Live Streaming

0
307 views
Ilustrasi - Bapak tua tak bisa mengikuti misa streaming. (Ist)

Renungan Harian Rabu, 4 Agustus 2021
PW. St. Yohanes Maria Vianney, Imam
 
Bacaan I: Bil. 13: 1-2a. 25-14: 1. 26-29. 34-35
Injil: Mat. 15: 21-28

PAGI itu ada seorang bapak sepuh yang  pakaiannya sudah lusuh menjinjing kantong kresek, datang ke gereja hendak mengikuti misa.

Satpam menginformasikan bahwa sekarang tidak ada misa di gereja. Misa diadakan melalui live streaming dan bisa diikuti lewat akun YouTube paroki.

Melihat bapak itu kebingungan, saya mendekat dan menyapa bapak itu. Bapak itu bertanya kapan bisa ikut misa di gereja lagi.

Saya mengajak bapak itu untuk duduk di ruang tamu dan menjelaskan bahwa karena paparan virus Covid-19 semakin tinggi dan anjuran pemerintah agar tempat ibadah tidak menyelenggarakan peribadatan dengan hadirnya umat maka gereja ditutup.

Saya juga menjelaskan bahwa bapak bisa ikut misa daring atau ikut lewat TVRI.
 
“Romo, orang seperti bapak ini nanti kalau mati pasti masuk neraka, dan itu yang bapak takuti. Bapak sudah lama tidak ikut misa, sudah lama tidak menerima komuni.

Sekarang ini semua serba online. Bapak gak bisa ikut online, bukan karena bapak tidak mau, tetapi bapak tidak mampu.

Bapak tidak punya HP, tidak punya TV. Jangankan untuk membeli HP untuk makan saja bapak sudah susah.

Waktu itu, cucu bapak datang bawa HP, saya minta agar bisa ikut misa lewat HP tetapi ternyata harus beli apa itu yang buat nyambung.

Semua jadi mahal untuk bapak. Untuk beli HP tidak mampu, kalaupun punya HP membeli yang bisa nyambung juga tidak akan mampu.
 
Romo, apakah orang seperti saya ini yang tidak mampu tidak bisa masuk surga karena tidak bisa ikut misa lagi?

Padahal ikut misa itu kewajiban bapak dan kalau tidak ikut berarti melanggar perintah Gereja.

Romo, bapak ini sudah tua, sudah 75 tahun sebentar lagi pasti dipanggil oleh Tuhan.

Satu harapan bapak, sebelum bapak dipanggil sudah bisa ikut misa lagi,” bapak itu berkeluh.

Saya tidak bisa ngomong apa pun, mulut saya seperti terkunci mendengarkan bapak itu berkeluh.

Saya amat sedih mendengarnya. Bapak itu seakan mengerti kegelisahan saya.

“Romo, ini semua bukan salah romo, tetapi keadaan,” bapak itu seolah menenangkan saya.
 
“Romo, apakah bapak boleh mendapatkan komuni sekarang, sepotong kecil saja bapak sudah bersyukur biar untuk bekal bapak seandainya sewaktu-waktu dipanggil; meskipun nanti tidak masuk surga tetapi bapak sudah lega sudah terima komuni,” bapak itu memohon dengan penuh.

Saya mengajak bapak itu ke gereja, dan mengajak misa berdua sehingga bapak itu bisa menerima Tubuh dan Darah Kristus.

Sepanjang perayaan ekaristi, bapak itu bercucuran air mati dan wajahnya nampak bahagia.
 
Iman yang luar biasa yang dimiliki bapak itu.

Kiranya sebagaimana seorang perempuan Samaria yang dipuji oleh Yesus karena imannya sebagaimana diwartakan dalam Injil Matius demikian pula bapak itu dipuji oleh Yesus karena imannya. “Hai ibu, besar imanmu. Terjadilah bagimu seperti yang kau kehendaki.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku akan dipuji karena imanku?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here