“Pohon Natal Berlampu Kunang-kunang” ; Berpastoral di Pedalaman Kokonao, Papua (7)

1
4,304 views

Perjalanan malam dari Mapurujaya menuju Kokonao ternyata lebih mengasyikkan kalau dilakukan pada malam hari. Selain tidak panas, kami dapat menyaksikan “pohon natal” yang ada di beberapa pohon yang kami lalui.

Hebatnya, “pohon natal” ini tidak hanya ada pada masa natal tapi sepanjang tahun sejauh kunang-kunang masih ada. Kunang-kunang yang jumlahnya ratusan menempel pada dahan-dahan pohon. Sungguh indah. Mereka tampak seirama dan seragam dalam memancarkan cahayanya.

Secara bergantian dan tampak teratur mereka memperlihatkan cahaya yang terpancar dari tubuh mereka. Terkadang pada bagian dahan atas, kemudian bagian kiri bawah. Kadang ditengah-tengah pohon. Yang mengherankan, mereka secara bersamaan memperlihatkan cahaya yang terpancar. Tidak ada satu kunang-kunangpun yang nyeleneh  (berbeda sendiri).

Saya sempat berpikir, mungkinkah mereka memiliki pemimpin pada setiap kumpulan kunang-kunang, sehingga keindahan “pohon natal” itu tidak kalah dahsyatnya bila dibanding dengan pohon natal yang sesunguhnya saat masa natal.

Malam yang gelap gulita menambah keindahan “pohon natal” itu. Sinar “seribu kurang-kunang” itu (saking banyaknya) memberi warna tersendiri pada malam yang gelap gulita itu.

“Pohon-pohon natal” itu ada di sisi kanan dan kiri sungai. Memang sih tidak seperti pagar yang memanjang di sepanjang sungai. Letaknya pun tidak teratur. Ada dua di sebelah kiri, satu di sebelah kanan. Kadang juga tiga pohon di sisi kiri. Sungguh indah…

Refleksi
Dari hal ini, kita dapat belajar bahwa terkadang keseragaman diperlukan untuk sebuah keharmonisan. Tanpa mengafirmasi perbedaan, kesamaan visi dan misi dalam sebuah institusi mampu menggerakkan institusi itu pada suatu tujuan yang jelas. Dan memang  keseragaman terkadang dibutuhkan bagi sebuah keteraturan. Yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah soal sinergi dari setiap anggota untuk saling bahu dan dukung dalam mencapai cita-cita bersama.

Belajar dari kunang-kunang yang menurut mitos Jawa sebagai kuku orang mati, ternyata kunang-kunang mengajarkan bagaimana hidup berdampingan dalam satu komunitas yang sungguh menyenangkan. Mereka tampaknya dapat berkomunikasi satu sama lain dan mampu saling mengerti kebutuhan dan keinginan bersama. Kita yang dikaruniai banyak hal dan tentu jauh lebih berharga di mata Allah, semestinya dapat membangun kerukunan yang lebih nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Semestinya lebih bersinergi daripada kunang-kunang.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here