Renungan Harian Jumat, 12 Maret 2021: Layu

0
590 views
Pohon dan bunga mulai layu.


Bacaan I: Hos. 14: 2-10
Injil: Mrk. 12: 28b-34
 
MBAH
Mo, lelaki tua tetangga saya, sudah tidak ceria lagi.

Mbah Mo kami kenal sebagai orang yang selalu ceria, ramah dengan siapa saja dan menghormati semua orang termasuk anak-anak. Setiap lewat depan rumahnya, Mbah Mo selalu lebih dahulu menyapa. Dan sapaan itu diakhiri dengan pesan supaya hati-hati di jalan.
 
Sejak di tinggal isteri tercintanya, Mbah Mo berubah.

Meski masih menjawab sapaan kami, tetapi hampir tidak pernah menyapa lebih dahulu lagi. Setiap kali duduk di teras rumahnya tatapan matanya kelihatan kosong. Atau melihat sesuatu yang amat jauh. Bahkan banyak di antara kami melihat Mbah Mo sudah tidak ada semangat lagi.
 
Kami semua tahu bahwa perubahan dalam diri Mbah Mo, karena telah kehilangan isteri tercintanya.

Sejak isterinya meninggal 100 hari yang lalu, Mbah Mo nampak semakin kurus dan layu. Setiap kali kami menyapa, beliau masih berusaha untuk menjawab dengan ramah tetapi tidak lagi ceria.

Semua tetangga kasihan melihat Mbah Mo, beliau betul-betul patah hati.
 
Kami para tetangga tahu bagaimana Mbah Mo itu begitu mencintai isterinya dan setiap kali kami melihat kemesraannya.

Mereka selalu duduk berdua di teras rumah. Kalau isterinya menyapu halaman, beliau menyiram tanaman.

Kami semua bisa mengerti bahwa betapa hancur beliau ditinggal orang yang dicintainya. Separuh jiwanya sungguh-sungguh sudah hilang, sehingga yang tersisa adalah badan yang nampak semakin layu.
 
Betapa dahsyat penderitaan orang yang ditinggal kekasihnya. Pengalaman cinta yang mendalam dan mendarah daging sekian lama seolah-olah sekarang dicabut begitu saja sehingga seolah-oleh telah membunuh yang ditinggalkan.
 
Mengingat pengalaman Mbah Mo menyentakku untuk melihat hubunganku dengan Tuhan.

Tuhan mencintaiku itu pasti akan tetapi persoalan besar adalah apakah aku mengalami cinta Tuhan itu.

Dalam nalarku, aku dengan yakin mengatakan bahwa aku mengalami cinta Tuhan dan aku pun mencintaiNya.

Namun apakah cinta Tuhan itu sungguh ada dalam pengalaman rasaku? Sehingga aku merasakan ada sesuatu yang hilang manakala aku menjauh dari-Nya?
 
Kiranya aku belum sampai pada pengalaman rasa yang sesungguhnya berkaitan dengan cinta Tuhan. Mengalami, merasakan dan menikmati cinta Tuhan masih menjadi pergulatanku terus menerus.

Ada begitu banyak tantangan dan kesulitan untuk bisa mengalami cinta Tuhan dalam pengalaman rasa.

Ada banyak alasan untuk mengatakan betapa sulit mengalami cinta Tuhan. Sehingga ketika aku jauh dari Tuhan, aku pun tidak merasakan sesuatu hal besar yang hilang, atau bahkan aku merasa menjadi layu.
 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan nabi Hosea menjadi tantangan besar bagi peziarahan hidupku. Mengalami cinta Tuhan dalam pengalaman rasa sehingga cinta Tuhan kurasakan menghidupkan dan menyegarkan aku.

“Aku akan menjadi seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon mawar. Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon.”
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah aku sudah mengalami cinta Tuhan dalam pengalaman rasa?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here