Percik Firman : Panggilan Kekudusan

0
239 views

Selasa, 1 November 2022

HR Semua Orang Kudus

Bacaan Injil: Mat 5:1-12a 

“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9) 

Saudari/a ku ytk,.

MERENUNGKAN bacaan Injil pada Hari Raya Semua Orang Kudus hari ini, saya teringat Tanya Jawab seorang wartawan kepada Sri Paus. Ketika Yohanes Paulus II menjadi Paus tahun 1978, seorang wartawan bertanya: “Holy Father, mengapa engkau mau dipanggil Holy Father, padahal engkau adalah manusia biasa seperti kami?” 

Jawab Paus: “Jangan takut menjadi kudus, sebab panggilan setiap orang Kristen adalah menjadi kudus!” 

Jawaban Paus Yohanes Paulus II ini diulang oleh Paus Fransiskus 40 tahun kemudian. Bahkan penegasan tersebut dapat kita baca dalam dokumen Gereja Seruan Apostolik “Gaudete et Exsultate” (Bersukacita dan Bergembiralah, 19 Maret 2018) tentang Panggilan menuju Kekudusan dalam Dunia Masa Kini. 

Paus Fransiskus Mengungkapkan, “Dia menghendaki kita kudus, dan tidak mengharapkan kita puas diri dalam sikap tawar hati, suam-suam kuku, tidak konsisten.” (No. 1). 

Lebih lanjut Paus Fransiskus mengungkapkan, “Saya suka merenungkan kekudusan yang hadir dalam kesabaran umat Allah : dalam diri para orang tua yang membesarkan anak-anak mereka dengan kasih yang besar, dalam diri pria dan wanita yang bekerja keras untuk mendukung keluarga-keluarga mereka, dalam diri orang-orang sakit, dalam diri kaum religius yang berusia lanjut yang tidak pernah kehilangan senyuman mereka. Dalam ketekunan mereka sehari-hari saya melihat kekudusan militansi Gereja” (no. 7). 

Kekudusan tidak jauh dari kita. Orang yang kudus biasanya membawa damai. Kedamaian menjadi dambaan setiap orang. Santo Fransiskus Asisi mewariskan doa yang sangat bagus dan inspiratif pada kita, yakni “Jadikanlah Aku Pembawa Damai” (Puji Syukur No. 221). 

Kita semua dipanggil untuk menjadi pembawa damai. Orang yang membawa damai adalah anak-anak Allah. Sebaliknya orang yang membawa perpecahan (teror, ketakutan, permusuhan, kebencian, berita hoax atau palsu, dsb) adalah anak-anak setan. 

Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Hari raya ini mula-mula dirayakan di lingkungan Gereja Timur untuk menghormati semua saksi iman yang mati bagi Kristus dalam usahanya merambatkan iman Kristen. 

Di lingkungan Gereja Barat, khususnya di Roma, pesta ini bermula pada tahun 609 ketika Paus Bonifasius IV merombak Pantheon, yaitu tempat ibadat kafir untuk dewa-dewi Romawi, menjadi sebuah gereja. Gereja ini dipersembahkan kepada Santa Maria bersama para Rasul. 

Lama-kelamaan Hari Raya ini menjadi populer untuk menghormati para Kudus, baik mereka yang sudah diakui resmi oleh Gereja maupun mereka yang belum / tidak diketahui. 

Hari Raya ini dirayakan untuk menghormati segenap anggota Gereja, yang oleh jemaat-jemaat perdana disebut Persekutuan para Kudus, yakni persekutuan semua orang yang telah mempercayakan dirinya kepada Yesus Kristus dan disucikan oleh Darah Anak Domba Allah sampai akhir hidupnya. 

Di antara mereka yang berbahagia itu teristimewa tampil para Santo-santa, Beato-beata sebagai perintis jalan dan penuntun bagi kita. Para kudus itu bersama Santa Perawan Maria, Bunda Gereja, mendoakan kita agar tekun dalam perjuangan, tabah dalam penderitaan, setia menghayati kekudusan, dan menjadi pembawa damai di dunia masa kini. 

Marilah kita mohon rahmat kekudusan agar kita bisa menghayati panggilan untuk menjadi kudus dan pembawa damai di keluarga, gereja, komunitas, tempat kerja, di tengah masyarakat. Semoga para kudus di surga mendoakan kita semua.  

Pertanyaan refleksi, apa yang Anda usahakan agar dapat menjadi orang kudus?

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang). # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here