Magis Gathering 21023 di Portugal, Merasa Dipersatukan karena Ignatius Loyola dan Gereja Katolik Universal (2)

0
112 views
Bahagianya bisa mengikuti forum Magis Gathering 2023 di Lisabon, Portugal, merasa dipersatukan oleh Ignatius Loyola dan Gereja Katolik yang universal. (Dok. Kiki Fajarwati)

AKU mulai mengenal sosok Santo Ignatius Loyola -pendiri Ordo Jesuit- sejak tahun 2016. Diawali dengan keputusanku, ketika mulai bergabung dalam kelompok formasi Magis Jogja.

Awalnya, saya mengalami terseok-seok dalam mengikuti praktik-praktik doa yang diajarkan. Aku hampir dikeluarkan dari formasi Ignatian ini, karena tidak menjalankan jurnaling – menulis buku harian “pengalaman spiritual”.

Menjalani “formasi” ala Jesuit

Namun, Tuhan baik. Berkat kebaikan pembimbing, aku tetap dapat melanjutkan formasi sampai akhir. Setelah lulus formasi, aku malah juga sempat “menghilang” selama beberapa waktu lamanya. Hanya karena masih merasa tidak terlalu cocok dengan Spiritualitas Ignatian.

Hingga pada akhirnya ada kesempatan berkumpul kembali dengan teman-teman Magis Jogja. Terjadi ketika dilakukan penayangan film Ignacio De Loyola di kampus Universitas Sanata Dharma tahun 2017.

Bertepatan dengan acara itu, Romo John SJ selaku pendamping Magis Jogja saat itu mengatakan dalam waktu dekat akan segera digelar program Latihan Rohani Santo Ignatius Anotasi 19. Terbuka untuk para anggota pengurus Magis Jogja.

Aku kebetulan langsung diajak oleh teman dan akhirnya bergabung kembali, walau aku bukan pengurus.

Sejak saat itu, aku sungguh jatuh cinta dengan ajaran mengatur hati dan hidup kebatinan ala Ignatius Loyola. Akhirnya, aku berhasil dapat menyelesaikan formasi tersebut dengan lancar.

Ilustrasi: Buku menarik yang bicara tentang pergumulan batin Pater James Martin SJ ketika akhirnya berani memutuskan tinggalkan karier profesionalnya yang cemerlang di General Electric yang serba sangat berkecukupan. Lalu memeluk cara hidup baru sebagai Jesuit yang sederhana, namun itu membuat hidupnya bermakna dan hidup bahagia. (YKCA)

Merasakan formasi bak seorang Jesuit awam

Dampaknya luar biasa bagi hidupku berikutnya. Kini, aku sungguh bisa merasakan dan mengalami relasi personal dengan Yesus – Tuhan yang ternyata sangat dekat denganku.

Hal itu juga telah berdampak serius dalam perjalanan hidupku selanjutnya. Pengalaman personal “dekat dengan Yesus” itu akhirnya juga telah merubah cara pandangku tentang apa dan bagaimana seharusnya hidup keseharian kita ini diatur dan dikelola seturut iman kristiani.

Perspektif hidup berubah total

Berikut ini saya beberkan betapa aku mengalami metanoia -perubahan 180 derajat akan beberapa perspektif hidup pribadiku sebagai manusia pada umumnya dan mahkluk sosial yang diciptakan secitra dengan Sang Pencipta itu sendiri.

  • Dulu aku adalah orang yang tidak mampu menerima diri sendiri; setelah banyak peristiwa menyakitkan di masa lalu. Akhirnya, sekarang ini  aku bisa menjadi lebih percaya diri hingga saat ini.
  • Dulu, aku sangat membenci orangtuaku, karena beberapa hal yang pernah terjadi di masa lalu. Sekarang aku sangat mencintai kedua orangtuaku. Mereka adalah pejuang dalam hidupku.
  • Dulu aku adalah orang yang gila hormat, seneng diapresiasi, dan menerima pujian dengan segala prestasi, relasi dan komunitas yang aku miliki. Namun saat ini, aku menjadi lebih sadar bahwa semua itu hanyalah sarana. Hidupku menjadi lebih lepas bebas dan terarah.
  • Dulu aku membenci Yesus, karena menurutku Dia adalah sosok yang susah dipahami dan suka mengatur saja. Setelah mengalami Latihan Rohani, aku menjadi mengenal Yesus yang ternyata sangat dekat denganku. Aku yang sekarang adalah buah dari mendalami Spiritualitas Ignatian dalam hidupku.

Betapa aku sangat nge-fans dengan Ignatius Loyola sejak saat itu. Aku merasakan kedekatan dengannya.

Ilustrasi: Latihan Rohani. (Ist)

Aktif dalam program Magis

Aku semakin merasakan kedekatan dengannya, saat menjalankan program Magis Gathering. Aku merasakan sungguh kesatuan dan kebersamaan anak-anak muda yang juga sudah “terpapar” dengan Spiritualitas Ignatian.

Ada 2.000 orang muda seluruh dunia mengikuti program Magis Gathering 2023 di Lisabon, Portugal. Di forum ini, tiba-tiba saja semua orang suka bicara tentang Ignatius Loyola dan ajaran spiritualitasnya.

Warna kulit kami berbeda, logat kami berbeda, asal negara kami berbeda. Namun nyatanya, kami bisa dikumpulkan di Magis Villa, Portugal. Bisa terjadi demikian oleh karena pengaruh besar dari “jalan hidup dan peziarahan rohani” Ignatius Loyola.

Pendek kata, karena dampak positif mengikuti Latihan Rohani dan kemudian mencecap dikit-dikit Spiritualitas Ignatian.

Tidak kenal sebelumnya, namun langsung dapat berkumpul bersama dalam satu tempat terbuka antar sesama perempuan dan antar sesama cowok.

Ada teman dari US mengatakan bahwa banyak orang disini terbatas dalam hal bahasa, namun ternyata memahami antara satu dengan yang lain.

Tuhan sendiri telah memanggil kami untuk saling kenal dan bertemu muka. Oleh Ignatius Loyola, jumpa “kopi darat” itu semakin dipersatukan ikatan batinnya.

Bermacam metode, doa, dan ajaran yang selama ini kami lakukan di Indonesia juga dilakukan saat menjalani semua program Magis Gathering. Taruhlah itu  seperti examen conscientiae, kontemplasi, meditasi, magis circle, Asas Dasar, dan lain lain.

Bertemu muka dengan Superior General Jesuit di Lisabon

Sungguh aku bersyukur apalagi ditambah bertemu dengan Pemimpin Umum Ordo Jesuit Pater Arturo Sosa.

Selama ini aku hanya melihat di rumah-rumah Yesuit, dan pada akhirnya aku dapat bertemu langsung dengan beliau dalam program ini.

Perkataannya jelas dan sangat bernilai.
Senang sekali bahwa aku akhirnya bisa berfoto bersama dan memegang tangan Superior General Ordo Jesuit ini  secara langsung.

Ini adalah pengalaman rahmat yang sangat istimewa.

Kami juga dapat saling syering terkait kondisi orang-orang muda di masing-masing negara dan bagaimana mereka itu dalam praktiknya setia menjalankan formasi Magis di negaranya.

Betapa bersukacita bisa bertemu muka dengan Superior General Ordo Serikat Jesus di Lisabon, Portugal: Pater Arturo Sosa SJ. (Dok. Kiki Fajarwati)

Berdasarkan cerita dari teman Perancis, saat ini Eropa sedang mengalami krisis kepercayaan kepada Gereja. Banyak orang muda telah meninggalkan gereja. Hal yang sama terjadi di USA. Akan tetapi tidak separah di Eropa.

Lain lagi dengan Afrika yang kini justru sedang berkembang. Hal itu mempengaruhi juga formasi pendampingan orang muda Katolik.

Peserta dari USA kebanyakan adalah siswa-siswi dari sekolah-sekolah milik Serikat Jesus. Terjadi begini, karena mereka kesulitan membuat formasi pendampingan orang muda yang independen seperti di Indonesia.

Di Eropa -khususnya di Perancis, pendampingan Spiritualitas Ignasian dilakukan sejak kecil dan ketika dewasa akan diberi ruang sendiri.

Indonesia memiliki formasi Magis yang diadopsi oleh teman teman Timor Leste dan Taiwan.

Beberapa negara Asia Pasifik yang lain ada yang masih belum memiliki formasi yang sudah pakem seperti Singapore.

Sedangkan di Afrika -berdasarkan pengalaman berbincang-bincang dengan teman dari Kenya- saat ini pendampingan orang muda Ignatian sedang berkembang sangat baik. (Berlanjut)

Baca juga: AHA Moment, Pengalaman Ikuti Magis Gathering dan World Youth Day 2023 di Portugal (1)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here