Lupa Diri

0
415 views
Ilustrasi: Royani Lim

Renungan Harian
Selasa, 31 Agustus 2021
Bacaan I: 1Tes. 5: 1-6. 9-11
Injil: Luk. 4: 31-37
 
IA anak muda biasa. Tidak dikenal, bahkan rasanya banyak teman dalam komunitas itu tidak terlalu menganggap kehadirannya.

Setiap kali ada pertemuan komunitas, ia selalu hadir. Ia ramah, menyapa semua dengan penuh hormat.

Dalam banyak hal, ia tidak terlibat. Saat semua ngobrol ramai bercerita ini dan itu, dia hanya diam mendengarkan dan menyimak dengan sungguh.

Dalam diam, selalu berjuang untuk terlibat dalam hal-hal yang sederhana di mana dia bisa ikut terlibat. Misalnya menyiapkan dan membereskan tempat pertemuan.

Bahkan ia tidak segan untuk berinisiatif menyapu dan mengelap bangku dan kursi untuk pertemuan. Ia melakukan semua itu tanpa menonjolkan diri, pun juga tidak merasa dirinya berjasa, meskipun sering kali dia sendirian menyiapkan tempat pertemuan.
 
Suatu kali, ketika komunitas telah selesai mengadakan acara seminar yang berlangsung satu bulan yang lalu, saat ada beberapa anggota komunitas bertanya tentang isi seminar, saat banyak dari anggota komunitas tidak bisa menceritakan dengan lengkap, tiba-tiba dia menawarkan sebuah catatan yang amat lengkap tentang seminar itu.

Sejak saat itu, dia mulai “dilirik” oleh anggota komunitas dan mulai dilibatkan sebagai panitia dalam berbagai kegiatan.

Dan ternyata, ia mempunyai kemampuan yang luar biasa. Ia punya kemampuan untuk memimpin dengan baik; dia punya kemampuan untuk memotivasi dengan baik dan semangat pelayanan yang luar biasa.

Maka kemudian dia dalam pemilihan ketua komunitas dia terpilih.
 
Ia menjalankan tugasnya dengan baik. Sejak ia menjadi ketua komunitas, kemampuan dia semakin dikenal oleh banyak komunitas lain. Sehingga ia banyak terlibat dalam pelbagai kegiatan di komunitas lain.

Entah bagaimana sifat dia berubah. Kini dia nampak seperti orang yang haus untuk tampil menurut istilah teman-teman, dia sekarang sibuk mencari panggung.

Tanggungjawab dia pada hal-hal yang kecil dan tidak membuat dia terkenal, ditinggalkan begitu saja. Ia hanya mau terlibat pada hal-hal yang dilihat banyak orang, yang membuat dirinya semakin dikagumi banyak orang.
 
Namun amat disayangkan, karena dia haus tampil dan selalu mencari panggung, membuat dirinya menjadi tidak jelas lagi.

Banyak hal yang dikerjakan justru sesuatu yang tidak lagi hebat, banyak kali dia mengecewakan banyak orang karena sikapnya yang selalu ingin tampil.

Banyak teman amat menyayangkan sikap dia.

Ketika orang mulai mengenal dia, istilah teman-teman ketika orang menyingkap kemampuan dirinya, dia menjadi lupa diri dan merasa dirinya sudah hebat.

Sehingga hal-hal hebat yang sebelum dilihat dan dikagumi menjadi pudar.
 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, Yesus tidak silau dengan perkataan setan meski apa yang dikatakan setan itu adalah memperkenalkan (menyingkapkan) siapa dirinya yang sesungguhnya.

Yesus tidak menikmati dan bangga dengan kehebatan dirinya yang disingkapkan sehingga membuatnya lupa diri.

Ia tetap fokus dengan apa yang menjadi tugas dan pengutusannya. “Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusanmu dengan kami? Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Engkau Yang Kudus dari Allah.”
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah pujian telah membuat aku menjadi penikmat pujian sehingga aku menjadi lupa diri?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here