Selasa 15 April 2025.
Yes 49:1-6
Mzm. 71:1-2.3-4a.5-6b.15.17
Yoh.13:21-33.36-38
MENJADI murid Kristus berarti kita diajak mencintai tanpa syarat, memberi tanpa mengharapkan balasan, dan mengampuni meskipun hati kita terluka.
Ini bukan perkara mudah. Tuhan Yesus telah lebih dahulu menunjukkan jalan kasih itu, bukan hanya dengan kata, tetapi dengan hidup-Nya sendiri.
Kita bisa melihat satu momen yang sangat menyentuh hati, ketika Yesus duduk bersama para murid-Nya dalam Perjamuan Malam Terakhir.
Di antara mereka ada Yudas Iskariot, murid yang telah merencanakan pengkhianatan terhadap-Nya. Namun, Yesus tidak membentaknya, tidak mengusirnya, bahkan tidak menaruh dendam.
Sebaliknya, Yesus tetap membasuh kakinya seperti yang Ia lakukan kepada murid-murid lainnya. Kasih-Nya tak dibatasi oleh pengkhianatan. Ia tetap memberikan kesempatan dan belas kasih, bahkan kepada orang yang menyakiti-Nya.
Inilah wajah sejati dari kasih Kristus, kasih yang tidak menyimpan dendam, kasih yang tidak menaruh kebencian, kasih yang memberi ruang untuk pertobatan hingga detik terakhir.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”
Kata-kata Yesus ini diucapkan dalam keheningan Perjamuan Malam Terakhir, di hadapan para murid yang telah mengikuti-Nya begitu lama.
Ungkapan itu begitu menusuk, bukan hanya karena Yesus tahu penderitaan yang menantinya, tetapi karena pengkhianatan itu datang dari salah satu yang dekat, yang makan bersama-Nya, berjalan bersama-Nya, dan menyaksikan kasih serta mukjizat-Nya.
Dalam hidup sehari-hari, kita pun bisa menjadi seperti Yudas, bukan hanya lewat pengkhianatan besar, tapi dalam pilihan-pilihan kecil yang mengabaikan kasih Tuhan.
Saat kita mengutamakan ego, saat kita tidak mempedulikan sesama, saat kita menolak salib, bukankah kita juga sedang “menyerahkan” Yesus?
Yesus tahu, tetapi tetap mengasihi. Ia tahu, tetapi tidak menyingkirkan Yudas. Ia tahu, tetapi tidak menyimpan dendam. Kasih-Nya tidak dibatasi oleh kelemahan manusia.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku memilih untuk tetap mengasihi meskipun dikhianati?