Kamis, 20 Mei 2021
Bacaan I: Kis 22:30.23:6-11
Injil : Yoh 17:20-26
SAYA dilahirkan dalam keluarga besar. Saya anak nomer lima dari enam bersaudara.
Dari enam bersaudara ini, kami masing-masing punya watak dan karakter yang berbeda-beda.
Dari kakak sulung saya sampai adik bungsu saya, punya watak yang berbeda.
Ada yang menerima warisan gaya dan watak dari bapak dan ada yang dominan watak ibu. Bahkan, wajah pun ada yang mirip bapak. Lalu, ada yang mirip ibu.
Ada perbedaan, namun perbedaan itu menjadi berkat dan kekayaan dalam keluarga kami.
Banyak hal yang indah dan menggembirakan terjadi karena adanya perbedaan antara kami.
“Saya hanya minta kalian rukun, jangan bertengkar, segala masalah pasti bisa diselesaikan dengam kepala dingin,” kata bapak suatu ketika pada kami semua.
“Jadi orang itu harus menata emosi dan tidak mengikuti dorongan nafsu,” kata ibu.
Mendengar nasihat seperti itu, kami hanya diam; mendengarkan apa yang mereka katakan.
Hidup rukun bersama sebagai satu saudara.
Sesuatu yang pada saat saya masih kecil terdengar biasa.
Namun ketika satu per satu kakak dan adik saya menikah dan tinggal bersama keluarganya masing-masing, kebersamaan sebagai satu saudara itu menjadi sebuah kerinduan.
Rindu untuk berkumpul dan menikmati kebersamaan. Dengan kisah-kisah yang selalu menjadi segar, meski kisah yang sama diceritakan kembali.
Hidup rukun sebagai satu saudara menjadi sebuah oase. Di tengah-tengah pergulatan hidup yang kadang tidak terpahami oleh orang-orang terdekat termasuk pasangan hidup kita atau teman sekomunitas kita.
Tuhan Yesus mendoakan kita semua para pengikut-Nya untuk bersatu.
Kita percaya pada satu sumber dan mencecap anugerah hidup dari sumber yang sama yakni Yesus Kristus, namun mengapa kita masih berjalan sendiri-sendiri?
Tuhan ingin kita satu.
Apa yang bisa kita lakukan?
