Renungan – Petani

0
462 views
Ilustrasi - Etos kerja keras dan tahan banting selalu menjadi ciri khas hidup para petani kecil, meski nasibnya tak pernah bisa hidup lebih makmur. (Ist)

Jum’at, 21 Mei 2021

  • Bacaan I: Kis. 25: 13-21.
  • Injil: Yoh. 21: 15-19.

SEKALI waktu, saya berkunjung ke rumah seorang teman. Teman ini sejak lahir tinggal di kota besar.

Ia lulus dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik di negeri ini. Setelah lulus dia bekerja di kota besar itu dan mempunyai karir yang luar biasa. Ia telah menikmati kemapanan hidup sebagai orang muda yang sukses.

Namun kemudian ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan dan karir yang luar biasa itu dan pindah ke desa asal leluhurnya dan kemudian menjadi petani.

Ia mulai mengembangkan pertanian organik di desa itu. Ia menggarap tanah milik keluarganya yang tidak seberapa dan menyewa lahan pertanian dari penduduk setempat.

Ia juga mengajak  para pemilik tanah yang disewanya untuk bekerja mengembangkan pertanian organik. Sudah barang tentu bukan hal mudah, karena selain membutuhkan kerja keras untuk mengubah cara pandang para petani. Juga harus memasarkan produknya yang tidak murah menjadi tantangan tersendiri.

Di desa itu, dia hidup sederhana layaknya petani pada umumnya. Rumahnya penuh dengan alat pertanian, dan beberapa mesin untuk mengolah hasil pertanian.

Ia setiap hari selepas kerja di sawah, dia banyak bersosialisasi dengan penduduk desa. Sehingga dalam waktu yang tidak lama dia cukup dikenal oleh warga desa itu.

Terbukti ketika saya mencari rumahnya, seorang bapak yang sedang bekerja di sawah ketika saya tanya di mana rumah teman saya, ia langsung bisa menunjukkan. Meski jarak dari tempatnya bekerja cukup jauh.

Dalam pembicaraan, ketika saya bertanya tentang pilihan menjadi petani, dia mengatakan bahwa dirinya mencintai pekerjaan ini.

Ia menjelaskan betapa membahagiakan pekerjaan yang ditekuninya. Ia bercerita dengan berbinar-binar tentang kegiatannya setiap hari, dan usahanya menyadarkan rekan-rekan petani.

Ia juga menceritakan tentang pentingnya produk pertanian organik bagi kehidupan manusia dan keseimbangan alam.

Ia tidak menampik bahwa pekerjaan yang dijalaninya amat sulit dan menguras tenaga dan pikiran bahkan juga menguras tabungannya.

Namun ia bahagia dengan apa yang dijalaninya. Ia mengatakan sekarang hidup dengan sederhana dan kadang sedikit kekurangan, tetapi dia merasa nyaman, damai dan bahagia.

Sehingga meskipun dia bekerja keras dan meninggalkan segala kenyamanan dan kemapanannya dia amat menikmati kehidupan barunya dan bahagia.

Cintanya pada pertanian membuat dia bahagia menjalankan semua aktivitasnya.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes, Petrus ditanya Yesus apakah dirinya mencintai Yesus hingga tiga kali untuk menyadarkan dan memurnikan cinta Petrus pada Yesus.

Cinta yang tanpa pamrih untuk dirinya sendiri, cinta dengan kerelaan mengosongkan diri dan berserah total kepada Yesus.

Dan dengan itu Yesus memberi perintah untuk menggembalakan domba-dombaNya. Menggembalakan domba bukan sebuah keharusan dan tekanan bagi Petrus, tetapi menggembalakan domba karena cintanya pada Yesus sehingga Petrus menggembalakan dengan cinta.

“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?”

 Bagaimana dengan aku? Adakah aku menjalani pengutusanku karena cinta?

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here