Loyola Day 2023, KEKL Punya Gawe Ajak Alumni Kolese Loyola Semarang Pupuk Semangat Kebersamaan (1)

0
392 views
KEK (Keluarga Eks Kolese Loyola) - Alumni Kolese Loyola Semarang punya gawe kumpulkan segenap alumni lintas generasi untuk saling kenal. Digelar di Kolese Kanisius Jakarta dengan judul "Loyola Day 2023" (Titch TV/Mathias Hariyadi)

BUKAN KEKL (Keluarga Eks Kolese Loyola) alumni SMA Loyola Semarang kalau tidak greng dan gayeng setiap kali ada kesempatan berkumpul. Apakah itu reunian angkatan atau “reuni” dadakan lintas generasi.

Seperti yang terjadi di acara “Loyola Day 2023” yang digelar di Kolese Kanisius Jakarta, Sabtu siang tanggal 26 Agustus 2023. Menggelar acara kumpul bareng dengan tema “Merajut Kebersamaan dalam Pesta Kemerdekaan”.

Segenap alumni SMA Loyola Semarang lintas generasi hadir menyemarakkan hajatan besutan KEKL ini.

Tiga guru dihadirkan di acara ini yakni Bu Enna Retnowati yang baru saja menikmati masa purna bakti dan Pak Haryanto yang mulai mengajar di SMA Loyola sejak tahun 1991 sampai sekarang. Satu guru lain hingga kini masih tetap mengajar.

Perayaan Ekaristi di Kapel Kolese Kanisius membuka perhelatan reunian dadakan lintas generasi ini.

Alumnus SMA Loyola paling senior di acara reunian dadakan ini tentu saja Pak Sedyana Pradjasantosa. Ia adalah KEKL alumnus SMA Loyola lulus tahun 1961. Beberapa orang alumni lainnya lulus pada tahun-tahun berikutnya.

Usai ekaristi, sajian menu makan-minum tersedia melimpah di selasar aula olahraga dalam Kolese Kanisius. Di situ juga disediakan aneka tetumbuhan buah-buahan yang boleh dibawa pulang semua hadirin Loyola Day 2023. Tentu saja gratis semua.

Talkshow di gelaran reunian dadakan “Loyola Day 2023” menghadirkan alumnus tahun 1998 Anthony Steven Hambali sebagai moderator dengan para narsum yakni (1) guru purna bakti Bu Enna Retnowati; (2) alumnus tahun 1969 Purnomo Yusgiantoro; alumnus tahun 1961 Pradjasantosa; dan (3) guru Bahasa Indonesia Haryanto. (Titch TB/Mathias Hariyadi)

Serba egaliter dan penuh keakraban

Mengalami masa-masa pendidikan di SMA Loyola selalu menyenangkan. Penuh kenangan. Karena aura pergaulan yang sifatnya egaliter di antara para murid.

Meski terjadi perbedaan latar belakang budaya, etnisitas, dan keyakinan religius, Kolese Loyola Semarang selalu menyajikan iklim pergaulan yang menyenangkan. Tidak kaku.

Para guru, pamong dan wakil pamong sama sekali tidak mencerminkan semangat feudal. Selepas jam-jam sekolah urai, aura sekolahan berubah menjadi pergaulan berakrab ria. Egaliter sekali.

Malam hari belajar di sekolah

Yang menarik, setiap malam kelas-kelas sering “buka operasi” di mana sejumlah murid sengaja datang ke sekolah untuk “belajar bersama”.

Tahun 1988-1990-an saat penulis menjadi Wakil Pamong Kolese Loyola, jam operasi sekolah “malam hari” itu selalu dimanfaatkan bagi para murid luar daerah yang ngekos di Semarang hanya karena mereka ingin sekolah di SMA Loyola.

Murid datang dari segala arah penjuru

Tak heran bahwa sejak dahulu sampai sekarang, “ketenaran” Kolese Loyola melampaui batas-batas teritorial Kodya Semarang.

Banyak murid berasal dari kawasan wilayah Pantura Barat -mulai dari Sukorejo, Kendal, Weleri, Batang, Pekalongan, Tegal, dan Brebes.

Sementara dari kawasan Pantura Timur, para murid Kolese Loyola datang dari Gubug, Purwadadi, Grobogan, Kudus, Pati, Juwana, dan Lasem.

Dari DIY ke arah utara, mereka datang dari Magelang, Temanggung, Parakan, Sukorejo, Ambarawa, Ungaran.

Sementara dari Yogyakarta menuju arah barat, sejumlah murid berasal dari Purworejo, Kutoarjo, Kebumen, Purwokerto, dan Cilacap.

Tak heran, setiap reunian dadakan segenap alumni SMA Loyola Semarang yang digelar KEKL selalu berlangsung penuh kemeriahan.

Serba egaliter dan saling berakrab ria. (Berlanjut)

Baca juga: Loyola Day 2023: WUJA 2022 Barcelona, WUJA 2026 Indonesia, Napak Tilas Ignatius Loyola, dan Beasiswa KEKL (2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here