Para Uskup Regio Kalimantan: Marilah Melindungi Bumi, Rumah Kita Bersama

0
1,167 views

 

Surat Gembala Masa Prapaskah 2016

SAUDARA–saudari yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,

Iklim selalu berubah. Perubahan ini meningkatkan suhu dan gelombang panas lima puluh tahun terakhir. Kenaikan suhu rata-rata di tanah air kita berkisar 0,3 derajat Celsius. Siklus hujan dan musim kering tidak menentu. Keadaan cuaca acapkali meleset dari ramalan sebelumnya. Angin badai dan puting beliung menimpa sejumlah daerah. Secara tidak langsung, perubahan iklim ini mengubah seluruh lingkungan hidup.

Semua manusia harus menanggung akibat perubahan iklim. Pola hidup sehat kian mahal. Penggunaan kipas angin dan pengatur suhu tak terhindarkan. Bahkan tidak sedikit nyawa harus melayang menghadapi perubahan iklim yang semakin terasa dewasa ini.

Penyebab utama perusakan lingkungan hidup adalah sikap dan kegiatan manusia, penerapan hukum positif, politik dan ekonomi. Pandangan hidup yang rakus dan tidak bertanggungjawab mendorong manusia untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan keselamatan lingkungan hidup.

 Saudara-saudari yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,

Bagaimanakah Gereja Katolik menyikapi perubahan iklim dan perusakan lingkungan hidup ini? Dalam seruannya kepada 1,2 miliar umat Katolik sedunia, Sri Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik atau Surat Edaran Sri Paus, yang berjudul Laudato Si, yang berarti Terpujilah Engkau.

Ensiklik ini ditanggapi secara positif oleh Sekretaris Umum PBB. Ensiklik ini kembali menyoroti desakan moral untuk mengubah keadaan hidup manusia secara menyeluruh. Sekalian umat manusia diundang untuk memasuki dialog baru yang membangun sebuah masa depan. Sikan dan tindakan tobat diperlukan dalam menghadapi masa depan planet kita. Sejumlah tuntunan bagi perkembangan manusiawi dikemukakan dalam Ensiklik ini.

Jelas, Gereja tidak terdiam diri, karena Gereja bertanggung jawba atas ciptaan, melindungi bumi, air, udara sebagai anugerah Sang Pencipta dan menyelamatkan setiap umat manusia dari bahaya lingkungan hidup. Gereja Katolik di Indonesia telah menunjukkan tanggung jawabnya dalam bidang lingkungan dan perubahan iklim, antara lain; melalui Surat Gembala, gerakan JPIC (Justice, Peace, and Integration of Creation atau Keadilan, Damai dan Keutuhan Ciptaan), kegiatan penyelamatan lingkungan hidup dari tingkat Keuskupan hingga ke Paroki-paroki, Stasi-stasi, lembaga religius, sekolah, asrama dan keluarga-keluarga.

 Saudara-saudari yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,

Masa Prapaska adalah kesempatan yang baik untuk menunaikan pertobatan atau perbaikan diri terus-menerus dengan pelbagai tindakan nyata, seperti meningkatkan doa, lebih sering menerima Sakramen Tobat, melakukan tindakan-tindakan berbelas kasih. Prapaska adalah waktu yang sangat berharga yang sepantasnya kita isi dengan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kehendak Allah. Lalu, dalam rangka mengisi masa Prapaska ini, apakah yang dapat dilakukan secara nyata, terjangkau dan terpantau?

  1. Hendaknya kita tidak hanya mencela masalah pemanasan global dan perusakan lingkungan hidup, namun kita diundang untuk melakukan tindakan nyata yang memperbaiki keadaan lingkungan hidup dan mengatasi masalah pemanasan global. Kita kembali menyadari bahwa manusia adalah bagian dari seluruh alam semesta sebagai rumah bersama.
  2. Kita dipanggil untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih hijau, bersih, sehat dan bermasa depan dengan menanam sayur-sayuran, pohon buah dan tanaman keras.
  3. Hendaknya kita menghindari tindakan yang merusak atau merugikan keadaan lingkungan hidup, seperti sembarangan menebang pohon atau membakar lahan gambut untuk usaha-usaha berskala besar. Setiap makhluk ciptaan seharusnya dihargai sebagai saudara atau saudari.
  4. Marilah kita membangun masa depan yang lebih manusiawi dengan membangun persaudaraan dengan seluruh alam semesta. Setiap makhluk ciptaan Tuhan berhak hidup dan berkembang biak seperti manusia sebagai citra Sang Pencipta.

Selamat memasuki masa Prapaska dengan menunaikan kewajiban-kewajiban rohani sebagai umat Katolik di seluruh Pulau Kalimantan.

Pontianak, 02 Februari 2016

  • Mgr. Agustinus Agus –  Uskup Agung Keuskupan Pontianak
  • Mgr. Giulio Mencuccini CPUskup Keuskupan Sanggau
  • Mgr. Pius Riana PrapdiUskup Keuskupan Ketapang
  • Mgr. Yustinus Harjosusanto MSFUskup Agung Keuskupan Samarinda
  • Mgr. AM  Sutrisnaatmaka MSFUskup Keuskupan Palangkaraya
  • Mgr. Petrus Boddeng Timang – Uskup Keuskupan Banjarmasin
  • Administrator Apostolik Sintang
  • Administrator Apostolik Tanjung Selor

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here