Pastor Cemas, Pikirkan Masa Pensiun

1
480 views
Ilustrasi - Pensiun. (Ist)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Senin, 28 Februari 2022.

Tema: Pasrah saja.

Bacaan.

  • 1 Ptr. 1: 3-9.
  • Mrk. 10: 17-27.

“HALO Mas. Apa kabar? Dengerin telepon,” sahutku via telepon.

“Yoik ki. Dah lama awake dewe rak kontak,” jawabnya.

“Sing penting sehat to? Tetap happy. Walau rutinitas pelayanan kadang membuat kita agak jenuh,” timpalku lagi.

“Iya. Aku lagi jenuh nih.”

“Welah. Piye jenengan karo seng sak omah?”

Yo yen karo romo sak omah yo rak opo-opo. Yo aku kudu ngerti. Maksudte kumpul karo romo-romo dengan tugas dan kesibukan masing-masing okey-okey wae. Podho, deknen stres. Yo kudu ngerti dewelah. Sing penting ora sah gawe perkoro, ha… ha…”

“Misalnya opo?”

“Neng paroki kan ono mobil siji. Aku orang baru. Pokoke aku wis matur boleh nggak pakai mobil?

Dijawab: Silakan saja. Tanpa pikir panjang untuk pelayanan ya kupakai. Kan memang mobil paroki. Ada sih motor. Pingin ae numpak mobil.”

“Lah terus, masalahe opo?”

Yo kuwi. Aku yo ra ngerti. Nganggo mobil berkali-kali kanggo pelayanan. Ning begitu aku pulang, kok wajah e koyo rak seneng.”

“Yo mbok takon wae. Ojo-ojo masalah pribadi.”

“Aku ya kudu ngerti. Masalah pribadi ya rak ruh. Sepertinya yang berhak hanya dia. Romo yang lain gak mau pake daripada ribut.”

“Ah masalah sepele kuwi. Rasa memilikine gede kali. Rak usah dimasuke ati. Lagi suntuk kali. Anggap enteng wae. Sapa aja. Ajak makan bareng wae,” saranku.

Yo wis tak lakoni. Iki waton omong wae lo yo.”

“Piye kabarmu?”

Ya aku sih biasa-biasa aja. Umur segini kudu sadar dan  siap-siap rela di baris ke-2 atau ke-3.  Dibuat senang aja kalau adik-adik medior, yang muda, di barisan depan. Santai wae. Membantu saja.

Di umurku ini, sudah cukup mengalami banyak hal. Sekarang mundur pelan-pelan; mendukung yang muda-muda maju. Bahkan menjadi pimpinan. Legowo. Mendukung saja.”

Ngono yo. Terus persiapanmu pensiun piye?”

“Ya tidak ada persiapan khusus. Tetapi ya siap-siap menjadi orang yang mungkin agak terpinggirkan. Bahkan kurang diperhitungkan. Aku sudah mengalami banyak hal. Dari posisi enak, tempat yang basah sampai tempat yang kurang. Gantian karo sing nom. Ha… ha… ha,” tawaku spontan.

“Terus yen pensiun piye?”

“Kami belum punya rumah tua. Yang senior-pernah bilang: kok tega. Di tempatkan di rumah tua. Saat muda semangat melayani, ketika tua kok seperti disingkirkan. Diputus relasi dengan paroki dan umat.”

“Terus?”

“Yang tua sih berharap tetap di paroki, tapi di lantai bawah. Tidak usah naik turun tangga. Ada kamar yang cukup besar. Dalamnya ada rest room. Ada dua kursi dan satu  meja sofa, kalau ada umat yang konsultasi. Jadi, tetap beraktivitas di paroki, sejauh diminta romo parokinya. Kalau tidak ya menemani yang muda-muda, tidak banyak campur tangan dan banyak doa.

Kalau ada umat yang mau konsultasi, ya monggo. Kalau tidak, ya gak usah sedih. Dinikmati aja masa tua, masa pensiun. Banyak doa, baca buku. Bahkan lebih banyak waktu mengunjungi saudara yang telah lama ditinggalkan.

“Wah, wis jauh pemikiranmu. Wis siap-siap.”

Yo arep opo meneh.”

“Bagaimana dengan keuangan?”

“Waduh sensitif kuwi. Kurang po? Butuh po? Kutransfer sithik yo.

Aku lagi mikir. Engko yen tuwo piye. Selama ini nggak mikir. Tidak nabung  lagi. Selama ini, kalau aku punya terus ada umat atau saudaraku butuh, ya kuberi. Pikirku, nanti kan ditanggung Gereja. Buat apa nabung? Sebagai imam, kan gak butuh banyak.”

“Bagus itu Mas. Teladan.”

“Memang punya tabungan. Aku kan banyak keponakan. Jadi kalau aku punya sesuatu, kadang memberi ponakan-ponakanku, cucu-cucu membuat lega, bahagia. Aku bisa memberi sedikit pada saudara-saudariku yang sekian lama telah kutinggalkan.

Itulah percakapan sesaat dengan dua romo yang telah lama tidak berkontak. Di saat-saat meresahkan, saling berceritera dan mendukung; saling berbagi dan memberi pengharapan merupakan kekuatan tersendiri.”

Petrus menulis, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.” ay 3.

Tuhan, Engkaulah jalan dan pelitaku. Amin.

1 COMMENT

  1. Bagus percakapan antara 2 romo yg mendekati pensiun.cuma bhs nya jawa
    .aq sich tau.tpi untuk oeg Jabar.kayaknya ga gtu ngerti….hh

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here