Pelayanan Rohani bagi Umat di Masa Pandemi Covid-19 (1)

0
318 views
Ilustrasi: Mengikuti Misa Minggu Palma Online by Ist

SETELAH setengah tahun lebih berjalan bersama dengan Covid-19, banyak pelajaran yang esensial tentang kehidupan. Pelajaran-pelajaran ini dapat mengokohkan pentingnya hidup dalam kenormalan baru.

Kebodohan terjadi ketika seseorang tidak mau belajar dari pengalaman. Kesalahan dan kemalangan akan terjadi dan terjadi lagi. Padahal bila mau menengok pengalaman, sebenarnya kesalahan dan kemalangan dapat dihindari. Namun begitulah manusia, cenderung mengikuti yang menyenangkan sampai-sampai melupakan hal yang penting.

Dengan artikel ini, saya ingin berbagi cerita dan refleksi saya tentang pelayanan rohani kepada umat yang selama beberapa bulan ini harus saya geluti.

Pelayanan virtual

Gereja Katolik tentu belajar banyak di masa pandemi ini. Hal pertama yang dahulu telah dibuat adalah dengan memaksimalkan media komunikasi internet. Alhasil pelayanan dengan menggunakan sarana media komunikasi internet cukup berhasil.

Selain pelayanan rohani dari para imam kepada umat, di antara umat pun memanfaatkan Instagram, Whatsapp, Facebook, Youtube, Google meet, Zoom dan sebagainya sebagai cara baru untuk mengokokohkan pondasi iman baik dalam hal pengajaran, pelayanan maupun persekutuan.

Beberapa waktu yang lalu, saya diminta oleh suatu komunitas basis lingkungan di suatu paroki untuk memfasilitasi pertemuan Bulan Kitab Suci. Umat lingkungan yang terlibat mencapai 30 orang.

Untuk mendukung acara, saya mengusulkan agar selama pertemuan BKS para peserta menyalakan lilin dan meletakkan salib di dekat gawai atau laptop yang digunakan sebagai sarana bersua secara virtual. Proses dapat berlangsung dengan meriah. Peserta dengan sukahati mendengarkan kisah umat lain dan kemudian menyampaikan pengolahannya atas sabda Tuhan.

Hal yang menarik adalah pada kesempatan itu saya menggantikan doa umat dengan meminta peserta menggambarkan simbol belarasa berdasarkan pengalaman pribadi. Ketika para peserta diminta untuk menunjukkan hasil gambar mereka di layar, ternyata hasil mereka beragam dan bagus-bagus.

Lewat media virtual pun aktivitas-aktivitas kreatif dapat disalurkan. Semua peserta bisa berperan serta dan aktif.

Pernah juga saya menyatukan hati dalam suatu doa peringatan arwah dari salah satu anggota keluarga saya.

Saya yang berada di Jambi dengan menggunakan tablet terhubungkan dengan keluarga di Tangerang dan Yogyakarta yang juga berkumpul dengan memakai laptop. Kami membagi tugas.

Keluarga dari Tangerang bertugas membacakan Kitab Suci. Sedang keluarga dari Yogyakarta mendoakan doa umat. Kendati terasa ada hal yang hilang dalam doa bersama itu, namun menurut saya, saya diajak untuk meningkatkan rasa rohani. Ikatan batin atau spirit justru dibuat semakin peka dengan cara ini. Umat beriman itu tidak hanya bersekutu dalam kebersamaan fisik tetapi juga bersatu dalam ikatan roh yang sama.

Suatu kali, saya diminta oleh suatu keluarga untuk merayakan ekaristi peringatan arwah di rumah mereka. Kebetulan dalam perjalanan waktu, salah satu anggota keluarga mereka harus diisolasi secara mandiri. Akibatnya, Perayaan Ekaristi yang semestinya dirayakan di rumah itu dibatalkan.

Kendati protokol kesehatan yang diminta gugus Covid-19 tetap bisa dijalankan, isolasi mandiri di rumah itu membuat rencana berubah. Akhirnya kami merayakan misa secara streaming.

Saya melayani keluarga dan sebagian besar undangan secara streaming. Tentu ini tidak mengenakkan. Kerinduan umat untuk mendoakan dan berekaristi di rumah mereka terpaksa belum bisa diwujudkan. Namun di sisi lain keyakinan tentang daya ekaristi dan keteguhan hati orang beriman bertumbuh.

Umat belajar untuk menyerahkan kepada Kuasa Kristus harapan-harapan mereka.

Hal serupa terjadi ketika kami mengadakan Novena Hati kudus. Novena ini dijalakan secara live streaming. Tanggapan umat yang berasal dari beragam tempat cukup antusias. Umat mengirimkan permohonan mereka melalui Whatsapp dan Google form.

Umat, menurut pengamatan saya, sungguh-sungguh mencari sumber-sumber rohani yang dapat membantu mereka berseru kepada Allah.

Menyalurkan dukungan

Pengalaman-pengalaman di atas saya bagikan karena dapat membantu kita untuk menyadari bahwa umat berusaha mencari “akses” yang dapat menghubungkan mereka dengan Allah di antaranya lewat aktivitas rohani virtual.

Umat merasa perlu penopang yang kokoh untuk terus berharap yang positif. Sapaan dan peneguhan dengan menggunakan media komunikasi internet rupanya sangat berarti bagi mereka.

Saya begitu yakin bahwa terdapat banyak imam paroki dan pelayan rohani lain yang telah melakukan ini, bahkan suatu yang lebih dari yang saya kisahkan. Setidaknya dari pengalaman itu, pelayanan sapaan, menyediakan diri membawakan intensi umat, atau bergabung dalam doa virtual dengan umat memberikan makna penting bagi umat.

Pelayanan semacam ini sepertinya sepele tetapi di masa pandemic cukup berarti untuk umat.

Tentu ini hanyalah salah satu bentuk pelayanan rohani yang selama ini sudah berjalan di antara umat.

Semoga ini digunakan sebaik-baiknya untuk meneguhkan perjuangan umat beriman selama masa pandemi. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here