya lengkap bila umat bersatu. Ia membaca tanda-tanda ancaman perpecahan.

Setiap anggota jemaat harus membebaskan diri dari semangat bersaing, saat tiap kelompok saling mengaku sebagai yang paling benar dan yang lain pasti salah. Inilah sikap batin yang sombong dan egosentiristik.

Sebaliknya, setiap pribadi harus mengikuti Tuhan yang selalu merendahkan diri. Santo Clement dari Roma menulis, “Kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus, Tongkat Kuasa Allah, bukanlah tanda keangkuhan dan kesombongan, tetapi sikap merendahkan diri seperti seharusnya […]

Kalian tahu, saudara-saudari terkasih, betapa kita bahagia atas teladan yang diberikan-Nya. Jika Tuhan merendahkan diri dengan cara ini, apa yang harus kita lakukan? Kita sekarang ada dalam kuk bimbingan-Nya.” (Letter to the Corinthians, 13)

Santo Thomas Aquinas menulis, “Dalam diri setiap manusa terdapat alasan untuk memandang diri sendiri lebih unggul dari pada yang lain.

Tetapi, menurut kata-kata Sang Rasul, “Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.” (Fil. 2:3). Maka, dalam semangat inilah semua orang terikat kewajiban untuk menghormati satu pada yang lain.” (Summa Theologiae, II-II, q. 103, a. 2).

Kerendahan hati tidak saja memperkuat persatuan, tetapi tidak juga mengingkari anugerah dan talenta yang diberikan. Kasih mengantar tiap pribadi untuk memperhatikan kebutuhan sesama.

Maka tiap anggota umat Allah harus tidak memperhatikan penggunaan anugerah dan talenta untuk diri sendiri, tetapi digunakan pula untuk kesejahteraan sesama.

Apabila mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah mengundang yang kaya

Perjamuan makan atau pesta biasanya digunakan sebagai sarana untuk menunjukkan identitas strata sosial yang punya hajat. Undangan dan penempatan tempat duduk para tamu diatur demikian rumit.

Biasanya orang yang dianggap terhormat ditempatkan di sekeliling tuan rumah. Kehadiran tetamu agung memberikan kesan betapa pentingnya kedudukan pengaruh si tuan rumah.

Pada perjamuan Sabat itu, bisa dikenali alasan mengapa Yesus diundang. Yesus hadir di situ dan diterima sebagai tamu kehormatan. Dari sudut lapisan sosial, Yesus pasti menduduki tempat yang lebih rendah dari si Farisi itu. Yesus hanyalah anak Yusuf, seorang tukang kayu (Luk. 4:22; Mat. 13:55).

Tetapi, ketenaran Yesus jauh melampaui si pengundang. Melalui kehadiran-Nya, si Farisi itu ingin dikenang di seluruh kota Yerikho sebagai orang yang telah mengundang guru paling terkenal dari Galilea.

Perjamuan ini tidak digunakan untuk menjalin relasi yang lebih erat dengan Yesus dan belajar mendengarkan sabda-Nya. Tetapi digunakan untuk menaikkan status sosial. Maka, si Farisi itu memperalat Yesus untuk meninggikan dirinya sendiri (Luk. 14:11).

Di samping itu, kehadiran Yesus selalu diamat-amati. Mereka mencari-cari kesalahan-Nya agar Ia dapat dipersalahkan dan dihukum sesuai hukum Taurat (Luk. 14:1).

Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah…

Sulit dipahami hingga sekarang kalau sebuah pesta dihadiri orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta. Tetapi Yesus ternyata mendesak (Luk. 14:13), “Undanglah mereka.”, Voca.

Desakan ini dilandasi alasan bahwa mereka yang disingkirkan, dihindari dan dinihilkan menjadi sumber kebahagiaan sejati, yang akan terpenuhi di hari kebangkitan orang-orang benar (Luk. 14:14). Desakan ini juga bermakna bahwa setiap murid Yesus harus mampu bertindak sehati dan sejiwa dengan-Nya, mengulurkan tangan untuk membangun hidup yang lebih bermartabat.

Ia bersabda (Mat. 25:45), “Sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.”, Quamdiu non fecistis uni de minimis his, nec mihi fecistis.

Katekese

Pertama dan terakhir dalam perjamuan. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444:

“Ia bersabda: Kalau orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Oh, betapa engkau sungguh dipermalukan karena perilakumu yang kurang pantas.

Jujur kukatakan, ini seperti pencurian dan ganti kerugian atas baran yang telah dicuri. Ia harus mengembalikan apa yang telah diambilnya, karena ia tidak berhak untuk memiliki barang itu.

Pribadi yang sederhana dan terpuji, yang tanpa takut akan disalahkan mungkin mengabaikan nama baiknya dengan duduk di antara orang yang kurang diperhitungkan, tidak pernah mencari kehormatan.

Orang itu memberikan pada orang lain apa yang mungkin menjadi haknya, sehingga ia tidak pernah terlihat menutupi dengan kesombongan semu.

Orang seperti ini pasti menerima kehormatan karena tindakannya. Tuhan kita bersabda, “Tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan.”…

Bilamana setiap orang dari antaramu ingin dihormati lebih dari yang lain, biarlah ia memperolehnya melalui penetapan Tuhan dan dimahkotai dengan kehormatan yang dianugerahkan Allah sendiri.

Biarlah ia meraihnya dengan menjadi saksi atas nilai-nilai yang mulia. Hukum untuk menjadi saksi atas nilai yang mulia itu adalah kerendahan hati, yang tidak pernah menyukai kesombongan.

Rendah hati! Santo Paulus juga memandang kerendahan hati adalah yang paling utama dari semua nilai. Ia menulis untuk mereka yang hendak mencari kekudusan, “Cintailah kerendahan hati.” (Commentary On Luke, Homily 101).

Oratio-Missio

Tuhan, semoga aku tidak gagal untuk menjadi alat-Mu menyalurkan belas kasih dan kebaikan kepada siapa pun yang kujumpai, agar mereka juga mengenal-Mu, yang penuh belas kasih dan kebaikan hati. Amin.        

  • Apa yang perlu aku lakukan agar diikut sertakan dalam kebangkitan orang-orang benar?

Retribuetur enim tibi in resurrectione iustorum – Lucam 14:14

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version