Menanti dengan Siap Hati

0
357 views
Ilustrasi: Menantikan kedangan Tuhan.(Ist)

Jumat 1 September 2023.

  • 1Tes. 4:1-8.
  • Mzm. 97:1-2b,5-6,10,11-12.
  • Mat. 25:1-13

WAKTU dalam kehidupan ini begitu cepat berlalu. Kenyatan ini bisa jadi pengingat sekaligus menyadarkan kita bahwa kita tidak boleh membuang waktu dengan percuma dan sedapat mungkin memanfaatkan setiap momen dengan baik.

Waktu cepat berlalu atau time flies, mengungkapkan seberapa cepat waktu dapat berlalu, bahkan jika kita tidak menyadarinya.

Sering dikatakan dengan pepatah ‘waktu berlalu ketika kita bersenang-senang’ dengan seseorang atau dengan orang-orang terdekat kita.

Ada saat-saat dalam hidup ini ketika kita bersenang-senang bersama orang yang kita cintai, waktu yang kita habiskan terasa begitu cepat berlalu. Kita merasa sebelum kesenangan dimulai, waktunya telah berakhir.

Sebaliknya, saat kita menunggu sesuatu yang istimewa atau dalam kondisi sulit, waktu terasa lambat.

Kisah lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana merupakan contoh terbaik yang digunakan Yesus untuk menjelaskan nasihat untuk berjaga-jaga dengan penuh persiapan saat menanti datang-Nya Kristus kedua kalinya.

Kisah ini bukan fiktif, tetapi berasal dari budaya Yahudi tentang pernikahan.

Ada semacam pesta menjelang pernikahan, di mana mempelai laki-laki akan mengambil mempelai perempuan pada tengah malam atau secara diam-diam dari rumah ayahnya.

Perumpamaan sepuluh gadis ini ditekankan tentang kesiapan dalam menghadapi kedatangan kedua yang tidak diketahui pasti kapan terjadinya.

Kedatangan Kristus kedua kali adalah kepastian yang tak terelakkan.

Hanya, kapan itu akan terjadi, tak seorang pun tahu. Namun dunia ini tidak kekal dan sang pemilik kehidupan akan datang meminta pertanggungjawaban.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu.

Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.

Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”

Melalui perumpamaan sepuluh gadis ini setiap orang percaya diingatkan agar senantiasa peka terhadap situasi zaman dan memperhatikan keadaan rohani mereka masing-masing, mengingat kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, di mana kedatangan-Nya pada saat yang tidak diketahui dan tidak diduga.

Oleh karena itu kita harus bertekun dalam iman dan selalu berjaga-jaga, supaya bila hari itu tiba kita dalam keadaan siap sedia.

Minyak adalah lambang persekutuan yang karib dengan Tuhan, iman yang sejati dan kebenaran hidup.

Namun kelima gadis yang bodoh itu lupa membuat persiapan yang cukup untuk pelitanya, mereka tidak siap menyiapkan minyak dengan baik untuk menyambut kedatangan mempelai laki-laki.

Akibat ketidaksiapan tersebut lima gadis yang bodoh itu harus mengalami nasib yang tragis karena mengalami penolakan: “…Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.” dan akhirnya mereka pun tidak dapat masuk ke ruang pesta perjamuan kawin.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sudah menyiapkan minyak hingga pelita ditanganku tetap menyala sampai kedatangan Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here