Saat Terpuruk dan Sedih Ditinggal Mati yang Saya Cintai

0
11,984 views

SAAT saya merasa sedih dan terpuruk akibat ditinggal pergi ke dunia lain oleh orang yang amat saya cintai tidak mudah bagi saya untuk bangkit kembali. Butuh proses panjang untuk bisa menerima kenyataan itu. Seorang “penasihat” datang dan membantu agar saya dapat menerima kenyataan serta keluar dari kesedihan.

Beliau sendiri mengatakan tidak memberikan nasihat “rohani” tetapi tiga butir permenungan sebagai berikut, antara lain sebagai berikut :

1. Pasrah tanpa TAPI. Pasrah tanpa tapi berarti pasrah bulat-bulat, tanpa bertanya. Orang sering “pasrah” tetapi masih mempertanyakan kejadian yang dialaminya: mengapa orang yang begitu aku cintai dipanggil Tuhan begitu cepat? Aku bukanlah “orang jahat”, mengapa aku “dihukum” dengan kehilangan orang yang begitu aku cintai? Masih ada banyak “mengapa-mengapa” yang lain. Pasrah tanpa TAPI berarti tidak melontarkan tanya “mengapa”. Cukup diterima dan ditelan bulat-bulat.

2. Menantang diri sendiri. Apakah aku akan begini terus? Kematian seseorang yang begitu dekat dan kita cintai memang menimbulkan kesedihan yang teramat dalam. Banyak orang yang berusaha menghibur saya. Namun demikian, yang menjadi pemain utama untuk “keluar” dari kesedihan ini adalah diri saya sendiri. Saya harus berani menantang diri saya sendiri. Apakah saya akan sedih terus menerus? Bukankah aku tetap harus melanjutkan hidup ini?

3. Keluar dari diri sendiri dan memberikan diri pada orang lain. Menurut beliau, dalam arti tertentu kesedihan manusia karena ditinggal oleh orang yang dicintainya adalah salah satu bagian dari “egoisme” – nya. Agar egoisme ini semakin terkikis, orang harus “keluar” dari dirinya sendiri: banyak memberikan diri pada orang lain, hormat pada orang lain, membantu orang lain, dsb. Proses yang tidak mudah karena ini sebenarnya merupakan perjuangan seumur hidup.

Ketiga nasihat itu terdengar “klise” tetapi begitu mengena dan “berbicara” saat saya mengalami kesedihan yang mendalam. Ketiga nasihat itupun tetap relevan saat saya sudah bisa “keluar” dari kesedihan itu. Ketiga nasihat itu pada dasarnya merupakan bahan refleksi sebagai bagian dari perjuangan seumur hidup.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here