Mgr. Harun Yuwono: Kontribusi Keuskupan Tanjungkarang “Diadopsi” Paus

0
361 views
Para peserta pleno Sinode Keuskupan Tanjungkarang di Rumah Retret La Verna, Padangbulan, Lampung. (Ist)

KONTRIBUSI. Kata itu menarik bagi Uskup Agung Palembang sekaligus Administrator Apostolik Keuskupan Sufragan Tanjungkarang Mgr. Yohanes Harun Yuwono.

Dikatakan saat membuka Pleno Sinode Keuskupan Tanjungkarang di Rumah Retret La Verna, Padangbulan, Lampung, 3-4 Juni 2022.

Hadir 118 orang. Mereka adalah para imam, suster, frater. Para pengampu bidang-bidang kategorial di antaranya: Yayasan Pendidikan Katolik, Yayasan Pengembang Sosial Keuskupan, Legio Mariae, WKRI, PMKRI, dan PDKI.

Menurut Mgr. Yu, kontribusi Keuskupan Tanjungkarang untuk Sinodal Universal Gereja Katolik -dimulai Oktober 2021 dan puncaknya tahun 2023- telah berlangsung sejak tahun 2017.

Kala itu, Keuskupan Tanjungkarang menggelar acara Perpasgelar (Pertemuan Pastoral Gereja Partikular) III di RR La Verna, Padangbulan.

Menghasilkan Arah Dasar (Ardas) Keuskupan 2018-2027 sebagai persiapan Perayaan 100 Tahun Gereja Katolik Lampung.

Tema-tema Ardas yang diangkat setiap tahun diharapkan berjalan secara spiral bukan linear.

Artinya, terus diulang. Berkelanjutan. Membawa yang belum terlaksana dan menghadirkan kembali yang sudah dilaksanakan.

Begitu terus-menerus seperti itu selama 10 tahun.

Uskup Harun merasa kontribusi Keuskupan Tanjungkarang sangat sejalan, sepemikiran, seide dengan Bapa Suci Paus Fransiskus.

Terbukti, Uskup menjabarkannya dalam beberapa hal:

Sejak tahun 2013 motto Keuskupan ”Tuhan tidak membeda-bedakan orang.” Dua tahun lalu Bapa Suci mengeluarkan Surat Apostolik Fratelli Tutti.

Dalam Ardasnya, Keuskupan Tanjungkarang juga ingin memelihara lingkungan hidup. Bapa Suci mengeluarkan Laudato Si’.

Suasana jalannya Sinode Keuskupan Tanjungkarang di Rumah Retret La Verna, Padangbulan, Lampung. (Ist)

Ardas 2022

Tahun 2022 ini, Ardas Keuskupan bertema: Komunitas Basis. Di mana agar umat Katolik dapat saling memperhatikan satu sama lain.

Sehati sejiwa. Senasib sepenanggungan sebagai satu kesatuan tak terpisahkan di lingkungannya.

Dengan demikian saling menjaga, menguatkan dan memperhatikan terlebih mereka yang lanjut usia, sakit, ekonomi lemah, dan yang tidak aktif di gereja atau di lingkungan.

Semoga juga akan dapat diatasi berbagai ketakutan atau kekuatiran ada ‘domba-domba yang lompat pagar’.  

Nah, tahun ini juga Bapa Suci malah mengajak Gereja untuk “Berjalan Bersama”  yang intinya sama.

Maka kontribusi sumbangan Gereja Katolik Keuskupan Sufragan Tanjung Karang sebetulnya sudah kita mulai pada tahun 2017 yang rupanya sepaham dan sepemikiran dengan langkah-langkah Bapa Suci.

Kesamaan-kesamaan itu membuat Uskup Harun bertanya, apakah karena dilihat oleh Bapa Suci. Lalu diapdosi.

Atau sebetulnya, karena Gereja Katolik itu satu, maka kita sudah berjalan bersama dengan apa yang di inginkan dan dilakukan oleh Bapa Suci.

Dengan rendah hati, Uskup Harun mengucapkan terimakasih kepada Umat Allah Keuskupan Tanjung Karang. Karena telah menyumbang ide-ide, pemikiran-pemikiran yang ternyata kemudian semua sejalan dengan pemikiran Bapa Suci.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here