Renungan Harian 6 Desember 2020: Penggarap

0
857 views
Ilustrasi - Memanen hasil pertanian kebun jagung. (Ist)


Minggu Adven II
Bacaan I: Yes. 40: 1-5. 9-11
Bacaan II: 2Ptr. 3: 8-14
Injil: Mrk. 1: 1-8
 

 “PAK Jo dengan istrinya itu orang yang luar biasa. Orang yang jujur, rajin dan tekun dalam bekerja,” kata teman saya membuka pembicaraan ketika kami bertemu di warung kopi.

“Pak Jo, itu siapa?,” tanya saya.

“Pak Jo, itu yang menjaga kebunku. Tanah kosong sih sebetulnya,” jawabnya.

“Kamu kenal di mana? Zaman sekarang susah bertemu dengan orang yang seperti itu,” kata saya.
 
“Pak Jo, itu awalnya tukang gali di proyekku. Waktu aku butuh orang merapikan tanah untuk taman ternyata dia bisa merapikan bahkan bisa menanam rumput dengan rapi dan baik. Lalu aku tawari apakah ia mau menjaga tanah kosong itu, dari pada dia kontrak. Dia mau, jadilah dia tinggal di situ dengan istrinya.
 
Suatu ketika dia minta izin untuk menanami tanah kosong itu dengan sayuran dan pohon buah. Saya mengizinkan. Wan tanah kosong saya itu menjadi bersih dan bagus karena sekarang jadi kebun sayur dan buah. Dia memang luar biasa.
 
Dan yang membuat saya kagum dan terharu adalah setiap kali panen dia datang meminta saya untuk melihat kebun, dan mau memberikan panenan yang aku butuhkan.

Berkali-kali saya bilang ke dia: “Pak Jo, tanaman-tanaman itu, Pak Jo yang menanam dan yang merawat, jadi itu semua milik Pak Jo, kalau Pak Jo mau menjual silahkan tidak perlu bilang ke saya. Nanti kalau saya ingin saya bilang ke Pak Jo.”

Tetapi setiap kali mau panen selalu begitu. Dia selalu bilang bahwa dirinya tidak berhak atas tanaman itu, karena dirinya hanya sekedar mengusahakan sedang tanah milik bapak.
 
Itu Wan, yang bikin saya selalu kagum dan terharu. Orang sederhana, tetapi hatinya mulia, jujur dan rendah hati.

Aku tidak kebayang bisa seperti itu. Aku sering bangga dengan hasil proyek-proyekku, itu buatanku lho, padahal aku hanya mengatur dan mengawasi saja, tidak sedikitpun aku ikut kotor dalam proyek itu,” teman saya menjelaskan.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan st. Markus mewartakan tokoh Yohanes Pembaptis. Tokoh yang dikenal oleh orang pada zamannya sebagai nabi besar, tetapi tetap merasa bukan siapa-siapa dibandingkan dengan Dia yang akan datang.

Bahkan ia merasa tidak pantas untuk membuka tali kasutnya. “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku. Membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku selalu berani dan mampu mengatakan aku bukan siapa-siapa di balik segala kemegahan dan puja-puji yang kuterima?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here