Sabda Hidup: Selasa, 10 Januari 2017

0
908 views

Gregerius Bussa Guilielmus Bituricensis

warna liturgi Hijau

Bacaan

Ibr. 2:5-12; Mzm. 8:2a,5, 6-7, 8-9; Mrk. 1:21b-28. BcO Rm 1:18-32

Bacaan Injil: Mrk. 1:21b-28.

21 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. 22 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. 23 Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: 24 “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” 25 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!” 26 Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. 27 Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” 28 Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.

Renungan:

SUATU kali seorang bapak mempercayai seorang pemuda untuk memegang proyeknya. Orang-orang mengenal pemuda itu tukang tipu. Maka banyak orang pun memperingatkan bapak itu. Namun bapak itu tetap mempercayakan proyek itu kepada si pemuda. Ia percaya orang tidak akan selamanya jahat. Kepada pemuda tersebut ia pun menanamkan banyak hal. Dan akhirnya pemuda itu berhasil menyelesaikan kepercayaan sang bapak dengan baik.

Roh jahat yang ada dalam diri seseorang memberi kesaksian tentang Yesus. “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah” (Mrk 1:24). Kesaksian akan kehadiran Allah muncul dari si jahat. Si jahat mengenal bahwa yang dihadapinya adalah Tuhan Yang Kududs dari Allah.

Tidak selamanya yang jahat itu akan tetap jahat. Pada masa-masa tertentu mereka yang kita cap jahat dan penipu akan berubah menjadi baik. Mungkin kita mempunyai luka yang masih sulit untuk menerima mereka. Namun kita juga tidak perlu berhenti pada keyakinan orang jahat akan selamanya jahat. Orang jahat bisa menjadi baik.

Kontemplasi:

Bayangkan dirimu bertemu dengan seseorang yang mau bertobat. Ia menempatkan harapannya kepadamu.

Refleksi:

Bagaimana menerima orang yang pernah jahat dengan kita?

Doa:

Tuhan semoga aku mempunyai keluasan hati untuk menerima saudara kami yang pernah berbuat jahat kepada kami. Semoga orang-orang jahat pun menyadari kesalahannya dan bertobat. Amin.

Perutusan:

Aku akan melapangkan hatiku menerima saudaraku yang jahat bertobat. -nasp-

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here