Percik Firman: Memaknai Pekerjaan

0
483 views

Senin, 27 April 2020

Pesta Santo Petrus Canisius, Imam dan Pujangga Gereja

Bacaan Injil: Yoh. 6:22-29

“Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh 6:27)

Saudari/a ku ytk.,

ADA kebanggaan tertentu jika orang bisa bekerja. Esensi orang hidup adalah bekerja. Karena dengan bekerja, kita akan memperoleh rezeki, dapat mempertahankan hidup kita, mengaktualisasikan diri, dan memuliakan Tuhan. Terkadang kita harus bekerja sangat keras untuk memperoleh rezeki. Sampai ada istilah “P6”, yaitu: “pergi pagi pulang petang pendapatan pas-pasan”. 

Ketika saya menjalani masa Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta, saya tinggal di Paroki Kiduloji. Saat saya merayakan ulang tahun, saya berniat untuk berbagi rejeki kepada para tukang becak di sekitar Kiduloji. 

Setelah mandi sore, saya berkeliling menemui beberapa bapak tukang becak. Saya ingin berbagi sukacita atas ulang tahun saya. Saya memberikan uang pada mereka untuk beli makan malam. Ada yang langsung menerima dengan senang, ada yang bingung, ada yang menolak, dan ada yang mau menerima uang itu jika ia sudah mengantar saya dengan becaknya. 

Yang terakhir ini mengesankan saya. Si bapak hanya akan menerima uang itu jika sudah bekerja dulu. ”Maaf, mas. Saya harus kerja dulu, baru terima uang. Mari masnya mau saya antar ke mana, baru mas memberi saya uang. Saya tidak mau terima uang tanpa bekerja”, tutur bapak tukang becak itu. 

Saya beberapa kali membujuk bapak itu untuk tidak perlu ngantar saya. Saya ikhlas memberi uang itu. Si bapak pun tetap menolak. Maka saya pun menuruti keinginannya. Saya minta diantar keliling alun-alun utara Jogja saja. 

Bacaan Injil pada hari ini mengingatkan kita akan nasihat Yesus untuk menghayati makna bekerja. Diungkapkan, “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal”. Nasihat ini disampaikan Tuhan Yesus untuk memurnikan motivasi orang banyak yang berbondong-bondong mencari Yesus.

Kehidupan jasmani dan rohani harus diusahakan seimbang, karena pada akhirnya tujuan hidup manusia adalah menuju kepada Allah. Melaksanakan kehendak Allah adalah makanan Yesus. Dalam peziarahan menuju Allah itu, kita sebagai orang beriman juga diajak untuk memahami dan melaksanakan kehendak Allah (necep sabda Dalem, manages kersa Dalem lan ngemban dhawuh Dalem). 

Seminari Menengah Mertoyudan berada di bawah perlindungan Santo Petrus Canisius (1521-1597). Dalam tradisi Gereja, peringatannya jatuh pada tanggal 27 April atau 21 Desember. Dalam Input yang saya berikan dalam rangka menyongsong pesta pelindung seminari pada tahun ini, saya mengutip inspirasi hidup dari Santo Petrus Canisius, “Cara terbaik memperjuangkan iman ialah bukan dengan kekerasan, tetapi dengan berdoa dan bekerja keras”. Kita kenal istilah dalam bahasa Latin: ora et labora (berdoa dan bekerja).

Menjelang akhir hidupnya, Santo Petrus Canisius mengungkapkan sebuah refeksi perjalanan hidupnya, “Jika kau memiliki terlalu banyak hal untuk dilakukan, dengan bantuan Tuhan kau akan mendapatkan waktu untuk mengerjakannya”. 

Melalui berbagai tugas yang diserahkan kepadanya, Santo Petrus Canisius sadar bahwa Tuhan yang mengutus dia akan membantunya untuk menyelesaikannya. Orang Jawa bilang, “Gusti mesthi paring dalan” (Tuhan pasti memberi jalan). Oleh karena itu, marilah kita kembangkan 4 kartu AS, yaitu kerja kerAS, kerja cerdAs, kerja ikhlAS, dan kerja tuntAS. 

Pertanyaan refleksinya, apa makna kerja bagi Anda? Apa saja yang dapat Anda lakukan untuk menyeimbangkan hidup jasmani dan rohani? Selamat merayakan pesta pelindung Seminari dan Sekolah-sekolah Kanisius. 

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here