Renungan Harian 18 Januari 2021: Amputasi

0
1,117 views
Ilustrasi -Pantang makan sate kambing supaya luka tidak kambuh lagi dan kaki diamputasi. (Ist)


Bacaan I: Ibr. 5: 1-10
Injil: Mrk. 2: 18-22
 
SEWAKTU saya sakit dan dirawat di Rumah Sakit Elisabeth, Semarang, saya sekamar dengan seorang bapak yang sudah sepuh. Ketika saya masuk untuk dirawat, bapak itu sudah dalam masa pemulihan. Ia sedang latihan berjalan menggunakan tongkat karena satu kakinya baru saja diamputasi.
 
Bapak sepuh itu amat ramah; demikian juga isterinya, amat ramah sehingga kamar tempat kami di rawat menjadi hangat oleh cerita-ceritanya. Salah satu nasihat dan cerita yang saya ingat adalah harus taat dengan dokter supaya cepat sembuh dan pulih seperti sedia kala.
 
Ibu itu bercerita bahwa suaminya yang sekarang dirawat dua bulan sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit ini, karena kakinya luka tertusuk paku. Luka itu menjadi sulit sembuh karena bapak mempunyai penyakit gula.

Setelah satu pekandirawat bapak itu diperbolehkan pulang, karena lukanya sudah mengering. Ia pulang dengan pesan dari dokter agar tekun mengkonsumsi obat dan pantang beberapa jenis makanan.

Salah satu makanan yang tidak boleh dimakan adalah sate kambing.

Ibu itu tahu bahwa pantangan yang terberat adalah makan sate kambing, mengingat bapak itu amat suka makan sate kambing. Demikian pula dengan anggota keluarga yang lain.
 
Pada suatu ketika, anak-anaknya, menantu dan cucu-cucunya berkumpul di rumah beliau. Pada saat kumpul seperti itu menu yang selalu ada adalah sate kambing. Ketika makan malam, salah satu menu yang disediakan adalah sate kambing.

Pada saat makan malam, bapak itu sama sekali tidak menyentuh sate kambing, karena beliau tahu itu salah satu pantangannya.
 
Namun ketika malam hari, bapak ke dapur untuk membuat kopi, beliau melihat sate kambing yang tersisa dari makan malam masih tersimpan di almari dapur. Ia amat ingin menikmatinya, maka dia lalu mengambil satu tusuk dan memakannya.

Ia berpikir kalau hanya satu tusuk tidak akan berakibat apa-apa.
 
Ternyata akibat dari memakan satu tusuk sate itu membuat lukanya yang sudah mengering menjadi terbuka lagi. Hal itu diperparah dengan ketidaktekunan bapak itu meminum obat.

Selama ini ternyata bapak itu sering tidak minum obat. Dalam beberapa hari luka semakin parah dan membusuk. Sehingga bapak dibawa ke rumah sakit lagi.
 
Sampai di rumah sakit, dokter memutuskan bahwa kakinya harus diamputasi sampai di lutut. Sudah barang tentu keputusan dokter itu membuat syok bapak, ibu dan anggota keluarganya.

Bapak itu amat menyesal dan ibu itu nampak jengkel karena gara-gara satu tusuk sate harus kehilangan satu kaki.
 
Di akhir ceritanya beliau selalu menekankan agar saya taat dengan dokter agar selamat.
“Nak, taat sama dokter pasti tidak enak, mungkin menderita sedikit, tetapi ketidakenakan dan penderitaan karena taat itu menjadikan selamat,” itu pesan ibu sepuh itu yang selalu saya ingat.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam surat kepada jemaat Ibrani ketaatan Yesus bahkan  taat sampai mati telah membawa keselamatan bagi semua orang. “Akan tetapi sekalipun Anak, Kristus telah belajar menjadi taat; ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya.”
 
Bagaimana dengan aku? Sanggupkah aku selalu taat untuk keselamatanku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here