Orang Besar

0
304 views
Ilustrasi - Tertib antrian. (Ist)

Renungan Harian
Selasa, 9 Agustus 2022
Bacaan I: Yeh. 2: 8-3: 4
Injil: Mat. 18: 1-5. 10. 12-14
 
SUATU ketika saya sedang mengantri di sebuah laboratorium klinik untuk kepentingan pemeriksaan darah.

Hari itu, klinik itu amat penuh tidak seperti biasanya, sehingga saya yang datang sejak pagi sudah mendapat nomor antrian besar.

Ada beberapa orang yang bertanya kenapa hari ini banyak orang yang mengantri, staf di situ hanya bisa menjawab tidak tahu. Namun semua tampak maklum dengan situasi itu dan duduk dengan tenang menunggu antrian.

Demikian pula saya  menunggu antrian sambil membaca.
 
Tidak berapa lama kemudian datang seorang ibu yang nyelonong ingin segera diperiksa. Staf di situ bertanya tentang nomor antrian ibu itu, tetapi ibu itu menjawab tidak tahu.

Ditanya lagi apakah sudah mengambil nomor antrian, ibu itu mengatakan bahwa dirinya tidak perlu mengambil nomor antrian karena sudah biasa periksa di tempat ini.

Saat staf itu meminta agar ibu mengambil nomor antrian dan ikut menunggu berdasarkan antrian, ibu marah dengan mengatakan bahwa dirinya adalah isteri seorang pengusaha besar dan kalau mau bisa membeli klinik itu.
 
Staf di situ tetap pada pendirian bahwa ibu harus ikut prosedur yang ada dan ibu itu semakin marah karena merasa direndahkan.

Ibu itu kemudian tampak menghubungi seseorang dengan mengatakan bahwa dirinya ditolak untuk periksa.

Tak lama kemudian datang entah siapa, yang menerangkan bahwa ibu ini adalah seorang istri pengusaha besar, kalau ditolak bisa maka habis sudah karir staf di situ.

Staf di situ tetap pada pendiriannya sehingga menjadi perdebatan panjang dan ibu itu marah dengan menghina staf di situ.

Beberapa orang di situ berkomentar bahwa ibu itu orang sakit jiwa.
 
Kejadian itu mengingatkan saya akan berita tentang sosok almarhum Buya Syafii Maarif, yang mengantri di sebuah klinik PKU Muhammadiyah.

Beliau tokoh besark bahkan mantan ketua PP Muhammadiyah dan berobat di klinik Muhammadiyah kiranya akan mendapatkan perlakuan istimewa.

Akan tetapi beliau tidak mau mendapatkan perlakuan istimewa itu. Dan beliau memilih tetap dilayani sebagai orang biasa seperti pada umumnya.

Tindakan itu justru menempatkan beliau sebagai orang besar karena kerendahan hatinya yang luar biasa.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius: “Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here