Apakah Thomas Telah Mencucukan Jari di Luka Yesus? Yoh 20, 19–31
Minggu setelah Paskah dalam tradisi Gereja di Jerman disebut der Weiße Sonntag atau Minggu Putih.
Nama ini berasal dari tradisi yang sudah ada sekitar abad keempat dan ketujuh, di mana mereka yang dibaptis pada Malam Paskah.
Pada hari Minggu Paskah kedua ini baru mengenakan pakaian putihnya, sebagai simbol orang yang telah dilahirkan secara baru. Sejak abad ke-17 hari “Minggu putih” ini mendapat arti baru bersamaan dengan tradisi komuni pertama.
30 April 2000 pada Perayaan Ekaristi untuk memberi gelar Santa kepada Sr. Faustyna Kowalska, Paus Johanes Paulus II menetapkan hari Minggu Paskah kedua ini sebagai Hari Minggu Belaskasih (Kerahiman Ilahi), berdasar pada keinginan yang Yesus sampaikan kepada Sr. Faustyna dalam penampakan pada 22 Februar 1931.
Bacaan Injil yang disajikan kepada kita, baik di tahun Liturgi A, B dan C, yakni dari perikop Injil Yohanes (Yoh. 20, 19–31).
Thomas yang mencucukan jari di luka Yesus
Raja Preusia Friedrich II tahun 1745 sampai 1747 mendirikan istana musim panas di Postdam, Jerman. Istana ini diberi nama Istana Sanssouci. Sekarang istana ini berfungsi sebagai museum.
Dalam galeri foto di museum ini tergantung megah sebuah gambar yang sangat fenomenal. Setiap orang yang melihatnya tentu tidak akan pernah melupakannya lagi. Gambar ini pasti selalu membekas dan memberi ruang refleksi dalam setiap diri kita.
Gambar itu dilukis oleh Caravaggio, sekitar tahun 1601-1603.
Dalam gambar itu terlihat Yesus, Thomas dan dua murid yang lain. Yesus menunjukkan kepada Thomas luka yang ada di lambung-Nya, luka yang dideritaNya dalam drama Jumat Agung di Bukit Golgota.
Yesus dalam gambar ini, terlihat begitu tenang, penuh kesabaran. Dia tidak hanya menunjukkan luka itu kepada Thomas, tapi Ia menuntun tangan Thomas, yang dengan jari telunjuknya menusuk luka itu.
Thomas Dengan mata terbuka dan garis dahi yang begitu tajam, membungkukkan badannya jauh ke depan, ia berjuang untuk menyaksikan jari telunjuk kanannya yang menembus luka di Lambung Yesus.
Caravaggio juga menghadirkan dua Murid yang lain. Terlihat di wajah mereka ada keterpesonaan sekaligus ketakutan.
Sebuah adegan yang luar biasa, karena pelukis merefleksikan “bukti” yang diinginkan Thomas tidak hanya dengan “melihat” tapi juga dengan “menyentuh”.
Di satu sisi, Penginjil Yohanes tidak bercerita bahwa Thomas menyentuh luka Yesus, dan sisi lain, pelukis mengungkapkan pribadi Yesus, yang memenuhi keinginan setiap orang dan bahkan Dia sendirilah “yang menuntun jari Thomas untuk menusuk di lukaNya.”
Seorang ahli Filolog Klasik Glenn Most memuji gambar ini dan mengatakan tentang “brutalitas“ adegan iman ini. Di sini seolah-olah bukan sebuah ‘penelitian’ (????????ℎ???) tapi lebih kepada sebuah kekerasan (??????????????).“
Most mau menekankan tentang perwujudan credo dalam sentuhan “keras” fisik seorang Thomas.
Pentingnya perikop Injil Yohanes hari ini dalam Sejarah Kekristenan
Injil hari ini dibuka dengan pernyataan: “?????? ℎ??? ????ℎ ????? ???? ℎ??? ??????? ?????? ??? ???????????ℎ ?????-????? ????? ?? ????? ??????…” (Yoh. 20,19).
Penginjil keempat ini dengan jelas meletakkan penampakan Yesus sebagai dasar bagi perayaan Liturgi orang Kristen, yakni pada hari pertama minggu itu.
Berkumpulnya para Rasul ini adalah hasil dari pesan paskah yang disampaikan oleh Maria Magdalena (Yoh. 20,18) yang adalah “Rasul dari Para Rasul“.
Artinya Injil Yohanes menegaskan bahwa “pertemuan Paskah pertama Gereja“ adalah berkat pewartaan seorang perempuan.
Dalam pertemuan paskah ini, Yesus datang “dan berdiri di tengah-tengah mereka.”
Yesus berdiri di tengah dan mengucapkan salam damai. Di sini Penginjil memberi karakteristik perayaan liturgi orang Kristen yang harus berfokus pada Tuhan yang bangkit (dan bukan pesan moral, atau sebagai kesempatan untuk mengekspos diri sendiri atau masalah sosial).
Tema penting lain dalam perikop hari ini adalah tentang pengampunan dosa (sebagai dasar Minggu Kerahiman Ilahi, yang diteguhkan kembali dalam 1Ptr. 1,3:
“Berkat rahmat-Nya yang besar, kita telah dilahirkan kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus“), tentang pengutusan, tentang penerimaan Roh Kudus (yang dalam tradisi Yohanes sebagai cikal bakal Sakramen Baptis: Dia yang dilahirkan kembali dari air dan roh (Yoh. 3,3), dosa-dosa akan diampuni (Yoh. 20, 23), dan dia “telah berlalu dari kematian ke dalam hidup.” (Bdk. Yoh. 5,25).
Thomas sebagai Pengaku Iman Gereja versi Injil Yohanes
Dengan kisahnya tentang Thomas, yang disebut Didimus, Penginjil Yohanes ingin menjawab pertanyaan tentang bagaimana dengan mereka yang tidak berkumpul pada hari Paskah pertama dan yang tidak melihat Yesus yang bangkit; dengan kata lain, bagaimana dengan mereka yang lahir kemudian, yang “????? ????ℎ?? ??? ????? ???????” (Yoh. 20,29) bisa beriman kepada Yesus dan percaya akan kebangkitan?
Berbeda dengan para murid yang lain, yang percaya terhadap pewartaan Maria Magdalena (Yoh. 20,18), Thomas justru menetapkan tradisi Ajaran Para Rasul dengan memberi reaksi terhadap pesan Paskah yang disampaikan oleh “Kelompok Duabelas (Para Rasul)“.
“Delapan hari kemudian, Thomas berada bersama dengan mereka yang lain.” (Yoh. 20,26)
Artinya dia tidak menutup diri dan tidak memisahkan diri dari murid-murid yang lain. Thomas tidak mengartikulasikan keraguan tentang pesan Paskah, tapi merumuskan suatu “syarat“ untuk keyakinan Paskahnya.
Thomas tidak ingin berpuas diri dengan iman yang diterimanya dari “tangan kedua” – “???? ????ℎ ????ℎ?? ??ℎ??” – Ia ingin melihat dan merasakan sendiri, karena bagaimanapun iman adalah keyakinan setiap pribadi.
Tidak hanya iman itu bersifat pribadi, Hans-Ulrich Weidemann, dalam komentarnya terhadap teks ini, mengatakan bahwa kehadiran Thomas dalam persekutuan para Rasul adalah prasyarat untuk pengalaman paskahnya. Artinya kehadiran (fisik) dalam liturgi Gereja adalah prasyarat untuk mengalami Paskah Tuhan.
Eklesiologi Yohanes pasca kebangkitan mengharuskan setiap orang untuk meninggalkan „kamarnya“ untuk pergi bersama dengan yang lain, di tempat yang telah ditentukan, untuk bertemu dengan Tuhan yang bangkit (communio).
Pengalaman Paskah, dalam pengertian Penginjil Yohanes, adalah pengalaman komunal dan bersifat liturgis.
Berkumpulnya Thomas „yang tidak percaya“ pada hari Minggu di tengah-tengah para murid yang lain adalah sebuah “Persyaratan“ sekaligus “Harapan“.
Persyaratan bahwa paskah benar-benar dialami secara liturgis, dan dalam liturgi ini ada harapan, bahwa Dia yang bangkit membuka diriNya untuk hadir di tengah-tengah mereka.
Realitas Tuhan ditemukan dalam realitas manusia
Penginjil Yohanes bercerita tentang “keinginan” Thomas untuk melihat dan mencucukkan jarinya ke dalam luka Yesus.
Pelukis Caravaggio merealisir kerinduan Thomas, dengan melukiskan Thomas yang mencucukkan jarinya ke dalam luka Yesus.
Thomas mengamini kehadiran manusiawi Yesus dalam credo agungnya yang melebihi dari apa yang bisa dilihat dan bisa disentuh, yakni: Percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Allah.
Filosof Karl Jaspers menulis: dalam perjumpaan dengan Thomas, “???????? ????? ??? ???????. ????? ????????????????? ??????? ???????, ??????? – ????ℎ, ????? ???? ???????? ??????? ??????? ???? ??????? ????? ????.“
Dalam bulan-bulan yang penuh tangis, duka dan kematian ini, ya dalam masa pandemi yang disebabkan oleh Virus Corona ini, kita di ajak untuk tetap memposisikan diri kita bukan saja sebagai orang yang percaya kepada Yesus yang bangkit, yang adalah Tuhan dan Allah kita; tapi juga, seperti yang dilukis oleh Caravaggio, kita tidak boleh memberlakukan mereka yang diduga positif atau mereka yang positif Corona sebagai “mayat“, mereka yang harus diasingkan dan bahkan dibuang.
Penyakit apa pun yang diderita oleh orang lain tidak boleh menghilangkan rasa kemanusiaan kita.
Sejauh kita bisa, “cucukkan” jari kita, seperti yang Thomas lakukan, di luka mereka. Bukan untuk menambah perihnya luka mereka, tapi untuk menyembuhkannya.
Semoga.
____________
??. ????????? (354-430): “?ℎ???? ????? ?????y? ??? ???? ???? ????ℎ?????, ?????? ????ℎ?? ???? ???? ??? ??????? ???? ????: ??? ????ℎ?? ??????? ??????? ??? ??????? ?????? ??ℎ??. ??? ????ℎ?? ??? ????????ℎ ?????? ???? ????ℎ ????, ??? ??? ??????? ???? ??ℎ?? ???? ??????????? ????? ?????? ???.”