SEKOLAH Tinggi Pastoral St. Bonaventura kembali mengadakan retret mahasiswa. Ini dilakukan sebelum memasuki semester baru. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Rumah Retret Samadi St. Vinsensius Pematangsiantar (RRSV), Sumut.
Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dalam setiap angkatan. Dimulai dari tanggal 26 Januari sampai 1 Februari 2024. Gelombang pertama ialah para mahasiswa semester I. Dilanjutkan para mahasiswa semester III dan V. Baru kemudian dengan para mahasiswa semester VII atau sering dikenal dengan sebutan “skriptor”.
Skriptor ini merupakan fase di mana para mahasiswa biasanya dihantui rasa takut dan cemas akan program dan perjalanan kuliahnya. Dalam perjalanan menuju RRSV seluruh mahasiswa menunjukkan rasa kegembiraannya dan saling memperhatikan temannya yang lain.
Kebersamaan terlihat saat makan siang yang dilakukan di persimpangan jalan menuju rumah retret. Setibanya di lokasi, para mahasiswa sibuk mainkan HP sepuasnya sebelum ditahan selama 3 hari 2 malam. Tibalah saatnya pengumpulan HP, seluruh wajah mahasiswa tampak murung; merasa bosan beraktifitas walaupun tanpa HP.
Namun seiring berjalannya waktu mahasiswa pun mengikuti kegiatan dengan semangat; memiliki keyakinan akan mengadakan resolusi di dalam dirinya untuk semester berikutnya.
Kegiatan diawai pembagian kamar dan dilanjutkan dengan snack. Tibalah saatnya masuk sesi perkenalan.
Pemateri dalam retret gelombang terakhir ini ialah Pastor Yohannes Paulus CMF yang dipanggil akrab Pater Yan Paul. Ia tidak langsung memberi materi, namun memberi waktu seluruh mahasiswa guna mencari tahu apa gambaran dirinya di sekeliling lokasi RRSV. Setelah mahasiswa selesai menemukan gambaran dirinya, ia minta mahasiswa berdiskusi dalam kelompok. Guna semakin mengenal satu sama lain antar kelompok.
Selama syering, setiap orang mengungkapkan gambaran dirinya pada teman satu kelompoknya. Ada yang mengatakan gambaran dirinya seperti batu, buku, bunga, papan peringatan dan lain sebagainya.
Serepina Sinaga mengungkapkan diri seperti bunga yang memiliki daya tarik membuat orang menyukai dia. Setelah selesai, ia menyuruh mahasiswa mandi dan bersiap diri.
Kegiatan pun berlanjut dengan makan malam. Seluruh mahasiswa harus menghabiskan makanan yang telah disajikan dan tidak boleh tersisa sebutir nasi pun di piring. Karena ada nilai luhur sebutir nasi yang menjadi kaidah mahasiswa. Dari situ kita dapat belajar sangat berharganya sebutir nasi yang tersisa setiap makan.
Sesi 2
Selesai makan malam, sesi 2 pun dimulai dengan tema “Aku dan Kekhawatiranku”. Pada sesi ini mahasiswa disuruh bersharing apa saja kekhawatiran yang mereka alami di semester akhir ini. Ada beberapa mahasiswa syering akan kekhawatirannya.
Ricardo Sitinjak cemas akan “masa depan” skripsi: dapat menyelesaikannya tepat waktu atau tidak? Florensia Surabina cemas akan kisah kasihnya di tengah sibuknya menulis skripsi. Karena merasa cintanya digantung orang yang sedang dekat dengannya.
Syering kekhawatiran tersebut diambil dari Injil Matius 14:13-21. Injil ini berkisah tentang Yesus memberi makan 5.000 orang di mana para murid khawatir cara mereka bisa memberi makan ribuan orang. Padahal, bahan makanan pun tidak ada disediakan. Lalu Yesus bertanya apa yang tersedia pada saat itu dan para murid hanya mendapatkan 5 roti dan 2 ikan. Dalam kekhawatiran para murid, Yesus membantu murid.
Dengan menggandakan 5 roti dan 2 ikan menjadi jauh lebih banyak. Sehingga 5.000 orang bisa mendapat makanan. Bahkan sisa 12 bakul makanan. Berkat yang Yesus dengan mukjizat-Nya.
Sesi 3
Retret kedua diawali dengan misa pagi dan dilanjut dengan sesi 3. Injil Matius 14:13-21 masih menjadi bahan materi Pastor Yan. Tetapi diambil tema berbeda yaitu “Aku di persimpangan”.
Kalau dipahami, kerancuan muncul hingga banyak yang berpikir: apa yang ingin disampaikan melalui Injil tersebut terkait tema. Ternyata yang ingin disampaikan aalah bagaimana mahasiswa dapat mengatasi segala kekhawatiran yang mengganggu pikirannya. Juga mencari siapa tokoh yang dapat membantunya dalam mengatasi kekhawatirannya tersebut.
Disesi ini, pastor memberi waktu berdiskusi. Hasil diskusi tersebut dibacakan oleh perwakilan kelompok. Dalam presentasi setiap kelompok, ternyata banyak cara mahasiswa mengatasi rasa kekhawatirannya. Taruhlah itu belanja, nonton drakor, jalan dengan pacar, dan lain sebagainya. Tokoh yang menjadi pendengar mahasiswa juga banyak: orangtua, kakak, abang, dan juga pasangannya. Tak kalah penting sebagai pendengar sejati: Yesus dan Bunda Maria.
Melalui sesi 3 ini, mahasiswa dapat mengetahui bahwa segala kekhawatiran yang sedang mereka alami dapat diatasi. Semua kekhawatirannya tersebut didengarkan Tuhan dan Bunda Maria.
Sesi 4 dan outbound
Setelah sesi 3 selesai, dilanjut sesi 4 sebelum memulai outbond. Pada sesi 4 ini beliau menyediakan tema “Anggur Baru”. Materi sesi ini diambil dari Injil Yoh 2:1-11. Sesi ini menjelaskan bagaimana Bunda Maria menunjukkan siap kepeduliannya, rasa memiliki dan beliau menegaskan bahwa segala kekhawatiran yang dialami Bunda Maria selalu ikut serta merasakan.
Outbound
Hal yang dinanti-nantikan dalam retret pun berlangsung dengan baik: outbond. Kegiatan ini dipandu oleh suster dari komunitas KYM. Games yang disediakan sangat seru dan menarik. Dalam games pertama, mahasiswa berhasil melaksanakannya, namun dalam games kedua mahasiswa gagal.
Games kedua berupa Jembatan Jordan. Kegagalan terjadi karena seluruh mahasiswa memegang prinsip dan berjalan masing-masing. Suster memberi instruksi dalam games tersebut untuk melangkah bersama, tetapi mahasiswa malah mengambil langkah sendiri sehingga mahasiswa gagal dan tidak ada yang berhasil dalam games tersebut.
Setelah games Jembatan Jordan dilaksanakan, dilanjut dengan estafet bola. Games ini melatih kelincahan pada setiap kelompok. Pada game ini mahasiswa melakukannya dengan seru dan lincah juga berlomba dengan damai hingga tidak terjadi kerusuhan. Setelah itu dilanjut dengan games Twin Tower dan melatih kepercayaan diri dan teman.
Kedua games tersebut berjalan dengan baik, walaupun dalam games kepercayaan diri banyak yang belum berani dan merasa takut untuk terjun dari atas ke bawah. Setelah seluruh outbond dilaksanakan dan berjalan dengan baik dalam membangun kebersamaan seluruh mahasiswa, suster mengajak para mahasiswa untuk berenang bersama.
Pesan yang dapat diambil dari kegiatan outbond: kegagalan yang terjadi di awal menjadi pelajaran untuk mencapai kesuksesan yang memiliki daya juang dalam kerjasama tim.
Karena gelombang terakhir adalah semester tujuh, jadi rumah retret memberi kesempatan untuk mengadakan malam keakraban dengan api unggun. Kegiatan makrab berjalan dengan baik walaupun mahasiswa kecewa, karena cuaca sangat mendung, namun Tuhan mengizinkan bagi semester ini melaksanakan api unggun dengan lancar. Keakraban sangat terlihat di malam tersebut dan seluruh mahasiswa merasa antusias dan riuh dalam acara tersebut.
Pengutusan
Keesokan harinya adalah hari terakhir retret yang diawali dengan Doa Rosario. Di hari terakhir ada sesi 5 dengan tema pengutusan dan materi diambil dari Injil Mat 28: 16-20.
Pastor Yan Paul memberikan pengutusan dan mendoakan seluruh mahasiswa akan lulus di tahun ini. Injil tersebut berisi tentang Yesus mengutus para murid-Nya untuk membaptis seluruh bangsa yang ada didunia. Ia menyampaikan isi injil tersebut sebagai pengutusan bagi seluruh mahasiswa semester akhir ini.
Retret ditutup dengan misa dan sebelum misa selesai, Ketua STP Dr. Johannes Sohirimon Lumbanbatu MTh menyampaikan ucapan terimakasih pada Pastor Yan Paul sebagai pemateri dan para suster KYM sebagai pendamping di RRSV. Ia berharap agar angkatan yang terakhir retret ini lulus tepat waktu dan dapat mengatasi segala kekhawatiran yang dialami dengan menyerahkan segalanya kepada Tuhan.
Tak lupa pula setelah misa, seluruh mahasiswa, pastor, pembina berfoto bersama. Semoga retret ini bermanfaat bagi mahasiswa semester tujuh. Untuk tidak selalu khawatir dalam perjalanan studinya hingga selesai.
Baca juga: STP St. Bonaventura Delitua Utus 92 Mahasiswa Jalani Weekend Pastoral Paroki