PW St. Bernardus, Abas dan Pujangga Gereja
Matius 22:1-1
KETIKA bertugas di Nanga Tayap, Keuskupan Ketapang di Kalbar, beberapa kali saya mendapat undangan pernikahan dari orang tak dikenal. Undangan itu nampaknya disebar untuk umum.
Karena pernah juga saya mendapat undangan supitan atau akikoh dari tetangga orangMmelayu. Siapa pun diundang. Tidak peduli kita kenal dengan yang mengundang atau tidak.
Ketika saya datang di pesta itu, rasanya kikuk juga karena saya tidak mengenal mereka, juga para undangan yang lain. Tidak nyaman juga rasanya. Saya ngobrol sebentar dengan tuan rumah, setelah memasukkan amplop sumbangan lalu menyalami tuan rumah, langsung pulang.
Mereka lalu “rasan-rasan”, bapak pastor itu suka kondangan juga. Pernah juga saya disapa, “Bapak Pastor, mana isterinya kok sendirian saja?”
Hari ini, Yesus memberi perumpamaan kepada para imam kepala dan pemuka rakyat. “Hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya.”
Mereka yang diundang tidak mau datang. Mereka tidak mengindahkannya. Ada yang pergi ke ladang. Ada yang pergi mengurus usahanya. Bahkan ada yang menangkap, menyiksa dan membunuh hamba-hamba itu.
Karena tidak ada yang datang, maka hamba-hamba itu diminta mengumpulkan siapa pun yang dijumpai di jalan-jalan. Orang jahat dan orang baik dimasukkan ke dalam perjamuan pesta.
Tentu saja ada orang yang tidak siap berbaju pesta. Maka orang itu dicampakkan keluar. Yesus berkata, “Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”
Dalam sebuah pesta, kita tidak boleh datang asal datang. Kita mesti menyesuaikan dresscode yang dipakai. Baju pesta berbeda dengan baju melayat atau berkabung. Jangan sampai kita saltum alias salah kostum.
Kita mesti menyesuaikan aturan yang dibuat oleh orang yang mengundang pesta. Ada standing party, “piring terbang”.
Ada pesta dengan aturan dan tata adat yang ketat. Kalau tidak bisa menyesuaikan, kita akan bermasalah. Tuan yang empunya pesta itu mengusir orang yang datang tidak menyesuaikan baju pesta.
Tuhan itu murah hati, mengundang siapa pun juga. Tetapi kita mesti berusaha menyesuaikan kehendak-Nya. Kalau kita mau ikut masuk ke dalam pesta perjamuan-Nya, kita harus mau mengikuti sang empunya pesta. Tuhan itu baik, tapi kita mesti juga tahu diri.
Pesta meriah dengan tari begendang.
Semua ikut berputar menari-nari.
Tuhan itu baik, kita semua diundang.
Namun kita harus bisa menyesuaikan diri.
Cawas, skenario kedua….