NAMANYA Badan Amal Kasih Katolik. Biasa disingkat BAKKAT. Namun hingga sekarang, tak banyak orang tahu dan apalagi juga telah paham tentang apa dan bagaimana BAKKAT ini.
Yang pasti, sampai saat ini, memang hanya Keuskupan Agung Jakarta saja yang sudah punya lembaga amal sosial bernama BAKKAT. Karenanya, namanya jadi BAKKAT KAJ.
Sejak 2017
BAKKAT KAJ sudah eksis sejak tahun 2017. Sebuah lembaga amal sosial Katolik yang dari sudut sejarah pembentukannya terjadi berkat dialog kerjasama antara Direktorat Bimas Katolik Kemenag RI dan Keuskupan Agung Jakarta dan lembaga gerejani KAJ ini terwakili Uskup Ignatius Kardinal Suharyo.
Dalam perkembangan sejarah berikutnya, gagasan mendirikan lembaga amal kasih Katolik itu ditindaklanjuti Keuskupan Agung Jakarta yang akhirnya “mengeksekusi” gagasan baik tersebut.
Mempopulerkan BAKKAT KAJ di forum nasional
Selama empat hari -dari tanggal 4-8 Juni 2024 pekan lalu- keberadaan BAKKAT KAJ itu diperkenalkan kepada sejumlah umat Katolik. Terjadi dalam forum kegiatan bertitel “Sosialisasi Pengembangan BAKKAT di Keuskupan-keuskupan di Indonesia”.
Hadir mendengarkan paparan publik ini sebanyak enam pastor Vikjen Keuskupan-keuskupan AgungIndonesia. Vikjen KAJ Romo Samuel Pangestu Pr berhalangan hadir. Keuskupan Agung Palembang diwakili oleh Romo Simon. Keuskupan Agung Semarang diwakili oleh Ketua PSE KAS Romo Subiyanto Pr.
Ikut mendengarkan paparan ini adalah sejumlah ormas Katolik (WKRI, Vox Point, ISKA, Pemuda Katolik, dan PMKRI) dan perwakilan media massa Katolik (Sesawi.Net dan Titch TV).
Yang menarik, tidak banyak umat Katolik sudah mengakrabi istilah “BAKKAT” tersebut. Bahkan ketika pertama kali kata itu “diperkenalkan” kepada khalayak ramai di forum perbincangan, maka yang muncul justru bukan lembaga amal kasih. Tapi semacam lembaga penyalur bakat; penyaring talenta orang. Entah apakah itu di bidang musik atau lainnya. Katakanlah seperti Indonesia’s Got Talent. Ternyata, semua kesan spontan itu salah.
Menampung dana amal kasih dan menyalurkannya
BAKKAT KAJ adalah lembaga sosial Katolik yang menampung dana amal kasih dari umat Katolik. Atas kesediaan umat Katolik berbagi kasih ini, maka setiap donatur penyumbang dana ke rekening BAKKAT KAJ akan diperbolehkan melakukan pembebanan biaya sumbangan secara pajak sehingga dapat mengurangi Penghasilan Kena Pajak-nya.
Dari paparan Tedjo Endriyarto, representan BAKKAT KAJ, maka kemudian semua orang dibuat jadi ngeh apa dan bagaimana sistem operasional lembaga amal kasih tersebut.
Sejenak, ingatan saya langsung ke jalur WAG grup terbatas yang bernama JKMC-19. Inilah sebuah platform percakapan yang anggotanya berasal para penggiat kemanusiaan lintas profesi, umur, dan lintas organisasi. Sepanjang tahun 2019-2023, para anggota WAG ini ikut aktif terlibat dalam diskusi, melakukan diseminasi informasi, dan ikut gerakan amal kasih untuk membantu para pasien penderita Covid-19.
JKMC-19 membantu banyak pusat layanan kesehatan (baca: rumah sakit, poliklinik, dan lainnya) milik tarekat religius atau lembaga Katolik lainnya yang saat itu mengalami “kedodoran” dalam upaya mendapatkan dua hal penting saat itu: baju pelindung diri (APD) dan masker. “Wabah pandemi Covid-19 di Indonesia beberapa waktu lalu itu sungguh menjadi blessing in disguise (berkah mendadak yang terselubung) bagi BAKKAT KAJ,” papar Tedjo Endriyarto dalam percakapan dengan Sesawi.Net dan Titch TV di luar forum.
Namun, pernyataan yang sama kembali dia tegaskan lagi di atas mimbar. “Singkatnya, BAKKAT KAJ sungguh ‘dipaksa’ oleh waktu dan situasi saat itu untuk berkerja lebih cepat dan efisien. Juga memberikan bantuan cepat dan tepat sasaran kepada mereka yang membutuhkan APD, masker, dan obat-obatan,” jelas Tedjo.
Baca juga: Indonesian Catholics and the Covid-19 pandemic: what the world may likely miss to know
Berkah terselubung itu, tegas dia, berupa kesempatan emas bagi jajaran eksekutif BAKKAT KAJ bisa menjalin perkenalan dan berkomunikasi konstruktif dengan lembaga-lembaga sosial lain. Berkat virtual campaign BAKKAT KAJ yang disampaikan oleh Uskup KAJ Ignatius Kardinal Suharyo -selalu naik tayang setelah misa online berakhir- demikian penegasan Tedjo, “Maka, semakin banyak orang mulai kenal apa dan bagaimana itu BAKKAT KAJ.”
Dengan demikian, program donasi publik (crowd funding) untuk misi amal kasih itu pun bisa dimulai. Banyak donatur kemudian dengan sukarela menyumbang -entah banyak atau sedikit- untuk sesuatu misi yang sangat mulia: membantu sesama warga Gereja dan masyarakat luas yang memang sangat perlu dibantu. Dikerjakan melalui penyaluran dana amal kasih berdasarkan program-program yang telah didesain oleh manajemen BAKKAT KAJ.
Data peristiwa
Dalam menyajikan data peristiwa BAKKAT KAJ sepanjang tahun 2021, Tedjo Endriyarto memaparkan fakta sebagai berikut:
- 90% donasi berasal dari DKI Jakarta.
- 10% donasi dari luar DKI Jakarta.
Sementara data penerimaan tahun 2022, maka Tedjo bicara adanya perubahan fakta berikut:
- 80% donasi dari berasal dari DKI Jakarta.
- 20% donasi lainnya dari luar Jakarta.
Sementara data penerimaan sepanjang tahun 2023 menunjukkan fakta berbeda lagi sebagai berikut:
- 90% donasi dari DKI Jakarta.
- 10% donasi dari dari luar Jakarta.
Penyaluran dana sosial
BAKKAT KAJ telah menyalurkan donasi amal kasih hasil pengumpulan sumbangan sosial dari umat Katolik baik dari wilayah DKI Jakarta dan lainnya sebagai berikut:
- Tahun 2021: 90% bantuan disalurkan keluar Jakarta; sisanya sebesar 10% disalurkan ke penerima manfaat di Jakarta dan sekitarnya.
- Tahun 2022: 60% penerima manfaat berada di wilayah luar Jakarta; 40% penerima manfaat ada di Jakarta dan sekitarnya.
- Tahun 2023: 70% disalurkan keluar Jakarta; 30% penerima manfaat ada di Jakarta dan sekitarnya.
Bantuan APD, masker, dan obat-obatan
Sepanjang kurun waktu tahun 2022, jelas Tedjo, bantuan berupa APD, masker, dan obat-obatan telah disalurkan BAKKAT KAJ. Dengan menyasar pada target penerima manfaat yakni sebanyak 312 lokasi RS atau Klinik. Dengan perinciannya sebagai berikut:
- 88 di NTT.
- 36 di Sumatera Utara.
- 15 di Papua.
- 8 di Papua Barat.
- 22 di Jateng
- 21 di Jabar.
- 14 di DKI Jakarta.
- 10 di Jatim.
- 7 di DIY.
- 4 di Banten.
“Total jenderal bantuan berupa APD, masker, dan obat-obat telah disalurkan BAKKAT KAJ ke puluhan RS dan klinik. Di wilayah Pulau Jawa saja, bantuan amal kasih itu berhasil menyasar setidaknya ada di 78 lokasi RS atau klinik,” papar Tedjo.
Itu baru di Jawa saja. Padahal Kalimantan dan daerah-daerah lainnya juga telah menerima manfaat yang sama.
Baca juga: RS St. Vincentius Singkawang terimakasih kepada BAKKAT KAJ
Klaim ini sangat berdasar. Tanggal 20 Juni 2022, misalnya, Sr. Maria Seba SFIC mewakili jajaran manajemen RS Vincentius Singkawang, Kalbar, menulis di Sesawi.Net dan menyatakan secara publik ungkapan limpah terimakasihnya. Karena, RS Vincentius Singkawang telah menerima bantuan APD, masker, dan sejumlah obat kiriman BAKKAT KAJ.
Kepada Sesawi.Net dalam kurun waktu kurang lebih sama, ungkapan terimakasih juga telah disampaikan Sr. Theresio OSF dari Semarang; lalu Sr. Lucia Wahyu OSA dari Ketapang, Kalbar, dan sejumlah biarawati religius lain yang punya karya layanan kesehatan.
“Kami di Keuskupan Agung Merauke juga sudah menerima banyak manfaat hasil donasi amal kasih dari para donatur yang disalurkan oleh BAKKAT KAJ,” tutur Pastor Vikjen KAM Romo Hengky Kariwop MSC di forum pertemuan Bimas Katolik Kemenag hari ketiga.
Daftar lembaga penerima bantuan dan manfaat
Selain sejumlah klinik dan RS di seluruh Indonesia, berikut ini nama-nama lembaga Katolik yang pernah mendapat saluran bantuan BAKKAT KAJ. Mereka ini benar-benar telah merasakan manfaat dana amal kasih dari umat Katolik.
- Bantuan pembiayaan sekolah dan asrama Yayasan Amam Bekai Chevalier, Papua.
- Bantuan pembiayaan sekolah untuk anak-anak dari keluarga tidak mampu yang dikelola Yayasan Bernadus Direktorat Sanjaya di Pakem, Kabupaten Sleman, DIY.
- Biaya program studi keperawatan dan program profesi nurse untuk para suster Klinik Stella Maris, Kutai Barat, Kaltim.
- Biaya pembelian alkes dan perbaikan Klinik Elisabeth Tombang Alor.
- Biaya pembelian sapi untuk membangun usaha produksi pupuk yang dikelola oleh Romo Indra Pr, imam diosesan Keuskupan Ketapang, Kalbar.
- Biaya pembelian dan proyek peternakan babi yang hasilnya nanti diharapkan bisa membantu biaya tata kelola pendidikan Sekolah St. Agustinus di wilayah pedalaman Menyumbung, Kabupaten Ketapang, Kalbar. Proyek ini dikelola oleh Kongregasi Suster-suster Santo Agustinus dari Kerahiman Allah atau OSA yang berpusat di Ketapang, Kalbar.
- Biaya pendidikan dan program terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang dikelola oleh Yayasan Pangon Utomo, Keuskupan Agung Semarang.
Menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada penerima manfaat
- Pembangunan akses jalan Seminari Menengah “Sinar Buana” di Weetebula, Sumba, NTT.
- Pembangunan Stasi Meni di Keuskupan Ruteng, Flores, NTT.
- Bantuan kepada korban bencana alam gunung meletus di Lewoleba, Lembata, NTT. Juga mengirim paket bantuan kemanusiaan untuk para korban bencana gempa bumi Cianjur, Jabar.
- Pembelian speedboat untuk program mitigasi banjir di wilayah Keuskupan Ketapang, Kalbar.
- Pembangunan sumur bor di Cianjur pasca gempa. Dilakukan dalam bingkai kerjasama dengan Keuskupan Bogor.
Berikut ini tautan berita untuk mengingat kembali betapa sejumlah lembaga amal Katolik terjun mempraktikkan aksi belarasa sosial kepada sesama warga bangsa. Terjadi ketika Indonesia diterjang wabah pandemi Covid-19.
Baca juga: Indonesian Catholics: ethics and dedication to save the world from the pandemic
Sesuatu yang baik telah terjadi
Sejak eksis mulai tahun 2017 sampai sekarang, sebagai lembaga amal kasih BAKKAT KAJ telah mempraktikkan best practices-nya. Setelah menerima donasi publik, maka BAKKAT KAJ kemudian menyalurkan hasil pengumpulan donasi amal kasih itu kepada lembaga-lembaga Katolik sebagai penerima manfaat.
Program bantuan BAKKAT KAJ
Dengan kriteria sesuai dengan program-program yang dirancang oleh BAKKAT KAJ antara lain sebagai berikut:
- Bantuan Pendidikan dengan menyasar pada anak-anak dari keluarga prasejahtera di seluruh Indonesia.
- Bantuan Kesehatan dengan menyasar pada upaya meningkatkan pelayanan para tenaga medis kepada seluruh masyarakat; terutama bagi yang tidak mampu.
- Pemberdayaan Umat dan Karitatif diberikan kepada umat Katolik di wilayah 3T (tertinggal, termiskin, terluar). Dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dan kemandirian finasial sehingga dapat mereka itu mampu mengalami hidup layak dan bermartabat.
- Bantuan untuk membangun sarana dan prasarana gereja sehingga kegiatan liturgis bisa berlangsung dengan semestinya.
- Bantuan kemanusiaan kepada para korban bencana alam; disalurkan melalui lembaga sosial keuskupan di mana bencana alam itu terjadi.
- Bantuan penanganan bencana alam. (Berlanjut)
Baca juga: Dirjen Bimas Katolik Kemenag Suparman: Mimpi besar kembangkan BAKKAT di setiap keuskupan (2)