Puncta 27.02.19 Markus 9:38-40: Eksklusivisme Mengancam Keberagaman

0
413 views
Ilustrasi.

“INDONESIA saat ini masih jauh lebih baik dibandingkan negara lain dalam hal menjaga keberagaman. Namun, bagaimana ke depannya?,” tanya Alissa Wahid, Koordinator Jaringan GusDurian dalam dialog kebangsaan di Cirebon, 19 Februari 2019.

Jika kebhinnekaan ini tidak dirawat, menurut Alissa, nasib bangsa Indonesia akan seperti di Mindanao, Filipina dan sejumlah negara di Timur Tengah. Daerah-daerah itu telah disusupi ekstremisme beragama yang menimbulkan konflik bersenjata sampai sekarang.

Ekstremisme, lanjutnya, berawal dari eksklusivisme beragama yang ditandai adanya pendapat hanya kelompok agamanya yang benar. Di luar kelompoknya adalah salah. Mereka juga menutup diri terhadap kelompok lain. Sayangnya, kelompok ini mudah dimanfaatkan oleh kaum politisi rakus kekuasaan.

Muncullah politisasi agama.

Gara-gara pilpres dan pileg kita menjadi terpecah belah. Ada kubu cebong dan kampret. Dengan istilah itu, martabat kemanusiaan kita diturunkan ke dunia binatang. Di medsos terjadi saling serang antar pendukung. Ujaran kebencian, fitnah, kebohongan berseliweran tiada henti.

Tidak ada lagi “homo homini salus” (Manusia adalah saudara yang bawa damai bagi sesamanya). Yang ada adalah “homo homini lupus” (Manusia adalah serigala bagi sesamanya). Kebhinnekaan itu adalah keniscayaan, anugerah Tuhan yang patut kita lestarikan.

Kita harus membangun inklusivitas, toleransi, hidup saling menghormati. Eksklusivisme beragama harus kita singkirkan. Gerakan Suluh Kebangsaan yang diketuai oleh Mahfud MD harus didukung agar NKRI dan bangsa kita tetap eksis dalam menjaga keberagaman di Indonesia.

Bacaan Injil hari ini menegaskan semangat Yesus dalam menebarkan semangat inklusivitas, keterbukaan terhadap orang lain. Yohanes berkata, “Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita, mengusir setan demi namaMu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.”

Tetapi Yesus berkata, “Janganlah kalian cegah dia! …. Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita.”

Tidak lama lagi kita akan memasuki masa APP. Kita diajak “Makin tergerak untuk berbagi berkat”.

Mari kita menjadi berkat bukan hanya untuk sesama seiman, tetapi untuk masyarakat umum, siapapun mereka, entah agamanya, etnisnya, sukunya, golongannya, ataupun rasnya.

Kita semua bersaudara. Kita makan dari hasil bumi yang sama. Kita menghirup udara dari udara yang sama. Kita hidup di negara yang sama yakni Indonesia. Kita adalah satu. Kita Indonesia.

Dari Sabang sampai Merauke
Dari Miangas sampai Pulau Rote
Walau kita beda bahasa dan warna kulitnye
Indonesia tetap ooooooyyyyeeeee.

Berkah Dalem,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here