Misa Tahun Baru Imlek di Gereja Paroki Kleco Solo

0
41 views
Altar dihias sedemikian rupa sehingga misa tahun baru Imlek bisa berlangsung Gereja Paroki Kleco. (FX Juli Pramana)

INI menjadi semacam bentuk penghayatan tradisi budaya yang kemudian diteguhkan di dalam ekaristi.

Kami tak Pantas Diri adalah lagu karya almarhum Linus Putut Pudyantoro. Tembang ini mengalun dengan iringan musik Mandarin. Dinyanyikan oleh Paduan Suara Solideo Yunior.

Lagu ini membuka Misa Syukur Tahun Baru Imlek 2024. Berlangsung di Gereja Santo Paulus Paroki Kleco Solo, Minggu, 18 Februari 2024, pukul 08.00. “Tuhan ampunilah dosa kami agar kami layak menghadap-Mu. Dalam Ekaristi Suci ini teguhkanlah iman kami,” demikian penggalan lagu pembuka.

Penghayatan meneruskan tradisi budaya Tahun Baru Imlek diteguhkan dalam Perayaan Ekaristi. Syukur dan permohonan melalui inkulturasi ekaristi dalam Gereja Katolik. Diwujudkan dalam perayaan iman.

Gereja Paroki Kleco Solo menyambut Tahun Baru Imlek. (FX Juli Pramana)
Segenap umat Paroki Kleco menghadiri misa tahun baru Imlek di gereja paroki. (FX Juli Pramana)

Tidak meninggalkan tradisi. Seperti halnya misa Malam Satu Sura, umat mendukung perayaan misa secara khidmat, meriah, dan dengan penuh persaudaraan.

Perayaan Ekaristi secara konslebrasi dipimpin Romo Aloysius Kriswinarto MSF, Romo Yosep Aris Triyanto MSF, Romo Aloysius Lioe Fut Khin MSF, dan Diakon Yohanes Febri Bagas Pamungkas MSF. Diikuti umat Kleco yang memenuhi gereja sampai di pelataran gereja.

Mengikuti tuntunan Roh

Kepala Paroki Gereja Santo Paulus Kleco Romo Aloysius Kriswinarto di awal Perayaan Ekaristi Minggu Prapaskah I sekaligus perayaan Sincia Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili, mengucapkan Gong Xi Fa Cai pada umat. Ia juga mengajak agar dalam situasi apa pun umat hendaknya tetap mengikuti tuntunan Roh. Seperti halnya Yesus dituntun Roh saat berpuasa di padang gurun selama empat puluh hari.

Nuansa Imlek dengan berbagai simbol dan lambang tampak dalam rangkaian perayaan di Gereja Paroki Kleco. Altar dihias dengan jeruk dan pohon Imlek Meihua Sincia Angpao Sakura, lampion dan dekorasi Imlek lainnya. Di bawah Patung Maria La Salette dan di bawah patung Keluarga Kudus diletakkan kepingan koin Imlek sebesar roda pedati.

Misa Tahun Baru Imlek digelar di Gereja Paroki Kleco. (FX Juli Pramana)

Katekese umat dalam perayaan Imlek

Gereja sebagai persekutuan umat dengan berbagai latar belakang budaya memberi peneguhan akan kebhinekaan.

Romo Lioe Fut Khin MSF dalam homilinya menyampaikan Masa prapaskah merupakan masa untuk semakin dekat dengan Allah. Seperti  Yesus yang berada di padang gurun mengalami kedekatan dengan Allah.

Romo Fut merefleksikan padang gurun seperti situasi dan suasana bermeditasi. Pikiran dan perasaan berkecamuk, mengganggu, dan muncul dalam keheningan namun damai abadi bisa ditemukan dalam keheningan meditasi.

Tentang Imlek Romo Lioe Fut Khin MSF menyampaikan katekese berikut ini.

Ekaristi sembari merayakan Imlek dilakukan sebagai cara untuk menunjukkan identitas bahwa di antara umat Gereja, ada umat yang masih meneruskan tradisi budaya China.

Ciri khas keturunan Tionghoa mencintai uang dan kekayaan. Itu disimbolkan dalam bentuk koin mata uang, jeruk sebagai lambang emas, dan ucapan Gong Xi Fa Cai.

Gong Xi artinya semoga, selamat. I hope, I Pray. Saya berdoa, saya berharap. Fa artinya berkembang. Cai artinya kekayaan. Ucapan Gong Xi Fa Cai bukan selamat tahun baru Imlek. Tetapi: Semoga kamu semakin kaya,” kata Romo Fut dalam homilinya.

Para imam merayakan ekaristi dalam rangka tahun baru Imlek di Gereja Paroki Kleco, Solo. (FX Juli Pramana)

Jangan memuja uang dan menomorduakan Tuhan

 “Dalam hidup beriman uang dan kekayaan bukan segala-galanya. Maka jangan meninggalkan Tuhan karena uang. Pencobaan Yesus di padang gurun memberi teladan bahwa Yesus setia dekat dengan Allah dan tidak mau menerima kekayaan yang ditawarkan oleh penggoda,” lanjut Romo Fut.

“Jangan menduakan Tuhan dengan uang. Jangan tergoda dengan kekayaan, karena godaan kekayaan; di mana hartamu berada disitu hatimu berada,” pesan ajakan Romo Fut dalam permenungannya.

Perwujudan inkulturasi

Ketua Panitia  Imlek FA Iwan Hermawan menyampaikan pada akhir perayaan ekaristi, bahwa Misa Imlek merupakan perwujudan nyata inkulturasi budaya. Yang memberi hidup bagi Gereja, mengisi dan meneguhkan dengan terang iman akan Kristus – tradisi Gereja yang disatukan dalam perayaan Ekaristi.

Pertunjukan liong naga. (FX
Pertunjukan barongsai dan liong naga di pelataran gereja Paroki Kleco, Solo. (FX Juli Pramana)

“Tahun baru Imlek 2024 merupakan Tahun Naga. Tema perayaan Paroki Kleco mengambil tema kutipan Surat Rasul St. Paulus 2Tesalonika 3:16. Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian,” kata FA Iwan Hermawan dalam kata sambutannya.

Barongsai dan liong naga

Pada perayaan Imlek ini umat yang mengikuti perayaan ekaristi sebagian besar mengenakan busana bernuansa merah.

Seusai misa ada pertunjukan barongsai dan liong naga pembagian angpao bagi anak berusia 1-14 tahun, bingkisan untuk anak-anak dan kue keranjang bagi umat yang hadir. Selain itu juga dimeriahkan dengan Taize dan Wushu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here