Menulis “Malam Minggu” di Asrama Petrina Pontianak

0
1,238 views
Para peserta program latihan menulis yang sehari-hari penghuni Asrama Puteri Petrina Pontianak. (Ist)

MALAM Minggu bagi kawula muda merupakan kesempatan untuk melepas penat selama sepekan beraktivitas. Namun malam Minggu kali ini pada tanggal 24 September 2016 lalu menjadi tidak demikian bagi penghuni asrama Petrina Pontianak. Selama kurang lebih dua jam, mulai pukul  19.00 hingga pukul 21.00 WIB,  penghuni asrama yang semuanya kaum remaja putri justru menikmati malam Minggu bersama mereka dengan para rekan-rekan wartawan. Kali ini, mereka bukan untuk bersantai, melaikan untuk sebuah program bermutu: belajar menulis.

Asrama Petrina yang semua penghuninya remaja puteri dari berbagai daerah yang menuntut ilmu di perguruan tinggi di Pontianak tersebut diajak untuk mencintai aktivitas menulis. Dengan dukungan Sr. Yoanita SFIC selaku Suster Pembina Asrama Petrina, para jurnalis lokal yakni Budi Miank, Yanuarius Vidiogo dan Hilarinus yang tergabung dalam Kosakata/Komunitas Sarang Kata datang untuk  memotivasi para penghuni asrama untuk mencintai aktivitas menulis.

Jurnalis senior di kora lokal Pontianak Budi Miank tengah memotivasi dan memberi latihan menulis untuk para penghuni asrama Petrina Pontianak.
Jurnalis senior di kora lokal Pontianak Budi Miank tengah memotivasi dan memberi latihan menulis untuk para penghuni asrama Petrina Pontianak.

Banyak manfaat

“Menulis itu memberi banyak manfaat bagi kita, terlebih dengan menulis, kita dapat mencatat sejarah bagi hidup kita, dengan menulis juga kita akan menjadi terlatih untuk merangkai kata yang menarik untuk dibaca,” ujar Miank, wartawan senior di koran lokal.

Sebut saja beberapa penulis novel yang buku nya sangat menarik untuk dibaca seperti Pramoedya Ananta Toer, Remy Sylado, Ayu Utami, Fira Basuki, Marga T, Dewi Lestari, dstnya. Menulis juga dapat menjadi pilihan hidup atau pekerjaan yang dapat menopang kehidupan kita. “Namun jika menulis itu menjadi pilihan hidup, maka kita perlu berkomitmen dan konsisten, ” lanjut Miank yang awal tahun ini telah meluncurkan buku sajak Ombon.

Memang harus diakui bahwa aktivitas menulis dan membaca merupakan suatu yang tidak mudah, bahkan dari sebagian besar penghuni secara jujur mengungkapkan kurang membaca dan menulis. Selama kurang lebih lima belas menit , Budi Miank meminta seluruh penghuni asrama untuk menulis apa saja yang terpikirkan pada saat itu.  Pada umumnya mereka menulis mengenai aktivitas sepekan yang dialami.  Ada yang menulis cerpen, pengalaman jatuh cinta, dstnya.

Salah satu penghuni asrama bernama Mila mengoreskan sajaknya sebagai berikut:

Embun pagi menyapaku//ketika dunia menyadarkandiriku dari tidur yang nyenyak//senyumku merona/ //ketika hatiku menyebut nama Yesus di pagi ku yang indah// syukurku bergejolak didalam lubuk hati terdalam//kaki mengajak ku terus melangkah ke depan// kedua bola mataku terpancar akan masa depan yang kuimpikan// awal pagi yang indah bersama Yesus disampingku//

Akan kulalui kerikil-kerikil kecil yang ada didepanku// akan kulalui hitam putihnya perjalananku//akan kutaklukan angin-angin yang akan meniup ku//

Aku takan terjatuh karena awal pagi bersama Yesus//impian ku bersama Nya.

Sharing pengalaman dari Vidiogo.

Garis hidup

Sebagaimana yang diungkapkan Vidiogo,  ia sesungguhnya tidak bercita-cita ingin menjadi penulis, hanya karena komitmen dan konsisten untuk terus belajar menulis, maka menulis menjadi jalan hidup. Ia juga mengungkapkan  pada para penghuni asrama bahwa menulis juga dapat memberi kemungkinan pada kita untuk dapat  belajar di luar negeri.

“Saya termasuk orang yang beruntung karena menjadi penulis/wartawan, karena selama enam bulan saya mendapat beasiswa untuk belajar menulis di Melboure, Australia,” ujarnya.

Di hadapan para penghuni asrama yang berjumlah 52 orang, Hilarinus memotivasi bahwa menulis itu dapat dimulai dari kebiasaan menulis pengalaman harian di buku diari (catatan harian). “Dengan terus-menerus menulis pengalaman apa saja yang sedang dialami akan menjadi kita terbiasa menulis,”ujarnya.

Semoga dengan kegiatan seperti ini dapat membangkitkan semangat kaum muda untuk menjadi penulis yang profesional, minimal dapat menulis tugas-tugas kuliahnya,” begitu omongan Sr Yoanita, SFIC selaku pembina.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here