TAPI, bagaimana kita bisa tahu bahwa apa yang kita lakukan itu sungguh mengalir dari cinta sejati?
Pertanyaan itu tidak mudah untuk dijawab, sebab kata cinta sudah terlalu sering digunakan (over used) dan bahkan terlalu sering disalahgunakan (abused). Barangkali jawabannya dapat ditemukan dengan mengamati orang-orang yang menamakan diri sebagai sahabat, namun sebenarnya mereka itu adalah ”sahabat palsu”.
Tindakan yang mengalir dari cinta sejati berkebalikan dengan apa yang dilakukan oleh sahabat palsu. Untuk itu kiranya baik kalau kita menyimak nasehat dari Joan Chittister:
”Berhati-hatilah terhadap para sahabat palsu, yakni mereka yang mengingini dirimu semata-mata untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya. Mereka ini tidak pernah bisa dan bahkan tidak pernah mau memahami kesulitan-kesulitan yang sedang kauhadapi. Mereka ini ingin menguasai dirimu. Mereka tidak pernah memberi kebebasan kepadamu. Apa yang tersembunyi di balik persahabatanmu dengan mereka senyatanya hanyalah sebuah ketergantungan emosional yang membelenggumu.”
Romo Ignatius L. Madya Utama SJ, pastor Yesuit dan dosen teologi STF Driyarkara Jakarta dan Pusat Pastoral Yogyakarta.
