Non Novi Illum

0
235 views
Gereja Ayam Berkokok di Yerusalem, Israel. (Mathias Hariyadi)

Puncta 26 Maret 2024
Selasa Pekan Suci
Yohanes 13: 21-33.36-38

KALIMAT di atas tertulis sebagai prasasti di depan Gereja St. Peter Galicantu di luar kota Yerusalem, atau sering disebut Gereja Ayam Berkokok. Di tempat inilah, dipercaya Petrus menyangkal Yesus sampai tiga kali sebelum ayam berkokok.

Ketika hari masih gelap ia ditanya oleh seorang wanita. Petrus menjawab; “Non Novi Illum” (Bukan, aku tidak mengenal-Nya).

Sebelumnya dalam perjamuan malam bersama, Petrus dengan yakin akan setia dan mati-matian membela Guru-Nya. Petrus berkata dengan mantap, “Tuhan mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu.”

Yesus menjawab, “Nyawamu akan kauberikan pada-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.”

Petrus yang adalah batu karang, ternyata imannya rapuh juga. Itulah kelemahan dari Petrus. Sama seperti kita, punya kerapuhan.

Memang sangat menyakitkan sebuah penyangkalan. Janji-janji indah yang baru saja diucapkan, mau menyerahkan nyawa bagi Gurunya, ternyata gagal di hadapan seorang wanita. “Non Novi Illum.”

Janji baptis atau janji imamat yang kita ikrarkan di hadapan Tuhan gampang runtuh ketika menghadapi kesulitan, penderitaan atau godaan yang menggiurkan. Kita mudah berpaling dan berkata seperti Petrus, “Non Novi Illum.

Untunglah Petrus segera sadar dan tidak terbawa pada keputus-asaan. Perlahan-lahan walau hanya dari kejauhan, dia mengikuti penderitaan Yesus. Walau hatinya pedih, hancur dan tidak bisa berbuat apa-apa saat Gurunya digelandang ke pengadilan, ia menyimpan derita penyesalan di dalam hatinya sendiri.

Semangatnya mulai bangkit ketika ia bersama Yohanes melihat makam kosong. Ia punya keyakinan pasti, Guru yang selama ini dipercayai hidup dan bangkit. Imannya mulai bangkit kembali bersama Yesus yang menampakkan diri kepadanya.

Sejak saat itu Petrus mengobarkan semangat teman-temannya untuk menjadi saksi kebangkitan. Bahkan dia sampai di Roma dan berhasil mewujudkan kata-katanya kepada Sang Guru. “Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu.”

Petrus mati disalib di Roma. Dia minta agar salibnya dibalik; kepala berada di bawah, karena dia merasa tidak pantas menyerupai gurunya.

Kita sering gagal memenuhi janji baptis kita, tetapi kita tidak boleh putus asa dan berhenti. Seperti Petrus kita diajak bangkit dan percaya bahwa ada kesempatan untuk membuktikan janji-janji kita kepada Tuhan.

Merenung di wisma Wening Pengesti,
Ditemani harum-harum bunga melati.
Ampuni aku yang lemah ini, Gusti,
Aku sering gagal untuk menepati janji.

Ambarawa, merenungi kerapuhan ragawi…..
Rm. A. Joko Purwanto Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here