Tahun C-1. Masa Biasa
Selasa, 29 Januari 2019
Bacaan:Ibr 10:1-10; Mzm 40:2.4ab.7-8a.10.11; Mrk 3:31-35.
Renungan
MENGUTIP dari Kitab Mzm 51:16-17, penulis surat kepada orang Ibrani mengatakan “Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki! Sebagai gantinya Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. Kepada kurban bakaran (Ola) dan kurban penghapus dosa (khatta’t) Engkau juga tidak berkenan. Maka Aku berkata :” Lihatlah, Aku datang untuk melakukan kehendakMu ya Allah-ku, sebagaimana tertulus dalam gulungan Kitab tentang Aku.”
Kedua korban “Ola” dan “Khatta’t) adalah korban yang penting digunakan ketika orang israel melakukan dosa dan kemudian menyesalinya dengan cara meletakkan kedua tangan (samakh) /satu tangan pada korban. Korban mau mengatakan bahwa dosa itu hal serius yang membawa kematin. Surat kepada orang ibrani mau menunjukkan bahwa hanya Allahlah yang mampu menguduskan. Dan kekudusan itu nampak dalam ketaatan pada kehendak Allah, sebagaimana nampak dalam hidup Yesus.
Meminta maaf dan niat menebus kesalahan itu penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah relasi kasih dalam keluarga. Tetapi hendaknya kita lebih mau dan sungguh-sungguh untuk belajar mengasihi sebagai wujud pertobatan kita. Meminta maaf dan niat menebus kesalahan yang tidak disertai dengan kesungguhan untuk belajar mengasihi tidak akan mengubah relasi menjadi lebih baik. Itu ibarat naik mobil menabrak terus dan selalu meminta maaf karena sering menabrak; tetapi ketika diminta belajar setir orangnya tidak mau. Hal seperti ini juga terjadi dalam hal-hal lain yang menyangkut relasi kita dalam keluarga.
Kontemplasi
Renungkanlah kutipan Ibrani di atas.
Refleksi
Apakah dalam relasiku dengan keluarga, aku sering mengulang-ulang kesalahan yang sama?
Doa
Ya Bapa, aku belajar untuk mengasihi lebih baik dan tidak mengulang-ulang dosa yang sama. Amin.
Perutusan
Belajarlah lebih mencintai dengan baik; dari pada sering meminta maaf karena ketidakmauan kita belajar untuk mencintai
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)