Mewartakan Perjumpaan dengan Rasa Syukur

0
402 views
Ilustrasi: Untuk kesekian kalinya terjadi perjumpaan pribadi antara Dewi dengan Paus Fransiskus di Vatikan. Dewi adalah penggiat Komunitas GusDurian dari Semarang yang selama Februari-Juni 2019 mengikuti program studi beasiswa dari Nostra Aetate Fondazione PCID. (Dok. Dewi)

Oktaf Natal 1Yoh 2:12-17; Luk 2:36-40

HANA adalah seorang nabiah dari suku Asyer. Siang malam dia berada di Bait Allah untuk menantikan kedatangan Sang Penyelamat. Dan ketika Yesus dipersembahkan di kenisah, Hana berjumpa dengan Yesus, Sang Juruselamat yang telah dijanjikan Allah.

Hidup Hana adalah hidup dalam doa dan penuh iman menantikan kelepasan bagi Yerusalem. Hidup doa yang intens mempersiapkan manusia untuk berjumpa dengan Tuhan.

Hana telah menunjukkan itu, melepaskan diri dari ikatan dengan dunia ini, dan berjuang hanya mencari yang baka, hidup kekal.

Penantian dalam waktu yang panjang dan berkanjang dalam doa yang tekun, membawa Hana berjumpa dengan Yesus, Mesias yang dijanjikan itu.

Betapa pun singkatnya perjumpaan itu, tetapi kalau itu sungguh benar, asli dan mendalam, orang akan didorong untuk merendah dan bersyukur, karena merasa tidak pantas memerima anugerah besar, perjumpaan dengan Yesus.

Hana tidak tinggal diam, tetapi mewartakan pengalaman iman dan kesaksian hidupnya: “menantikan kelepasan untuk Yerusalem”.

Yerusalem adalah pusat karya keselamatan. Dengan Yerusalem dimaksud seluruh umat Israel dan mereka yang menantikan saat penyelamatan bagi dunia. Hana mewartakan perjumpaan dengan Yesus, Sang Juruselamat dengan rasa syukur yang mendalam.

Bagaimana dengan kita? Merayakan Natal Tuhan berarti merayakan perjumpaan kita dengan Yesus yang dinantikan kehadiran-Nya dalam hidup kita.

Apakah kita sudah mewartakan dengan rasa syukur perjumpaan itu?

Mari, kita mewartakan kelahiran Yesus dengan ucapan syukur dan mewujudkan perjumpaan itu dalam hidup harian kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here