Tuduhan Penistaan Agama

0
50 views
Stefanus dihukum rajam hingga mati

Bacaan 1: Kis 7:51-8

Injil: Yoh 6:30-35

Masalah penistaan agama atau penodaan agama di negara kita bukanlah hal baru. Kasus penistaan agama bisa terjadi secara sengaja maupun tidak. Bisa saja disebabkan oleh pernyataan atau perbuatan seseorang yang secara tidak sadar telah menyakiti umat beragama tertentu. Atau bisa jadi memang disengaja untuk menyerang agama tertentu.

Bisa juga karena komunikasi yang tidak nyambung.

Bahkan ternyata umur dari penistaan agama ini cukup tua dan terjadi di zaman Yesus, terhadap Stefanus.

Saat itu Stefanus dihadapkan pada Mahkamah Agama Yahudi karena dituduh telah menistakan agama Yahudi. Stefanus bersaksi tentang “Orang Benar” yang adalah Anak Allah, Tuhan kita Yesus Kristus. Namun hal ini dianggap penghujatan terhadap Allah dan penistaan agama Yahudi.

Bagi orang Yahudi, menyebut nama Allah secara sembarangan merupakan pelanggaran. Apalagi menyamakan diri manusia dengan Allah adalah pelanggaran berat.

Sebelumnya, Stefanus dalam sidang itu menyampaikan bahwa orang-orang Yahudi telah berlaku salah, karena dianggap:

  • Menentang Roh Kudus
  • Leluhur mereka adalah pembunuh utusan Allah
  • Tidak menuruti Hukum Taurat

Tuduhan ini tentu sangatlah membuat mereka marah. Apalagi ditambah kesaksian bahwa Stefanus yang memang penuh Roh Kudus itu, melihat Allah bersama Yesus yang duduk disebelah kanan-Nya. Bertambah murkalah mereka lalu menghukum Stefanus dirajam (dilempari batu) hingga meninggal.

Komunikasi yang tidak nyambung juga terjadi saat orang banyak di Kapernaum bercakap dengan Tuhan Yesus. Mereka berbicara tentang roti untuk mengenyangkan perut, sementara Tuhan Yesus berbicara tentang Diri-Nya yang adalah “Roti Kehidupan”. Roti yang memberi kehidupan kekal bagi siapa saja yang percaya kepada-Nya.

“Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”

Pesan hari ini

Perlu keterbukaan hati untuk sebuah tanggapan iman yang tepat.

Stefanus berbicara tentang “Orang Benar” namun ditanggapi sebagai sebuah penistaan agama. Sementara Yesus berbicara tentang Diri-Nya sebagai “Roti Kehidupan” namun malah dikira ngomong roti keju. “Kebenaran akan selalu mencari jalan untuk mengungkapkan dirinya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here