Selalu Ada Jalan untuk Bertobat

0
378 views
Ilustrasi - Kenakalan anak-anak remaja. (Medium)

Minggu, 12 Desember 2021

  • Zef. 3:14-18a.
  • Mzm.12:2-3.4bcd.5-6.
  • Fip. 4:4-7.
  • Luk. 3:10-18

SELAGI masih ada kesempatan, baiklah kita menyusun langkah-langkah pembaharuan hidup.

Hidup sehari-hari yang biasa ini akan menjadi sebuah langkah yang hebat, jika kita bisa menjalani dengan penuh kesadaran.

Semua kegiatan sedapat mungkin kita jalankan sesuai dengan maksudnya.

Kekuasaan untuk melayani -dan begitu pula kelebihan materi- menuntut kemauan untuk berbagi. Bukannya terus menerus menimbun bagi diri sendiri saja.

“Saya dilahirkan dalam keluarga yang berkecukupan, namun sayang orangtuaku terlalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan mereka masing-masing, hingga saya dan adikku tumbuh tanpa bimbingan dan arahan yang jelas,” kata seorang bapak muda.

“Saya dikeluarkan dari sekolah waktu kelas dua SMA, karena kenakalanku dan saya tertangkap memakai narkoba,” lanjutnya.

“Satu tahun, saya tidak sekolah, hanya makan minum dan main ke rumah teman, kalau malam kumpul-kumpul dengan teman,” ujarnya.

“Situasiku ini membuat bibiku prihatin dan dia mengajakku tinggal di rumahnya di lain kota, padahal bibi anaknya banyak. Namun sejak kecil, saya suka dengan keluarga bibiku itu,” lanjutnya.

“Tidak perlu waktu lama, saya sekolah lagi dan akrab dengan anak-anak bibi,” katanya.

“Rumah bibi kecil antara rumah makan dan sumur dekat sekali dan tanpa sekat. Siang itu saya ingin makan, dan saya lihat bibi sedang cuci piring serta peralatan dapur bekas untuk masak yang cukup banyak,” kisahnya.

“Semua saya kerjakan sendiri, Mas,” kata bibiku sambil menggosok piring.

“Anak Bibi banyak, harus prihatin, harus mau kerja keras, tidak boleh tergantung dengan orang lain,” katanya.

“Kata-kata Bibi itu sungguh mengena di hatiku, sejak saat itu saya mau membantu pekerjaan di rumah, mau belajar dengan baik, hingga saya lulus SMA dan bisa melanjutkan kuliah di tempat lain,” lanjutnya.

“Kemurahan hati Bibi dan ketulusan Bibi dalam menerimaku telah membantuku untuk menyadari betapa aku harus berubah dari orang yang membawa kesusahan menjadi orang yang membawa kebahagiaan,” katanya lagi.

Dalam bacaan Injil kita dengar demikian,

“Orang banyak bertanya kepadanya: “Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?  

Jawabnya: “Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian. 

Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: “Guru, apakah yang harus kami perbuat?

Yohanes Pembaptis memberikan jawaban yang sederhana: pertobatan kita diukur dengan sikap kita terhadap sesama.

Yohanes juga memberi nasihat tentang cara-cara pembaharuan hidup yang sejalan dengan kehidupan masing-masing orang.

Hal itu bukanlah syarat berat yang tak mungkin dilaksanakan.

Yang serba berkecukupan dianjurkan untuk berbagi kelebihan dengan orang lain.

Pemungut cukai dianjurkan untuk menarik pajak dengan jujur, jangan memanipulasi aturan.

Para prajurit yang memiliki kekuasaan dan senjata pun dianjurkan agar dapat belajar tidak mempraktekkan kekerasan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah yang harus aku lakukan untuk memperbaharui hidupku di hadapan Tuhan dan sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here